peblish
presents
a krisho fanfict
.
I Wanna, I Want A Handphone!
.
cast :
- suho
- kris
- other casts
.
KRISHO chibi series ^^
.
previous stories:
- empty seat
- a day in the zoo
.
inspired from Hai, Miiko! vol. 22 by Ono Eriko sensei ^^
.
enjoy, happy reading, and dont forget to leave review! ^^
.
.
.
.
.
.
.
Siang itu, sepulang sekolah, Baekhyun, Suho dan Kyungsoo sedang mengerjakan tugas kelompok Matematika mereka di rumah Baekhyun. Awalnya mereka berencana akan mengadakannya di rumah Suho, tetapi tiba-tiba Baekhyun mengusulkan agar mengerjakan tugas kelompok itu di rumahnya saja. Katanya, sih, ada yang mau ia tunjukkan. Suho dan Kyungsoo tidak keberatan juga, sih. Toh di mana saja juga sama saja. Dan lagi, kalau Suho dan Kyungsoo ke rumah Baekhyun, pasti puding cokelat, keripik kentang dan tropical juice buatan mamanya Baekhyun akan menanti untuk dijamah Suho dan Kyungsoo. Hihihi... Hmm, yummy!
"Katanya ada yang mau kamu tunjukkin?" Tembak Suho sambil menyikut-nyikut lengan Baekhyun yang sedang menggunakan penggaris segitiganya untuk menggambar segitiga samakaki. "Ayo tunjukkin sekarang, dooong... Ehehehehe."
"Ih." Baekhyun mendengus sebal karena sikutan Suho barusan membuat gambar segitiganya melenceng. Tapi kemudian wajahnya langsung ceria dan ia tersenyum-senyum penuh arti. "Ehehehe... Bentar, ya." Kemudian Baekhyun bangkit dari duduknya dan berlari-lari kecil menghampiri meja belajarnya.
"Mau nunjukkin apa, sih?" Kyungsoo yang sedang tekun-tekunnya menuliskan nama beserta anggota kelompok di karton putih besar itu sampai menghentikan aktivitasnya sejenak. Penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Baekhyun. Ah, paling-paling cuma mainan mahal atau koleksi Kura-Kura Ninja-nya yang baru.
"Hehehe..." Baekhyun tak henti-hentinya cengengesan. Kedua tangannya tersembunyi di balik punggungnya. "Siap-siap, ya... 1... 2... 3... Jengjeng!" Seru Baekhyun senang sambil menunjukkan sesuatu yang ia sembunyikan di balik punggungnya.
"Wuah... Handphone?!" Seru Suho dan Kyungsoo dengan kedua mata terbelalak memandangi sebuah benda tipis berlayar panjang yang ada di tangan Baekhyun. Handphone, ya handphone! Benda itu adalah handphone.
"Hehehe... Bagus, ya?" Baekhyun cengengesan lagi melihat reaksi kedua temannya. "Aku sama eomma udah janjian dari bulan lalu, kalau ada dua ulangan yang dapat nilai bagus, eomma bakal beliin aku handphone. Karena minggu lalu ulangan Sejarah sama Matematikaku dapat seratus, akhirnya tadi malem eomma beliin aku handphone, deh. " Jelasnya riang.
"Keren, keren!" Kyungsoo berdecak kagum. "Appa pernah nawarin aku beli handphone, tapi waktu itu aku nggak mau soalnya temen-temen belum ada yang punya. Kalau Baekkie udah punya handphone... Aku juga mau, ah! Nanti malem biar aku ngomong ke appa." Serunya riang.
"Iya, iya! Kamu cepetan minta ke appa-mu, Kyung! Entar kita bisa sms-an, telpon-telponan... Asyik, kan? Hihihi! Kayak orang dewasa gitu, deehhh..." Timpal Baekhyun kemudian ia ber-high-five ria dengan Kyungsoo.
.
.
Sementara Suho menyipitkan kedua matanya serta merengut imut memandangi kedua temannya yang asyik mengobrol tentang handphone itu.
.
"Enak, ya, bisa punya handphone."
.
"Heh?" Baekhyun dan Kyungsoo kompak menoleh ke arah Suho.
"Kamu juga minta beliin handphone sama eommamu, dong, Ho." Saran Baekhyun sambil menepuk-nepuk bahu Suho. "Biar nanti kita bisa sms-an bertiga, video-call-an bertiga... Terus kalo misalnya ada peer sulit, bisa langsung nyontek punya Kyungsoo lewat video-call juga, ihihihihi... Kan seru, tuh!"
Kyungsoo melirik malas ke arah Baekhyun begitu Baekhyun mengusulkan ide konyol 'langsung-nyontek-peer-sulit-ke-Kyungsoo'. Tapi kemudian ia hanya mengangguk-angguk mengiyakan. "Iya, Ho."
Suho menghela nafas. "Kayaknya nggak bakal dibeliin sekarang, deh. Minho aja baru dibeliin handphone waktu masuk SMP." Gumam Suho mengingat kakak laki-lakinya itu. Terbayang di pikirannya bagaimana murkanya Minho kalau sampai dia tahu bahwa Suho adiknya yang baru saja kelas 4 SD dengan nilai rapor pas-pasan ini sudah dibelikan handphone. Sementara dirinya harus bersusah-payah lulus SD dengan nilai sempurna dan diterima di SMP favorit terlebih dahulu sebelum akhirnya dibelikan handphone. "Nggak mungkin banget kalau eomma langsung beliin aku handphone malem ini juga."
"Yah, apa salahnya coba minta dulu ke eommamu?" Saran Baekhyun lagi. "Atau bikin perjanjian gitu sama eommamu, kayak aku sama eommaku. Misalnya, janji dibeliin handphone kalau nilai rapor bagus atau apa gitu kek."
Suho diam saja.
Apa iya eommanya bisa diajak janjian segampang itu?
.
.
.
"Handphone?" Gumam ibu Suho dengan tenang sambil meneguk teh hangatnya, kemudian kembali membolak-balik halaman majalah fashion yang ada di pangkuannya.
Suho memasang puppy eyes andalannya kemudian mengangguk-angguk cepat. "Iya. Suho boleh minta beliin handphone, nggak, eomma?"
.
Ibu Suho menutup majalahnya, kemudian tersenyum penuh keibuan menatap anak bungsunya itu.
.
.
Lalu mengucapkan sesuatu...
.
.
"Nggak."
.
.
Gedubrak.
.
Puppy eyes Suho langsung berubah menjadi tatapan datar ala harimau yang sengaja dikunciin di dalam kandang kucing. Bibirnya yang semula melengkung membentuk senyuman genit nan manja berubah menjadi manyun. "Iiiihhhh... Eomma kok gitu, siiihhh..." Rajuknya.
Wajah ibu Suho berubah menjadi lempeng, kemudian ia kembali meneruskan kegiatannya membaca majalah. "Kamu masih kecil, Sayang. Buat apa handphone-handphone-an? Nggak, nggak. Belajar aja dulu sana yang pinter."
"Aaahhh... Tapi Baekkie dibeliin!" Suho masih saja merengek. "Baekkie aja punya, masa Suho gak punya? Iiihh..."
Ibu Suho menghela nafas. Kalau sudah membanding-bandingkan apa yang dimiliki temannya dengan apa yang tidak dimilikinya, berarti Suho benar-benar ingin sekali memiliki barang itu. "Emangnya temen Suho yang lain juga udah punya handphone?"
Suho mengerucutkan bibirnya. "Enggg... Baru Baekkie doang, sih, yang punya." Suho menggaruk-garuk kepalanya bingung. "Ah, tapi Kyungsoo bilang dia juga mau dibelikan handphone sama appanya!" Sambar Suho cepat. "Nanti kalau Kyungsoo udah punya handphone, itu artinya di antara Suho, Baekkie sama Kyungsoo, yang nggak punya handphone cuma Suho, dong? Masa Suho cuma bisa dieeeeeemmmm aja kayak tembok Cina ngeliatin Kyungsoo sama Baekkie pamer-pamer handphone baru mereka?"
Ibu Suho kembali menatap datar kepada Suho. "Jadi Suho mau beli handphone cuma buat dipamerin ke Baek sama Kyungsoo, gitu?"
Gabruk. "Ah... Ng-nggak gitu, sih... Ta-tapi, kan... Aaaahhhh... Eommaaaaa... Pokoknya Suho mauuuuu punya handphoneeeee..." Kali ini rengekan Suho semakin keras ditambah ia menarik-narik ujung sweater yang dikenakan ibunya.
"Emangnya Suho gak kasian sama Kak Minho?" Nada suara ibu Suho berubah menjadi lembut. "Dulu Kak Minho dapet nilai ujian tertinggi sesekolah, loh, terus akhirnya diterima di SMP favorit. Baru deh abis gitu Kak Minho dibeliin handphone sama appa. Masa Suho yang gak ngapa-ngapain gini langsung dibeliin handphone sama eomma? Entar Kak Minho ngiri, loh..." Tuh kan, tuh kan! Apa yang Suho takutkan jadi kenyataan T_T ibu Suho pasti bakalan banding-bandingin Minho dengan Suho.
Suho memaju-majukan bibirnya. "Suho juga bisa, kok, dapet nilai bagus..." Ucapnya pelan, antara yakin dan tak yakin. Pasalnya, sejak kelas 1 SD, nilai mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggrisnya selalu jelek T_T
"Gini aja, deh, kalau nanti pas lulus SD rata-rata nilai Suho dapet 8, eomma bakal beliin handphone buat Suho. Gimana?" Tawar ibu Suho akhirnya seraya mengusak lembut kepala anak bungsunya itu.
"Yaaahh! Masih... Satu, dua..." Suho menghitung menggunakan jari-jarinya. "Iiihhh... Lulus SD juga masih dua tahun lagi, dong, eomma..."
.
.
.
"...1... And 2... And 3... And... Yeah!" Seru Kris begitu ia berhasil memasukkan bola basketnya ke dalam ring dengan sempurna. "Nice shot." Gumamnya puas dan bangga akan dirinya sendiri kemudian ia segera mengambil bola basketnya lagi.
"Yah... Yah... Kau memang selalu nice dalam shot, and yeah." Komentar Suho sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya dengan wajah datar. Oh, dan juga dengan kalimat Bahasa Inggrisnya yang aneh itu. Kalau bukan karena kedatangan Kris ke rumahnya yang meminta Suho melihat permainan basketnya, mungkin sampai sekarang Suho masih malas-malasan tengkurap di atas tempat tidurnya sehabis makan siang.
Kris tertawa ngakak. "Kau kenapa, sih?" Tanyanya geli kemudian ia mengambil duduk di sebelah Suho. Kris membuka tas ranselnya kemudian mengeluarkan sebotol minuman ion dari dalam ranselnya, lalu meneguknya. "Bete lagi? Mau ke kandang jaguar lagi, hm? Hahahaha."
"Ish." Suho melotot, tapi kemudian ia nyengir mendengar kata 'jaguar'. Jadi inget pas waktu itu.
Kris tertawa lagi. Kemudian ia kembali meneguk minumannya seraya merilekskan kedua kakinya lurus ke depan.
"Oh iya, Kris."
"Hm?" Kris menoleh ke arah Suho seraya menutup botol minumnya. "Apa?"
"Kamu punya handphone, nggak?"
Kris diam sejenak. "Handphone?" Gumamnya kemudian merogoh saku celana basketnya. Mengeluarkan sebuah benda tipis berlayar lebar. Handphone! Ternyata Kris juga punya. Handphone-nya mirip seperti milik Baekhyun tetapi ukurannya sedikit lebih besar. Dan pastinya lebih mahal. "Punya. Kenapa?"
Suho masih bengong memandang kagum handphone milik Kris.
"Woi!" Seru Kris sambil menahan tawanya melihat Suho malah bengong. "Kenapa emangnyaaaa?"
"Ah, enggak." Suho buru-buru mengatupkan bibirnya lagi. "Enak, ya, punya handphone."
"Biasa aja, sih." Gumam Kris sambil mengusap layar handphone-nya. "Lagian aku cuma pakai buat sms dan telpon aja. Kalau nggak lagi sms atau telpon, ya nggak aku apa-apain."
"Kapan Kris dibeliinnya?" Tanya Suho lagi.
Kris diam, mengingat-ingat sejenak kapan ia dibelikan handphone. "Hm... Kalau nggak salah, waktu pertama kali aku tanding basket, jadi kapten tim dan menangin pertandingan. Besoknya aku langsung dibeliin handphone sama ibuku." Kris tersenyum tipis. "Kalau nggak salah lagi, itu pas kelas 5."
"Oohh..." Suho manggut-manggut. "Enak, ya."
Kris tersenyum kemudian mengacak rambut Suho. "Kenapa? Kamu mau dibeliin handphone juga?"
"Iiih." Suho mengerucutkan bibirnya lagi, membuat Kris tertawa gemas. "Eomma bilang aku masih kecil. Makanya nggak boleh beli handphone." Gumam Suho mengingat kata-kata ibunya. "Coba kalau aku rajin kayak Minho hyung... Pinter kayak Kyungsoo... Kaya-raya kayak Baekhyun... Atau jago basket kayak Kris... Pasti eomma mau beliin handphone buat aku." Gumamnya lagi sambil memainkan kedua kakinya.
"Baekkie sama Kyungsoo aja udah punya handphone. Masa cuma aku aja yang nggak punya?" Rutuk Suho sambil memeluk kedua kakinya. "Mereka, sih, enak. Orangtuanya kaya. Mintanya malem ini, besoknya pasti langsung dikasih. Lah aku? Mintanya waktu masih SD, bisa-bisa dikasihnya waktu aku udah lulus SMA."
Kris menahan tawanya mendengar perumpamaan konyol Suho. Sebetulnya ia mau tertawa terbahak-bahak seperti biasanya, tapi melihat aura hati Suho yang sedikit suram itu membuatnya mengurungkan niatnya itu.
Suho menghela nafas seraya meluruskan kedua kakinya lagi. "Hhh. Ya udah, lah. Mungkin aku cuma bisa minta sama Tuhan." Gumamnya kemudian ia mengepalkan kedua tangannya seraya memejamkan matanya, mendongak ke atas. "Ya Tuhan... Berikan Suho handphone, Ya Tuhan... Satuuuuu, aja, nggak usah banyak-banyak... Yang murah, nggak usah yang mahal-mahal juga nggak papa... Oh, iya... Sadarkan teman-teman Suho juga, ya, Tuhan... Biar mereka nggak suka pamer barang mahal ke Suho yang bisa membuat Suho iri hati dan dengki berkepanjangan, Ya Tuhan... Amin."
Kris tersenyum geli.
.
.
Kemudian menyodorkan handphone-nya pada Suho.
.
.
"Kalau kamu beneran pengen punya handphone... Nih. Kamu bisa pinjem handphone-ku."
.
.
"E-eh..?" Suho menganga. "Pi-pinjem handphone..?"
Kris mengangguk yakin sambil semakin mendekatkan handphone-nya pada Suho. "Iya, nih, bawa aja, dua atau tiga hari gitu. Kamu bisa kembaliin pas masuk sekolah nanti."
"Be-beneran, nih?" Suho memandang takjub handphone milik Kris itu kemudian menerimanya. "Nggak dimarahin orangtuamu kalau aku bawa pulang handphone-mu?"
"Ya ampun, ngapain coba aku boong buat minjemin handphone ke kamu?" Kris tergelak. "Nggak, lah. Mereka nggak sekolot itu, kali, ngurusin handphoneku ada di mana atau apa. Asal jangan kamu jual lagi aja. Hahaha."
"Yeee, enggak, lah." Suho ikut tertawa. "Wuah... Makasih, ya, Kris!" Suho tersenyum senang sambil memandangi handphone yang ada di tangannya itu.
Kris tersenyum kemudian mengacak rambut Suho lagi dengan gemas. "Hm."
.
.
.
"Dipinjemin handphone?!" Seru Baekhyun dan Kyungsoo bersamaan. Lengkap dengan mulut terbuka saking takjubnya mendengar berita Suho-dipinjami-handphone-oleh-Kris.
Suho tersenyum bangga dengan sedikit mengangkat dagunya. "He-eh."
"Khokkhh bhhissha (kok bisa)?" Serbu Kyungsoo dengan mulut penuh bolu cokelat buatan eomma-nya. Malam ini mereka bertiga tengah berkumpul di rumah Kyungsoo untuk melanjutkan tugas kelompok Matematika mereka.
"Uuummm... Ya gitu, deh." Jawab Suho dengan nada sok menggoda. "Hehehe."
"Kayak orang pacaran aja. Pinjem-pinjeman handphone." Komentar Baekhyun tanpa mengalihkan pandangannya dari karton putih hasil pekerjaan mereka.
"Ish." Suho mendelik kepada Baekhyun. "Sirik. Ga pernah dipinjemin handphone, ya, sama Chanyeol? Hihihi..." Sindir Suho kemudian ia tertawa-tawa ngakak. "...Uhuk uhuk!" Lalu disambung suara batuk-batuk karena tersedak sebutir chocolate chip yang ada di kue bolu yang ia makan.
Baekhyun balas tertawa ngakak. "Syukurin! Syukuriiiiinnn!" Serunya nyinyir dan penuh dendam.
Suho mengerucutkan bibirnya dan menyipitkan matanya, memandang Baekhyun dengan sinis. "Sial."
"Liat, dong, handphone-nya Kris sunbaenim." Pinta Kyungsoo. "Kamu bawa kesini, kan, handphone-nya?"
"Hehe, iya, dong." Suho mendadak ceria lagi, kemudian ia mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan handphone pinjamannya itu. "Sengaja aku bawa ke sini, soalnya aku mau minta kalian ajarin gimana cara pakenya."
Sebentar saja, Suho sudah bisa menggunakan handphone (milik Kris) itu.
"Eh..." Gumam Baekhyun yang tengah memainkan ponsel milik Kris itu. "Suho, Kyungsoo! Sini, deh." Panggil Baekhyun pada Suho yang sedang mengerjakan sisa tugas kelompok mereka dan Kyungsoo yang baru saja kembali ke ruang tengah rumah Keluarga Do setelah mengembalikan piring tempat bolu yang sudah habis itu ke dapur.
"Kenapa?" Tanya Suho dan Kyungsoo bersamaan sambil menghampiri Baekhyun.
Baekhyun tersenyum-senyum sok misterius. "Jangan kaget, ya..." Gumamnya sok asyik.
"Apa, sih?" Tanya Suho tak sabar sambil mencoba merebut handphone itu dari tangan Baekhyun. "Kenapa emangnyaaa?"
"Liat, nih!" Baekhyun segera menyodorkan handphone Kris pada Suho dan Kyungsoo. "Kris sunbaenim nyimpen fotomu banyak banget!"
"HEH?" Suho melotot antara kaget dan malu. "Ya-yang bener..?" Ia segera merebut handphone itu dari tangan Baekhyun. Dilihatnya galeri foto di handphone Kris itu dipenuhi dengan foto-foto candid dirinya. Ada foto Suho saat ia sedang berjalan, dilihat dari latarnya sepertinya foto itu diambil saat study tour ke kebun binatang beberapa saat yang lalu. Ada juga foto saat Suho sedang mengusap keringatnya selagi mengikuti pelajaran olahraga, waktu Suho sedang melahap sandwich jatah makan siangnya di kantin sekolah, saat Suho sedang duduk di bangku gedung olahraga dengan wajah lempeng selagi menonton pertandingan bulutangkis antarguru minggu lalu... Dan masih banyak lagi! Bahkan ada beberapa foto yang Suho sendiri tidak ingat kapan dan di mana kira-kira Kris bisa memotret dirinya seperti itu.
"Kayaknya Kris sunbaenim bener-bener suka, deh, sama kamu, Ho." Goda Baekhyun sambil menyikut lengan Suho. "Kalau nggak, ngapain coba dia nyimpen fotomu segini banyaknya? Iya kan, Kyung?" Lanjutnya sekaligus meminta persetujuan Kyungsoo.
Kyungsoo mengangguk-angguk. "Iya, Ho. Kayak di telenovela yang pernah kutonton sama eommaku. Jadi ceritanya tuh gini, yang cowok tuh suka sama si cewek, terus si cewek minta bukti cinta si cowok itu, si cowok itu ngasih ribuan lembar foto-foto si cewek yang udah diambil sejak bertahun-tahun yang lalu, terus si cowok itu bilang... 'Semakin aku mengambil potret dirimu, semakin dalamlah cintaku padamu'... Aduh, ya ampun, Baek, ya ampun, Ho, sumpah itu so sweet banget, suer! Tau nggak, eomma sama aku aja sampai habis tisu beră…¡"
"BERISIIIIIIK!" Seru Suho dan Baekhyun gemas. Ampun, deh, kalau sudah dengerin rekomendasi telenovela ala Do Kyungsoo. Bisa berkepanjangan tujuh hari tujuh malam.
Kyungsoo langsung bungkam, kemudian ia nyengir kuda. "Ehehehe. Sori, kelepasan." Hih, kelepasan.
"Uh..." Gumam Suho dengan wajah melas sementara jarinya masih sibuk menge-scroll layar handphone Kris itu. Masih ada banyak foto Suho yang bertebaran di galeri handphone Kris. "Gimana, nih..."
"Gimana apanya?" Baekhyun mendelik aneh. "Seneng, doooong, ditaksir Kris sunbaenim?"
Suho diam dengan bibir mengerucut. "Ta-tapi... Rasanya aneh, tau, nggak..."
"Aneh apanya?" Sambar Kyungsoo. "Lagian kamu juga suka, kan, sama Kris sunbaenim?"
"HAH?" Pluoookk! Suho langsung menimpuk wajah Kyungsoo dengan gelas plastik yang sudah kosong. "Ngawur." Bantahnya dengan wajah merah padam. "Siapa bilang? Nggak, ih!"
.
.
.
"N-nih."
Kris memandang aneh pada Suho yang menyodorkan kembali handphonenya itu.
"Baru juga 19 jam aku pinjemin handphoneku ke kamu." Gumam Kris sambil melirik jam tangannya. "Kok udah dikembaliin?"
"Eng..." Suho menunduk seraya menggigit bibir bawahnya. Duh, kasih alasan apa, nih?! Mana mungkin Suho bilang dia nggak enak hati cuma gara-gara ada banyak potret dirinya di handphone Kris. Alasan logis macam apa itu? Hhhh!
"Kenapa, sih?" Tanya Kris lagi, tidak sabaran. "Kamu dimarahin sama eommamu gara-gara bawa pulang handphone orang?" Kris cekikikan geli membayangkan ibu Suho marah-marah hanya karena anaknya bawa pulang handphone orang.
"Bu-bukan gitu." Sangkal Suho dengan wajah memerah. Itu mah, malah lebih tidak logis lagi.
Kris meredakan tawanya. "Terus kenapa, dong?"
.
.
Jujur, enggak, jujur, enggak...
.
.
"A-abisnya... Kok ada banyak banget fotoku di galerimu..?"
.
.
Plok! Suho refleks menutup mulutnya sendiri setelah bibirnya seakan terbuka sendiri dan mengeluarkan alasan tidak logisnya untuk mengembalikan handphone Kris itu.
"Heh?" Kris terlihat bingung. "Fotomu?" Kemudian ia diam sejenak sambil mengerutkan keningnya. Lalu beberapa saat kemudian ia tertawa kecil. "Ya ampuuunnn... Kamu kaget, ya, liat galeri di handphoneku?"
Suho melotot mendengar kata-kata Kris. Ya gimana nggak kaget? "Ja-jadi... Kamu..." Suho menunduk semakin dalam, mendadak bingung harus bagaimana melanjutkan kata-katanya. Tadinya ia mau bilang "jadi kamu beneran suka sama aku?", tapi setelah ia pikir-pikir lagi entah kenapa kalimat itu kesannya ke-geer-an abis. Syukur-syukur kalau Kris benar-benar menyukainya, setidaknya Suho tak perlu menanggung malu. Lah kalau enggak? Mau ditaruh mana muka Suho? Kandang jaguar? Lemari pakaian orangtuanya? Atau di dalam kulkas di rumah Baekhyun yang besarnya menyaingi Big Ben di London itu?
Air muka Kris berubah. "Eh, ta-tapi, aku nggak ada maksud apa-apa, loh, nyimpen foto-fotomu." Ucapnya cepat. "Lagian yang motret-motret kamu pakai handphoneku itu bukan aku."
"HAH?" Saking kagetnya Suho tak sempat mengontrol volume suaranya. Alhasil suara 'hah' itu keluar dengan tidak elite-nya. "Ma-maksudmu..?"
"Iya. Itu bukan hasil potretanku." Kris menyeringai kecil. "Tau, tuh, temen-temenku. Minseok sama Luhan. Mereka selaluuuu aja becandain aku, godain aku, lah, ngegosipin aku suka sama kamu, lah, apa, lah. Sejak mereka tau aku jalan berdua sama kamu pas study tour waktu itu, mereka jadi sering deh nuduh-nuduh kalau aku suka sama kamu."
Kris mengusap layar ponselnya. "Kalo ketemu kamu, mereka suka iseng foto-fotoin kamu. Hasilnya ya kayak yang kamu liat itu. Mereka bilang, sih, buat koleksiku. Haha, sialan emang. Dasar tukang gosip, hahahaha. Ngomong-ngomong emangnya kamu nggak ngerasa, ya, kalo di-paparazzi-in gitu? Hehehe."
"Ya ampuuuunnn..." Suho menutup wajah memerahnya dengan kedua tangan. "Aku kira kenapaaaaaa..."
Kris terkekeh. "Sekarang udah gak salah paham lagi, kan?" Godanya. Ia kembali menyodorkan handphonenya pada Suho. "Nih. Masih mau pinjem lagi, gak?"
Suho tersenyum malu, kemudian mengangguk kecil. "Hehehehe... Iya, deh. Tadinya aku sempet mikir aneh-aneh, sih, makanya aku kembaliin aja." Akunya malu-malu.
"Aneh-aneh gimana?" Goda Kris. "Kamu pikir, aku suka sama kamu, gitu? Hahaha."
Skak mat. "Iiihhh, enggak!" Elak Suho dengan wajah memerah. Sebenarnya iya, sih. Tapi Suho malu mengiyakannya.
"Hahahahaha!"
.
Untunglah~ nggak ketahuan, batin Kris diam-diam.
.
.
Eh? Apanya yang nggak ketauan?
.
Hihihi!
THE END!
