Matahari hampir berada di penghujung ufuk, namun Baekhyun, begitu pria berusia dua puluh tujuh tahun itu, belum sedetikpun muncul di pelupuk mata Junmyeon. Baekhyun, sepupunya yang keras kepala itu, mungkin masih menyelesaikan pekerjaannya, begitu pikir Junmyeon. Tapi sungguh, tak biasanya Baekhyun belum menampakkan batang hidungnya di Pienot Cafe, milik Junmyeon dan suaminya, Wu Yifan.
"Sudahlah sayang, jangan berlagak seperti ibunya."
Jelas Junmyeon memprotes perkataan suaminya itu.
"Fan, kau tahu jelas bagaimana Baekhyun itu."
"Aku tahu, aku tahu." Yifan menghampiri suaminya, memeluk pundak kecil itu dan mengelusnya dengan lembut. "Tapi Baekhyun sudah besar, sayang. Kau selalu menganggap anak itu masih berusia tiga belas tahun."
Yifan benar. Junmyeon merasa Baekhyun masih berusia tiga belas tahun, dimana saat itu, sepasang suami istri Byun menjadi korban keganasan jembatan layang di perjalanan mereka menuju Bucheon.
"Mungkin saja, banyak pekerjaan di barbershop yang belum terselesaikan oleh Baekhyun."
"Jangan bicara omong kosong, Yifan." Junmyeon merengut dan memukul dada lawan bicaranya. "Baekhyun adalah pemilik barbershop itu. Pekerjaan apa yang bisa ia lakukan selain menghitung uang kas di kasir?"
"Mungkin saja—"
Pembicaraan itu terputus saat pintu kaca terdengar didorong dengan kasar.
"Aku tahu, pasti kalian membicarakanku kan, hyung?" ucapan itulah yang pertama terlontar dari mulut Baekhyun saat melihat kedua sepupunya terlihat berduaan di depan pintu masuk.
"Anak bodoh!" Junmyeon yang tidak suka dengan gurauan Baekhyun memutuskan untuk memukul kepala sepupunya itu dengan kencang. "Kemana saja kau seharian ini?!"
"Aduh, ampun hyung. Ampun." Baekhyun berusaha menghindari pukulan itu.
Malangnya, meski Yifan sudah berusaha menghentikan tindakan suaminya, tapi toh Junmyeon yang selalu menang.
"Pasti kau ketiduran lagi kan?! Atau apa kali ini? Kau terlalu asik bermain video game hingga lupa kewajibanmu untuk mengunjungiku setiap makan siang?!" omel Junmyeon dengan terus memukuli adik sepupunya.
"Hyung..." rengek Baekhyun yang melindungi kepalanya sendiri.
"Belum cukup kau dirawat karena gastricmu yang kumat itu? Masih berani membuat hyungmu ini mati muda?!"
"Hyung, aku hanya terlambat tiga jam dari makan siang." Baekhyun membela diri.
Junmyeon menghentikan pukulannya, berganti dengan tatapan sengit yang bahkan Yifan saja bergidik ngeri.
"Tiga jam cukup untuk membuat lambungmu terluka, Byun Baekhyun. Jadi tolong, kalaupun kau terlalu malas untuk berjalan kaki dari barbershopmu kemari, paling tidak kabari hyungmu ini. Hyungmu ini masih memiliki cukup karyawan untuk mengantarkan makan siangmu."
"Hyung, aku tahu sendiri, hanya ada Jongdae yang berjaga di kafemu. Jadi aku pikir, lebih baik aku yang kemari, karena pasti akan merepotkan Jongdae, dan juga hyung." Baekhyun merajuk dengan menarik tangan Junmyeon. "Maafkan aku ya, hyung?"
"Kapan aku tidak memaafkanmu, anak bodoh?" Junmyeon mengacak-acak rambut sepupunya itu dengan rasa sayang. "Sebaiknya kau duduk dan makan. Aku takut lambungmu kenapa-napa lagi."
"Eoh."
Baekhyun menurut ketika Junmyeon mendudukkannya di meja terdekat.
"Tunggu di sini dengan Yifan, okay? Aku akan menyuruh Chanyeol untuk menyiapkan makanmu."
Kening Baekhyun mengkerut, diiringi dengan Junmyeon yang berlalu dari hadapannya.
Chanyeol, nama yang pernah sering didengarnya.
Tapi, pemilik nama Chanyeol cukup banyak kan di Seoul?
"Fan Hyung, siapa Chanyeol?"
Yifan menjawab dengan cepat, "Pegawai baru di sini."
"Eoh.."
Mereka menunggu cukup lama, hingga Junmyeon datang dengan pria tinggi itu.
"Thanks, Chanyeol-ah." kata Junmyeon yang ikut menata mejanya.
Awalnya Baekhyun tak peduli dengan pegawai baru itu.
Hingga suara beratnya terdengar jelas di telinga.
"Silahkan menikmati, sajangnim."
Kedua pasang mata itu beradu, saat Baekhyun tertegun dan segera mengalihkan kepalanya.
"Park Chanyeol?"
TBC
Halo halo semuanya! Apa kabarnya? Masih ingat denganku?
Mungkin sebagian besar dari kalian tahu aku dari fanfic Daddy's Little Baek ya? Sayangnya, aku kehilangan moodku untuk menulis smut, jadi maafkan kalau tulisanku yang itu terabaikan.
Nah, sebagai gantinya, aku akan menulis Become Undone ini bergantian dengan Hello Again. Di tanggal ganjil, aku akan mempublish Hello Again, dan di tanggal genap aku akan mempublish Become Undone.
Semoga fanficku masih laku ya? Hehehehe.
Dan lagi, semua kritik dan saran terbuka loh bagi kalian. Jadi, jangan sungkan ya untuk meninggalkan beberapa patah kata di kolom komentar?
