Chapter One
The Haunted House (1)
Kedelapan anggota SP terpaku menatap rumah yang menjadi tempat training sessions mereka. Rumah itu kotor, dindingnya kusam dan retak di mana-mana, dan beberapa gentingnya copot. Pohon tinggi tumbuh rapat mengelilingi rumah itu.
"Yang benar saja! Apa kita harus menginap di sini?"
"Kelihatannya seperti rumah hantu, Occhi."
"Me takut, Kirity!"
"Hm… kurasa memang benar di sini. Rumah nomor tiga belas. Ayo kita masuk."
Hari menjelang malam, udara dingin menusuk kulit. Tapi tidak ada seorangpun yang menunjukkan tanda-tanda mau masuk terlebih dulu.
Setelah diam beberapa lama, Kiri berkata, "Narunaru, kau nomor satu di Jepang, kan? Ayo masuk."
"Hahaha! Kau benar! Ayo kita masuk!" Narumi tertawa gugup.
Krieeet. Dia membuka pintu. Bagian dalam rumah itu sama saja seperti luarnya, kotor dan mengerikan. Sarang laba-laba menggantung di mana-mana.
"…Kazuhiko, kau yakin ini benar rumah yang disarankan ayahmu? Kau tidak keliru, kan?" kata Narumi sambil melangkah pelan masuk ke rumah itu diikuti yang lainnya.
"Kurasa memang benar rumah yang ini. Ini satu-satunya rumah di daerah sekitar sini." jawab Ochiai. "Tapi aku tidak menyangka Ayah menyarankan rumah bobrok untuk tempat latihan kita."
Pelan-pelan mereka memeriksa rumah itu memakai senter. Rumah itu terdiri dari beberapa kamar: ruang tengah, dapur, ruang depan, kamar mandi, dan dua kamar tidur. Semuanya gelap dan berdebu.
"Yang melihat saklar lampu cepat nyalakan!"
"K-kelihatannya tidak ada saklar lampu di sini. Mungkin kita harus menggunakan lilin." kata Kanako takut-takut.
"Huwa…! Aku mau pulang…! Ayo kita pulang saja, Occhi."
"Iya, ayo kita pulang saja, Narusy."
"Sebentar, coba aku telepon ayahku dulu." kata Ochiai sambil keluar rumah.
Tak lama kemudian dia masuk dan berkata tegang, "Tidak ada sinyal."
"APAA?!"
"Waa…!! Aku mau pulang!!"
"Bagaimana ini?! Masa kita harus tinggal di rumah mengerikan ini selama seminggu?!"
"Semuanya, tenang dulu." Ochiai berkata serius. "Mustahil kita pulang sekarang, halte bus jaraknya 2 kilometer dari sini, dan sekarang sudah malam. Kelihatannya sekarang kita terpaksa menginap di sini. Besok baru kita mencari jalan keluar yang lain."
"Baiklah. Semuanya, ayo semangat! Cari lilin dan korek! Ingat, kita ke sini untuk latihan!" kata Narumi berapi-api.
"Di sini ada lilin." kata Komattaro, membuka sebuah lemari berdebu.
"Tunggu… kurasa aku bawa korek." Seki menyodorkan koreknya pada Komattaro.
Beberapa lilin dinyalakan, tas-tas berat diletakkan di seberang ruangan. Kanako mulai mencari-cari makanan untuk dimasak.
"Eh… bagaimana kalau kita makan roti saja?" usul Kanako penuh harap. Dia takut memasak di dapur yang letaknya agak jauh.
"Terserahlah. Apa juga boleh."
Mereka ramai-ramai makan roti dan minum air mineral di ruang tengah. Semuanya bercanda dan mengobrol keras-keras untuk menghilangkan kesunyian yang mencekam di rumah itu.
"Bagaimana kalau kita tidur? Memang baru pukul sepuluh malam, tapi sebaiknya kita tidur sekarang saja."
"Apa kita bisa tidur sama-sama?" kata Kanako ketakutan. Hanya dia dan Kiri yang perempuan di situ. Dia tidak bisa membayangkan tidur hanya berdua di kamar yang gelap dan mengerikan.
"Kurasa bisa. Ruang tengah ini cukup luas untuk tidur semuanya."
"Apa ada kasur dan selimut di sini?"
Setelah menggelar kasur berdebu yang ternyata hanya ada beberapa, semuanya mencoba tidur sambil berdesak-desakan. Menjelang pukul satu pagi semuanya sudah tertidur kelelahan.
Tiba-tiba Narumi terbangun. Ternyata Kiri belum tidur. Dia sedang duduk bersandar di tembok, membenamkan kepalanya di lutut. Ketika Narumi mendekatinya, tubuh Kiri gemetar sedikit.
Aku lupa kalau dia takut kegelapan.
"Hei." Narumi ikut duduk di samping Kiri.
Kiri mendongak kaget.
"Kau tidak tidur?" tanya Narumi berbisik.
"A-aku tidak bisa tidur." Wajah Kiri ketakutan.
Narumi tersenyum kecil. Dia menyenderkan kepala Kiri di bahunya. "Kau tak perlu takut. Aku ada di sini."
Wajah Kiri memerah sedikit. Dia merasa nyaman di dekat Narumi, dan akhirnya tertidur.
Narumi mengamati Kiri saat tidur.
Dia manis sekali…
Tiba-tiba sekelebat bayangan lewat.
"A-apa itu?"
Aku cuma salah lihat. Cuma salah lihat.
Akhirnya Narumi pun tertidur, dan rumah itu kembali sunyi.
