Inspired : Sinopsis sebuah film yang saia lupa film apa itu O_O" klo ada yang ngeh atau tahu tolong kasih tahu ya~ Kembali lagi dengan Akari-chan, author paling geje n males login disini kalo ripyu =P
Settingnya Kuliahan…jangan bingung ya~
Eyeshield 21 © Yang jelas bukan aq yang punya.
Dinner 21th Down © Kinichairuudou Akari –chan-
Rated : T
Warning : OOC, OC, selipan bahasa gaul XD, semi-canon, dan lain-nista. Klo gak suka remove ajah.
Chapter 01, Table Moran Family.
Friday 11 June. 07:58 PM
Seorang pemuda berambut coklat dan bermata karamel berdiri di pintu sebuah restoran bernuasa artistik. Sudah lama ia disitu. Ia mengenakan tuxedo yang rapi yang biasa dikenakan orang-orang berada. Ia memegang Handphone dan memencet beberapa tombol. Beberapa orang berbisik-bisik dan ada yang memotretnya. Bahkan ada yang meminta foto bareng. Ya, siapa sih yang tidak kenal pada atlet American Football semi-pro itu? Berasal dari Universitas Enma dan sering muncul di TV dan koran. Siapa lagi kalau bukan Sena Kobayakawa, alias Eyeshield 21 yang pernah belajar setengah bulan di Amerika? Semua orang tahu itu. Tapi ada satu pertanyaan, kenapa dia ada di sini ya?
Seorang gadis berambut pendek dengan poni lempar ke kanan warna biru tua datang menghampiri Sena. Suzuna Taki. Ia mengenakan gaun merah marun selutut serta selendang tembus pandang yang ia lilitkan di tubuhnya. Suzuna terengah-engah, nafasnya turun-naik dengan cepat, pertanda ia sangat terburu-buru datang kesini.
"Sena!" teriak Suzuna. "Maaf! Hah…hah… Aku… Hah…Terlambat!"
"Ti…tidak apa-apa kok, Suzuna. Kau datang tepat waktu kok. Justru aku yang terlalu cepat datang kesini…" kata Sena. "Sepertinya…aku terlalu cepat menyetel jam-nya sehingga aku terlalu cepat datang kesini dan menganggapmu terlambat," sesal Sena.
"Tidak masalah, Sena!" kata Suzuna. "Lagipula…ramai sekali ya restoran ini. Beneran nih kita makan disini?"
"Tentu saja, Suzuna. Restoran ini bagus –katanya-. Rekomendasi dari kak Mamori."
Sena dan Suzuna segera masuk ke restoran. Di dalam restoran, ternyata ramai sekali. Tidak masalah sih kalau mereka memesan meja sebelumnya. Tetapi, karena Sena lupa memesan meja –seperti biasanya- mereka harus menunggu beberapa waktu untuk menunggu meja kosong dan dibersihkan oleh pelayan.
"Suzuna, maaf ya. Aku lupa untuk memesan meja sebelumnya. Aku jadi membuatmu menunggu lebih lama."
Suzuna menggeleng, "Tidak apa-apa kok, Sena. Kalau aku datang semenit lebih cepat mungkin meja itu menjadi milik kita."
"Itu bukan salahmu, Suzuna. Dan…tak terasa ya ini hari ke-21 kita makan bersama…"
"21 ya… Nomor-mu, Sena." sahut Suzuna tersenyum.
Mereka berdiri menunggu meja kosong. Sepertinya, sudah satu jam mereka disana. Tetapi, restoran ini makin lama makin ramai. Begitu mereka menemukan meja kosong, langsung direbut oleh pengunjung lain. Sena dan Suzuna cuma menghela nafas pasrah.
"Sena, bagaimana ini? Apa kita harus pindah restoran?" tanya Suzuna sambil memegang kakinya yang pegal.
"Tunggu sebentarlah, Suzuna." cegat Sena. "Tunggu sebentar lagi…"
"Ada apa sih, Sena? Tumben kamu bersikeras begitu." kata Suzuna heran.
"Itu…"
Sena mengalihkan pandangannya dan ia melihat sebuah meja kosong yang tidak diisi seorang pun. Meja itu ada papan yang bertuliskan keluarga Moran. Sepertinya meja itu dipesan oleh salah satu keluarga Moran dan sepertinya mereka tidak jadi datang. Bisa dilihat dari tidak adanya seorang-pun yang duduk di meja itu.
Suzuna melihat apa yang dilihat Sena. Meja kosong yang dipesan oleh keluarga yang bermarga Moran…
"Sena, meja itu kosong dari tadi ya?" tanya Suzuna.
"Iya. Tadi kuperhatikan tidak ditempati siapa pun." jawab Sena.
"Kalau begitu…bagaimana kalau kita yang tempati saja!" usul Suzuna. "Daripada kita berdiri disini sampai restoran tutup, kan?"
"Tapi…Suzuna. Apa tidak apa-apa nih? Lagipula, kalau ditanyai bagaimana?" ujar Sena ragu.
"Tinggal ngaku-ngaku saja kalau kita adalah anggota keluarga Moran." celetuk Suzuna. "Ngomong-ngomong, Moran itu bukan nama marga Jepang."
"Tapi kalau ada seseorang yang beneran dari keluarga Moran datang kesini bagaimana? Mungkin mereka terlambat seperti kita."
"Mereka tidak akan datang. Aku yakin! Kalau ada, mereka sudah datang dari tadi!"
"Terserahlah, Suzuna. Tapi, aku enggak tahu loh kalau ada apa-apa."
Mereka segera duduk di meja itu dan memesan makanan. Tanpa tahu ada seseorang yang memperhatikan mereka.
Suzuna menyantap makanan pesanannya. Begitu juga dengan Sena. Sesekali Sena melirik Suzuna yang sedang menguyah makanannya dan ia meraba sesuatu di kantongnya. Sepertinya, Sena ada sesuatu.
Suzuna yang menyadari Sena melirik dirinya tersenyum dan bertanya, "Ada apa Sena?"
Sena tersentak, "Ti…tidak ada apa-apa kok Suzuna. Ng…makanan disini enak tidak?"
"Enak!" komentar Suzuna. "Rekomendari dari kak Mamo ya? Pasti pernah kesini bareng kak You…Ni shi shi…" dan antena Suzuna yang tidak pernah kelihatan kini bergerak kesana-kemari.
Sena hanya tersenyum melihat tingkah Suzuna. Dan Sena pun segera menghabiskan makanannya karena restoran mau tutup. Itu bisa dilihat dari restoran yang mulai sepi. Yaelah…tutupnya baru 2 jam lagi Sena. Ngapain buru-buru?
Kemudian mereka selesai dengan makanannya dan didatangi dua orang pelayan. Tunggu! Mereka bukan pelayan restoran. Itu bisa dilihat dari seragam yang mereka pakai! Beda dari pelayan yang lalu-lalang di sekitar mereka. Mereka yang mendatangi Suzuna dan Sena adalah dua pria yang mengenakan pakaian serba hitam.
"Sepertinya Anda sangat menikmati makan malam terakhir kalian…" ucap salah satu dari mereka yang bertubuh ramping.
"Terima kasih…" jawab Suzuna. Beberapa saat kemudian, ia tersentak. "Hari terakhir? apa maksud anda?"
Sena yang merasa ada yang tidak beres, segera menuju kursi Suzuna dan melindunginya dengan tangan kirinya, "Anda berdua siapa?"
"Huh, masa tidak tahu, Moran sialan. Kau adalah musuh kami selama bertahun-tahun. Tak kusangka ada sisa bangkai kalian dari penembakan membabi-buta itu dan kini ada di Jepang…" jelas salah seorang yang bertubuh sedikit lebih pendek dari temannya.
"Tu…tunggu! Kami bukan anggota keluarga Moran!" jelas Suzuna.
"Jangan bohong! Kalian duduk di meja yang kalian pesan!" bentak orang pendek itu.
"Memang benar kami menempati meja ini, tapi kami tidak ada hubungannya dengan Moran itu." jelas Sena tegas. Meskipun di dalam hatinya ia takut luar biasa. Sepertinya, ada suatu kekuatan yang mengalir di hati Sena. Suzuna yang mendengarnya terkesan.
"Benar! Kami hanya menempati meja ini karena tadi ramai dan kami tidak dapat tempat duduk…" jelas Suzuna sekali lagi.
"Alasan yang klise, Nona…" ucap orang ramping itu dan ia mengeluarkan sesuatu dari balik jas-nya. Sebuah pistol hitam mengkilap lengkap dengan peredam suara berada di tangannya.
PSIIUUU!
"Suzuna!" teriak Sena menarik tangan Suzuna dengan cepat sehingga mereka terhindar dari timah panas itu. Sena segera menarik Suzuna keluar dari restoran itu dengan mendobrak pintu restoran.
BRRRAAAK!
"Tidak akan kubiarkan! Kejar, Morf!" teriak pria ramping itu. Pria pendek yang dipanggil Morf itu mengejar mereka dan mengeluarkan pistolnya juga.
"Tunggulah dengan tenang, Her…" kata pria itu sambil mengejar Sena dan Suzuna.
"Tidak akan kubiarkan kalian lolos. Kami dari keluarga Capone telah bersumpah kepada leluhur kami bahwa kami akan terus mengejar sisa-sisa kalian sampai ke ujung dunia-pun…" sumpah pria ramping itu sambil mengangkat topinya dan meletakkannya di dadanya.
To Be Contiuned… TBC toh. Baru tahu '=/
Chap perdana selesai juga! Maaf pendek, supaya memper-hot suasana *plak!* Oh, ya. Keluarga Moran dan Capone itu diambil dari komik Detective Conan vol 33 di chap Valentine berdarah. Tapi aq tidak begitu tahu lebih lanjut ttg mereka =/ Makanya, aku karang-karang sendiri deh XD.
Yak, ripyu minna-san!
