terimakasih untuk semuanya yang sudah membeerikan review ke saya di to be with u yah! this is my second fic, enjoy~ (reviews onegaishimasu!^^)

Eyeshield 21 : Riichiro Inagaki dan Yusuke Murata

Rate : T

Genre : Romance

-oo-


Satu lembar kertas putih.

Dua lembar kertas putih.

Tiga lembar kertas putih.

Beratus-ratus kertas putih.

Dan diantara kertas-kertas putih itu ada aku, yang menangis terduduk.

Menangisi kertas-kertas putih.


-oo-

"Sensei!"

Ugh. Aku bisa merasakan sinar matahari masuk dari sela-sela mataku yang tertutup. "Tutup jendelanyaaa~ aku.. mau tidur sebentar lagiii..."

"Bangun senseeii.." ia lalu mulai menggoyang-goyangkan badanku yang masih tertutup selimut.

Suara itu, yang bisa aku identifikasikan dengan sisa-sisa kesadaranku, adalah suara Chii-chan, salah satu asistenku. "Ngh.. 5 menit lagi.."

"DATELINE SENSEI!"

Aku membuka mataku dengan paksa, dan mengangkat badanku dengan cepat hingga aku terduduk di tempat tidurku. Hari apa ini? Mmm. Selasa.

Mati aku.

Pantas aku bermimpi seperti itu. Ugh, mimpi buruk. Tumpukan kertas putih yang belum digambar adalah mimpi buruk bagi semua mangaka. Tak terkecuali aku, Koizumi Karin.

Aku bangun dari tempat tidurku dan terburu-buru ke kamar mandi. Setidaknya gosok gigi, mandi kalau perlu. Eh, sepertinya rambutku agak.. bau. Yup, kalau begitu aku harus mandi.

"Sensei punya waktu 5 menit untuk mandi" tegas Chii-chan yang hari ini menggunakan sweater lucu berwana pink muda yang bercorak polkadot putih, kalung dengan pita pink dan muka panda sebagai bandulnya, rok pendek putih dengan ruffles dan stocking putih.

Ia menghias rambutnya yang ikal panjang dan berwarna coklat muda dengan bando berkuping panda.

Hee. Kawaii.

"Berhenti menatapku dan hapus air liurmu sensei. Waktumu untuk mandi tinggal 41/2 menit lagi"

Ugh. Dia benar. Aku masuk ke kamar mandi, dan bagaikan kucing yang kerasukan sesuatu, aku mandi dengan cepat. Aku namakan ini mandi pata-pata. Karena seperti itulah kedengarannya, pata-pata-pata.

Aku memakai sweater butut kesukaanku, celana panjang piyama yang hangat dan nyaman, memakai kacamataku yang kugunakan untuk membaca dan menggambar, kaus kakiku yang butut dan tebal, dan memakai handuk yang kulilitkan begitu saja dikepalaku karena rambutku masih basah.

Aku menemui asisten-asistenku di ruang tamu apartemenku, atau yang lebih kuanggap sebagai 'ruang menggambar'. Disinilah kami biasa menggambar. Ng,, dan makan. Dan tidur sebentar. Err.. dan menonton tv ataupun dvd.

Megumi-chan, asistenku yang lain, menatapku sambil nyengir, "Sensei kelihatan.. menarik".

Yang tentu saja adalah sindiran.

"Aku kan nggak akan kemana-mana hari ini!" kataku membela diri.

Walaupun begitu, aku tahu alasan ini percuma. Asisten-asistenku juga kemungkinan akan 'bertempur' dengan kertas putih dan tinta seharian ini, tapi tetap saja mereka tampil cantik. Mungkin karena mereka punya pacar.

Aku? Mm,, kehidupan percintaanku seputih kertas kosong. Tanpa goresan. Nol.

Nanti dulu. Aku punya banyak alasan untuk ini!

Pertama, masa SMA-ku kuhabiskan untuk American Football, yang membuatku disegani oleh laki-laki, dan bukannya disukai untuk dijadikan pacar.

Kedua, aku tak punya waktu. Karyaku yang berjudul 'Prince Eyeshield 21' (Editorku menyuruhku menulis tentang eyeshield 21, tapi tentu saja, karena ini shoujo manga, maka aku memutuskan untuk membuat karakternya seperti pangeran), terjual beratus-ratus ribu eksemplar, menjadikan aku sebagai mangaka yang.. ehm, cukup sukses.

Dan yang ketiga, umm.. mmm.. Tak ada yang ketiga. Pokoknya begitulah.

Mari kembali ke kehidupan nyata. Kedua asistenku sudah mulai bekerja. Loh? Kok cuma dua? "Nacchan mana?".

"Sedang ke Starbucks, membeli kopi untuk kita semua. Di apartemen sensei nggak ada kopi yang enak" Ugh. Yang bermulut tajam dan jujur ini adalah Chii-chan, tugasnya adalah menempelkan tone dan memberi warna pada gambar. Dia tipikal gadis jepang yang 'Kyaa-kawaiii~". Kulitnya putih, matanya besar dan bulat, hidungnya kecil, dan bibirnya selalu terpoleskan lipstick atau lipgloss. Semuanya kawaii~, sampai akhirnya dia bicara. Menusuk.

"Haahahaha.. kalo di apartemen sensei sih, jangankan kopi enak.. cup ramen pun rasanya sudah nggak enak" Aagh. Yang omongannya asal dan cukup iseng untuk menyakiti hati orang ini adalah Megumi-chan. Diantara kami, dialah yang kelihatan paling dewasa. Syle-nya cool dengan rambut pendek berwarna coklat tua dan badan yang ramping. Tugasnya adalah menggambar background.

"Konnichiwaaa!" Nacchan masuk tergopoh-gopoh dengan membawa belanjaan, termasuk kopi-kopi kami. "Di luar sudah mulai turun salju!" katanya sambil membuka coatnya dan menggantungkannya di gantungan.

Nacchan atau Natsuki-chan bertugas untuk mengarsir dan memberikan tinta pada gambar. Ia juga kadang bertugas sebagai seksi konsumsi. Ia berbadan agak gemuk dengan pipi kemerahan yang disukai laki-laki (ini menurut kedua asistenku yang lain, sih). Rambutnya hitam pendek dan matanya selalu kelihatan berbinar-binar. Ia selalu kelihatan ramah dan menyenangkan, dan memang begitulah dia.

"Tall caramel frappucino with extra caramel syrup and extra whip cream untuk Chii-chan, venti hot hazelnut latte untuk Megumi-chan, dan tall hot chocolate yang manis dan hangat untuk sensei" ia berkata sambil mengedipkan mata..

Aku tersenyum. "Arigato, Nacchan!". Dia memang asisten favoritku.

Oke! Semangatku sudah mulai naik! "Ok Minna! Gambarimaaaashouu!*"

"Haikk!" lalu kami mulai mengerjakan segala sesuatunya.

'Prince Eyeshield 21' chapter 78 : Tabata Shizuka, si anak baru yang terpaksa masuk klub American football karena lemparannya yang indah (ehem), harus ikut menginap di training camp yang penuh dengan laki-laki. Semuanya terasa sangat melelahkan, karena selain latihan, ia juga harus memasak makanan untuk semua peserta training camp. Di saat latihan fisik yang berat, ia jatuh pingsan karena lelah. Ketika ia bangun, ia mendapati si 'prince eyeshield 21', Shirokawa Hikaru, sedang menungguinya sambil tertidur. Shizuka merasa senang, dan berkata 'Arigato' dan membelai lembut rambut Hikaru. Tiba-tiba Hikaru terbangun, ia tersenyum dan berkata 'Ohayo' dengan senyum yang berkilau 2 miliar andalannya. Bersambung.

Yak. Aku tahu. Terkesan pendek dan mudah dibuat.. kenyataannya? Tidak.

Hari ini kami harus bekerja keras membuatnya, sebelum akhirnya mengirimkannya lewat fax.

"Tapi karakter Hikaru-kun ini.. huwaaa.. andaikan ada yang seperti ini di dunia nyata.. Tampan, tinggi, atletis, baik hati, punya senyum yang menawan, dan kaya raya.." Megumi-chan mulai mengajak ngobrol tanpa mengalihkan matanya pada pekerjaan. "Hontou ni KAN-PE-KI!*"

"Hmmm.. karakter ini nggak benar-benar ada kaan' senseiii?" tanyanya mendesakku.

Aku cuma diam.

"Deshou? Sensei kalo ditanya begini pasti diam.."

"Kamu kan punya pacar, Megumi-chan.. buat apa kamu tanya-tanya tentang laki-laki lain?" Nacchan ikut bicara.

Chii-chan sih seperti biasanya kalau kami sedang bekerja, silent mode.

"Nggak, soalnya karakter Shizuka ini mirip sensei.. Plin plan" Jleb! Aku merasakan ada panah menancap di punggungku.

"Nggak bisa menolak.." Jleb!

"Gugup dan ceroboh.." Jleb! Jleb!

"Dan suka menggambar manga" Huff.. tak ada alasan untukku tersinggung karena yang ini.

"Makanya, karena aku tahu karakter Shizuka ini terinspirasi dari sensei, aku juga berpikir.. apa karakter Hikaru juga terinspirasi oleh seseorang?"

"Ng.. itu.."

Handphone-ku yang aku atur dalam mode silent, tiba-tiba bergetar. "Aa! Denwa! Chotto mate ne*, Megumi-chan?"

"Ck."

Huff. Saved by the phone. Nomer yang tidak kukenal, ngomong-ngomong. "Moshi-moshi? Koizumi desu.."

"Aa.. Moshi-moshi"

Tubuhku rasanya dialiri aliran listrik beribu volt. Suara yang benar-benar kukenal.

"Ya.." Alasan nomer 3, kenapa aku tidak pernah berpacaran dengan siapapun, adalah mungkin karena orang ini.

Sumber inspirasiku untuk Hikaru.

"Yamato-kun?"


-oo-

chap 1 end

* Gambarimaaaashouu! : mari berjuang!

* Hontou ni KAN-PE-KI! : benar-benar SEM-PUR-NA!

* Aa! Denwa! Chotto mate ne, : Aa! Telpon! Tunggu sebentar ya,