Hyukjae sibuk memainkan ponselnya, hari telah begitu malam akan tetapi laki – laki berparas cantic itu masih berkutat dengan galeri dan foto – fotonya pagi ini dengan sang suami yang tampak begitu mesra. Donghae akan memeluk lehernya lembut sebelum mencium surai blonde milik Hyukjae saat Hyuk menekan tombol foto, kemudian memutar rahang runcing milik Hyukjae sebelum menyatukan kedua belah bibir mereka saat foto kembali diambil.

Laki – laki itu tersenyum lembut, ia menolehkan kepala mungil miliknya ke sisi tempat tidur di sebelahnya. Donghae pasti sangat kelelahan mengingat laki – laki kekar tersebut harus bekerja dari hari senin sampai jumat tanpa henti, namun tetap menemani sang istri untuk berkencan di hari Sabtu—Donghae seharusnya juga menerima libur untuk beristirahat jika tidak karena rengekannya untuk pergi ke sebuah café lucu di dekat perumahan mereka.

Ia pasti sangat lelah… Hyukjae mengelus surai kecoklatan milik sang suami, merasakan bagaimana paras tampan itu berdengkur kencang dan mengagumi betapa perhatian dan lembut suaminya setelah ia mengandung anak pertama mereka—Hyukjae merasa sangat diberkati oleh Tuhan akhir – akhir ini.

"Kau ingin menambah cakemu, Sayang?"

Donghae dengan lembut akan menghapus jejak krim di sudut – sudut bibirnya yang belepotan, menjilat krim tersebut seduktif sebelum mencium bibir tebal Hyuk penuh nafsu….

Demi Tuhan! Hyukjae memajukan bibirnya sebal. Mengapa saat ini aku jadi begitu menginginkannya?!

Tangan kasar itu akan memeluk pinggang gemuk Hyukjae posesif dengan kehamilannya yang telah beranjak menuju bulan ketiga. Aroma vanilla dan mint dari parfum maskulin kesukaan Donghae dan bagaimana kemeja bercorak kotak itu tak berhasil menyembunyikan hasil kerja keras sang suami ketika berolahraga membuat Hyukjae mengerang tertahan.

Mungkin….

Seperti kucing manja yang butuh belaian, Hyukjae perlahan masuk ke dalam selimut yang menyatukan tubuh mereka berdua, mendudukkan dirinya di sela – sela kaki Donghae yang sedang terbuka lebar sebelum membuka bokser hitam milik suaminya—menampakkan anugerah Tuhan dibalik sehelai celana ketat tersebut.

Belum ereksi dan sudah sebesar ini… Hyukjae menahan getaran dalam tubuhnya untuk mendesah sebelum membuka mulutnya lebar – lebar.

"Hhaamm…"

Begitu kasar dan panas, sama seperti saat benda kebanggaan itu menyodok habis lubang anusnya hampir setiap malam. Hyuk menjilat bagian permukaan kepala penis suaminya sebelum memusatkan servisnya pada batang panjang setelah melewati kepala tersebut. Sebagian yang tak berhasil dijangkau mulutnya akan diurut Hyukjae lembut.

"Kau seksi sekali, Sayang."

Membayangkan bagaimana kedua tangan kasar Donghae akan meremas bongkahan putih miliknya kasar membuat laki – laki dengan surai blonde itu mendesah sembari terus menghisap kejantanan suaminya.

"Hmmannhh…"


"Hmmannhh…"

Donghae terbangun dengan rasa menggelitik dan basah di sekitar 'benda' miliknya. Ia mengerjap – kerjap matanya pelan sebelum menemukan sebuah gundukan besar dan sembulan blonde yang tengah mendukung sebuah fakta bahwa istrinya sedang melakukan blowjob dengan begitu seksi.

"Sayang?"

Suara berat itu! Hyukjae menengadahkan kepalanya, melihat Donghae dengan manik sayu namun begitu menggoda. "Bukankah ini sebuah kejutan yang menyenangkan?"

PLAK!

"Aaahhh!" untuk pertama kalinya Hyukjae merespon Donghae dengan sebuah kata mala mini. Bekas tamparan ringan itu membuatnya semakin bernafsu dan merangkak keluar dari selimut seperti seekor kucing nakal yang berhasil menghilangkan seluruh kantuk milik Donghae seketika. "Hae…."

Entah apakah itu saliva atau precum milik Donghae yang berhasil keluar dari mulut Hyukjae yang terbuka, laki – laki tampan tersebut menarik – narik kedua putting Hyukjae bersamaan—membuat Hyuk semakin gila akan kenikmatan dan mendesah keras di hadapannya.

"Aaaahh! Aahhh! Y—yes! Like t—that!"

"Kau nakal sekali mala mini, Sayang."

"Aaahh!" Hyukjae dapat merasakan bahwa salah satu tangan Donghae kini tengah berhasil menyelinap dibalik kedua bongkahan seksi miliknya, dan jari – jari panjang itu yang perlahan dengan lembut menusuk lubang anusnya sebelum bergerak semakin cepat bersamaan dengan permainan tangan Donghae lainnya di dada sang istri. "A—aku—aah! Me—merindukanmu, H—haee…"

"Omong kosong."

"Hah! Haahhh! Aahh!"

"Kita hamper melakukannya tiap malam dan kau masih merindukanku?" seringaian Donghae semakin lebar saat Hyukjae dengan nakal mendesah keras di hadapannya dengan tiga jari yang tengah mengoyak – koyak lubang seksi sang istri. Merasa panas akan tubuh suaminya, Hyukjae kemudian kembali memasukkan penis besar itu ke dalam mulutnya yang basah sembari merasakan jari – jemari Donghae yang tak puas dalam menjelajahi lubang surgawi itu.

"Hmmhh..nnhmmhh…." getaran yang mulut penuh dosa itu lakukan terhadap kejantanannya membuat Donghae sedikit kelimpungan dan melampiaskan segala hasratnya pada tubuh istrinya, diam – diam memperkosa tubuh sang istri dalam pikirannya—demi Tuhan, Hyukjae semakin terlihat berpuluh – puluh kali lipat lebih seksi saat ia hamil. Pinggang kecil miliknya akan semakin membengkak dengan kedua bongkahan pucat yang begitu kenyal dan imut.

"Hmm…" Donghae memejamkan matanya, merasakan sensasi mala mini begitu kuat menghantam tubuhnya ketika erangan Hyukjae semakin keras ia dengar.

"Kau sedang ingin penis besarku merusak lubang anusmu, Sayangku?"

Bingo.

Hyukjae tidak dapat lagi berkata – kata. Tidak saat kaki – kaki putihnya mulai tergolek lemas dan kejantanan Donghae yang menusuk keras di sekitar mulutnya—ia membutuhkan penis itu mendorong kuat kelenjar kecil di dalam anusnya sekarang!

"Hyyaaaaah!"

Laki – laki dengan manik besar itu memekik kaget saat suaminya berhasil membuat tubuhnya jatuh terduduk dengan mesra di pelukan besar yang selalu ia dambakan. Penis mereka mau tak mau saling berdekatan dan untuk kesekian kalinya Hyukjae merasa terangsang melihat perbedaan besar yang telah Tuhan ciptakan dari segi 'benda panjang' milik mereka.

Mengapa milik Donghae diciptakan begitu besar?!

Hyukjae tak dapat menghentikan rasa kagumnya saat kejantanannya dan Donghae saling bergesekan. Tangan mungilnya dengan jemari kasar sang suami akan bertaut mesra sebelum mengurut kedua benda itu sensual. Donghae tak dapat memungkiri jika desahan seksi Hyukjae selalu membuatnya begitu bernafsu dan panas.

"Haahh! Besar sekali, Hae!"

"Ahhh! Panas! Ahhh!"

Seakan – akan mengerti dengan pandangan yang tengah dilayangkan oleh istrinya, Donghae menyeringai sebelum mempercepat gerakan tangannya di kedua penis yang sedang saling bergesekan tersebut—membuat Hyukjae mendesah semakin keras.

"Hhaaauhhhh! Haah! Aahmmah!"

"Dia besar dan panas untukmu, Hyukkie. Kau—hmm—menyukainya?"

Hyukjae melihat bagaimana mata tajam itu sangat menikmati apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Tubuh polos Donghae dengan peluh yang bercucuran di dada bidang milik sang suami membuat manik Hyuk semakin sayu dan nafasnya menjadi makin pendek—mengetahui bahwa tubuh seksi itu hanya miliknya seorang.

Mengetahui bahwa kejantanan tangguh milik Donghae hanya untuk lubangnya saja.

"Hyukkie!"

Donghae sedikit menggeram kaget saat sang istri dengan tanpa aba – aba menjatuhkan tubuhnya agar penis besar itu menabrak langsung kelenjar prostat Hyukjae dengan kasar, membuat Hyukjae berteriak. "AAHH!"

"Sayang?" Donghae ikut melihat sang istri khawatir, dipeluknya perut bulat Hyukjae posesif sebelum mengelus – elus anaknya dalam keadaan khawatir. "Kau baik – baik saja? Baby baik – baik saja?"

Hyukjae mengangguk.

"A—aku hanya sedikit kaget, Hae…" merasa tidak mengalami kram sedikitpun di perutnya, Hyuk mulai menggerakkan pinggul itu ke depan dan ke belakang secara perlahan, merasakan bagaimana penis berotot dan panjang milik sang suami ikut bergerak di dalam lubangnya membuat Hyukjae kembali mendesah keenakan.

"Haahhh! Aahh! Nnyaaahh!"

"S—sayang… berhenti menggerakkan pinggulmu seperti itu—atau… aku akan hilang kendali.."

"Aaah! Hahh!" seolah tuli dengan permintaan Donghae, Hyukjae semakin liar dalam menggerakkan kedua pantatnya dan berteriak setiap kali penis Donghae menusuk tepat di sebuah tempat dimana itu membuatnya semakin merasakan putih dan ketagihan. "K—kenapa—ah! E—enak sekali, Hae!"

Mulai terbawa dengan suasana, Donghae mengernyit dan ikut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah, merasakan bagaimana kuku – kuku hasil kikiran feminine Hyukjae akan menggesek kulut punggungnya seperti kehilangan arah dan begitu desperate akan kenikmatan.

"Kau menginginkannya kasar, Hyukkie?"

"Aaahh! Aahhh! Lebih dalam, H—haee!"

Dengan kecepatan kilat Donghae menjatuhkan tubuh feminine itu di tempat tidur dan melanjutkan tusukan – tusukannya lebih ganas, memastikan kejantanan miliknya masuk begitu dalam sehingga pantat Hyukjae akan bertubrukan dengan kedua buah zakar miliknya—sementara kedua lengan kekar tersebut akan terus memeluk perut Hyukjae protektif untuk melindungi janinnya.

"HHAAAHHHH! SE—SEPERTI ITU! AAHH!"

Entah mengapa Donghae selalu terasa begitu berpengalaman dan mudah dalam menaklukan sisi binal Hyukjae. Seolah – olah memastikan bahwa Hyukjae tak membutuhkan apapun lagi selain kejantanan keras itu menusuk prostatnya dengan kasar dan memenuhi Rahim miliknya dengan sperma panas setiap kali mereka bercinta. Ia akan selalu tahu kapan posisi yang tepat untuk membuat sang istri melenguh lebih keras, atau bagaimana kata – kata kotor dan suara bass seksi miliknya mengambil alih setiap pikiran dalam otak Hyukjae.

"K—kau akan keluar, Sayang?" Donghae berbisik, merasakan penis mungil istrinya berdenyut seperti akan meledak setiap saat.

"Ahh—ahhhaahh!"

"Aku bahkan belum menggagahimu selama satu jam dan—hmm! Kau ingin keluar?"

"T—tak tahan, H—haee! AHHMHHAHH!"

Semburan pekat itu mengenai mulut dan wajah Hyukjae, membuat sang istri semakin terlihat seksi. Donghae kemudian memeluk kedua kaki jenjang Hyukjae dan menenggerkannya di pundak kekar miliknya, berhati – hati agar hal ini tidak menyakiti Hyukjae sama sekali.

"Haahh… Hae, haeeee…."

"Iya, Hyukkie?"

"A—aku…." Hyukjae menoleh pada tangannya yang tengah menelusuri penis Donghae yang saat ini terjepit kuat oleh lubang anusnya. "Aah… keras—keras lagii…"

Donghae tersenyum lembut, tetap menggerakkan pinggulnya cepat sembari melahap kedua bibir kemerahan itu penuh nafsu. Ciuman mereka melibatkan banyak saliva dan lidah yang saling bertautan di udara, Hyukjae bahkan dapat merasakan nafasnya yang semakin pendek karena ciuman Donghae yang seakan – akan tak akan pernah berhenti sampai beberapa menit kedepan.

"Haahh… haahhh…"

Laki – laki dengan tubuh pucat itu memeluk punggung suaminya erat saat Donghae menorehkan beberapa ciuman kasar yang mengakibatkan biru keunguan di sekitar tubuhnya. "Hmmahh! Mmaahh!"

"Kau seksi sekali, Sayang. Aku mencintaimu."

"N—nado… AAHHHH!"

Semburan putih selanjutnya keluar dengan diiringi sperma Donghae yang ikut menyeruak kedalam rahimnya. Hyukjae dapat merasakan anak mereka tengah berenang ria karena kehangatan itu membuatnya ikut merasakan geli di sekitar perutnya. Ia mengelus – elus perutnya pelan saat Donghae tengah mengambil napas di sebelahnya, berbaring dengan dada naik turun sama sepertinya.

"Kau seksi sekali mala mini." Hyukjae hanya tersenyum senang melihat gigi – gigi rapi Donghae yang mengecup pipi gembulnya gemas. "Aku sangat mencintaimu…"

"Hmm…. Aku juga mencintaimu, Hae.."

"Bagaimana jika ronde kedua?"

Dan pertanyaan itu membuat Hyukjae terbelalak kaget.

"D—donghae…."

Donghae saat ini telah berhasil memenjarakan tubuh kecilnya di tengah – tengah lengan kekar dan jantan tersebut. "Aku lapar…."

"Mwo?"

"Aku ingin jajjangmyeon di took seberang supermarket itu…."

"Sayang." Donghae meilirik jam di nakas tempat tidur mereka. "Saat ini jam… 11 malam? Sepertinya took pak Han telah tutup mala mini."

Hyukjae mengernyit kesal, bibir seksi itu ia majukan beberapa senti dengan tangan pucat miliknya bersidekap di depan dada. "Kau tidak ingin membuat baby senang?"

"Hyukkie…." Donghae melihat kejantanannya yang malang, diikuti pandangan Hyukjae namun sang istri malah membelakanginya kesal. "Aku tidak ingin melayanimu saat ini!"

Butuh beberapa detik perlawanan dari Donghae sebelum ia mendesah tanda kekalahan. Laki – laki tampan itu memeluk istrinya sayang sebelum mengecup bibir mawar Hyukjae dan berdiri dari tempat tidur mereka—membuat Hyukjae sedikit menyesal melihat tubuh seksi sang suami namun ia terlalu lapar untuk ronde kedua mereka.

Mungkin setelah ia membelikan jajjangmyeonku?

"Kau tunggu disini, Baby. Appa akan membelikanmu makanan." Setelah berpakaian dengan jaket abu – abu dan jogger pants kesukaannya, Donghae berbicara lembut menghadap perut Hyukjae dan melumat kembali bibir sang istri mesra—membuat Hyukjae merasakan sensasi menggelitik di dalam dadanya.

"Hati – hati, Hae."

"Tentu, Sayang. Tidurlah jika kau mengantuk."

Mereka sedang sangat bahagia saat ini, dengan kandungan Hyukjae yang semakin sehat dan kehidupan seks yang begitu panas hamper setiap harinya—baik Hyukjae maupun Donghae tidak dapat meminta lebih dari ini.


"Sekali lagi mohon maaf untuk memintamu kembali buka di saat seperti ini, Tuan Han."

"Tuan muda Donghae telah membantu toko saya dengan begitu banyak pinjaman untuk membangun ini semua. Hal seperti ini bukanlah apa – apa jika dibandingkan dengan kebaikan Tuan pada toko ini." Lelaki paruh baya itu tersenyum ramah dibalik wajahnya yang terlihat kelelahan. Ia memastikan untuk membungkus makanan permintaan Donghae dengan begitu rapi dan pantas sebelum menyerahkannya pada CEO muda di hadapannya saat ini. "Aku juga turut senang dengan kehamilan nyonya muda, sampaikan salamku untuknya, ne?"

"Tentu saja."

Donghae baru saja akan menuju mobilnya ketika melihat supermarket 24 jam yang saat ini terlihat begitu menggoda di matanya. Mungkin Americano akan sangat terasa enak…

Masih dengan dua bungkus jajjangmyeon di tangannya—Donghae belajar untuk selalu membelikan dua buah porsi apapun untung sang istri mengingat nafsu makannya yang tumbuh seiring dengan berkembangnya calon bayi mereka—laki – laki tampan itu hendak memasuki toko sebelum menemukan sosok cantic yang begitu ia ketahui tengah memeluk dirinya sendiri dengan tatapan kosong di depan supermarket.

"Sandara?"

Merasa ada seseorang yang memanggil namanya dengan suara yang begitu ia kenal, wanita itu mendongak perlahan. "D—donghae?"

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Sandara hanya mengangguk. "Hei, kudengar istrimu baru saja hamil? Selamat! Aku turut bahagia mendengarnya."

"Soal aku yang mabuk dan…"

"Donghae." Sandara menggenggam tangan laki – laki itu, merasakan sebuah getaran listrik yang menjalari hatinya dengan lembut dan menyenangkan. "Bukankah sudah aku bilang dari sejak pertama kita bertemu? Aku akan selalu terbuka untukmu sebagai seorang teman."

"Tanganmu dingin sekali." Donghae berkata, buru – buru masuk ke dalam supermarket dan membuat wanita cantic di hadapannya terdiam bingung.

"Untuk apa kau menelponku?"

"Dengar, kupikir kita bisa bicara baik – baik soal semua ini." Donghae yang saat itu sedang akan keluar dari supermarket mendadak terdiam dan menengok kea rah Sandara yang terlihat sedang menelpon seseorang dari luar kaca transparan supermarket.

"Kita hanya teman, Ji. Teman tidur bersama dan itu adalah hal yang wajar—"

"Teman tidak tidur bersama seperti kita tadi malam!"

"Berhenti menganggap aku kekasihmu!"

"Aku minta maaf hampir memukulmu tadi pagi."

"Aku tidak peduli. Kita hanya teman dan aku tidak ingin melihatmu lagi."

"Lalu apakah dengan terus mengharap pada Donghae kau merasa akan bahagia?!"

Donghae terkejut setengah mati mendengarnya. Ia dapat melihat bulir – bulir air mata telah menggenang di sudut kelopak sahabatnya.

"Hentikan!"

"Kau mencintainya, kan?! Kau—" sambungan diputuskan secara sepihak oleh Sandara, ia mengenggam ponselnya kuat – kuat sebelum terisak perlahan di kursi dan saat itulah Donghae merasa bahwa ia harus menemani sahabatnya.

Mengharap...kanku?

"Kau… tidak apa – apa?"

Butuh waktu lama untuk Sandara menerima segelas Americano yang Donghae tawarkan, dan saat ia memutuskan untuk bersandar di pundak Donghae, wanita itu hanya dapat menangis lebih keras. Sehingga Donghae mau tak mau membiarkan Sandara untuk lebih tenang dan mulai bercerita—bagaimanapun juga, wanita ini telah menjadi salah satu bagian yang pernah mengisi hidupnya.

"Terkadang… susah sekali untuk menemukan orang yang benar – benar akan kau jadikan sandaran dalam hidup."

Donghae tidak menyadari betapa pandangan sang wanita yang terlihat sangat pilu menatap ke arahnya. Terutama jika orang itu telah bahagia dengan istrinya.

"Aku tidak pernah benar – benar menginginkan sebuah hubungan saat ini, Hae."

"Aku tahu." Donghae mengenggam Americanonya erat sebelum meneguk cairan itu puas. "Karena itu kau menolakku saat kuliah dulu, bukan? Karena kau adalah perempuan mandiri yang menginginkan kebebasan."

Dan aku menyesalinya. Sandara mencoba tertawa, ia semakin menyandarkan tubuhnya di pundak bidang Donghae, merasakan bagaimana deru nafas itu dahulu adalah miliknya. Donghae adalah satu – satunya lelaki pertama yang menidurinya dan seseorang yang tak akan pernah bisa hilang dari hidup wanita tersebut. Seandainya aku menyadari bahwa aku mencintaimu dahulu…

"Kau adalah perempuan yang sangat baik, noona."

Dara melihat wajah tampan itu, dan bagaimana mata tajam yang selalu memikatnya saat ini tengah memandangnya tenang. "Kau akan menemukannya suatu saat nanti—orang yang akan membuatmu begitu jatuh cinta sehingga kebebasan adalah hal terakhir yang kau inginkan."

"Seperti kau menemukan Hyukjae-ssi?"

"Seperti aku menemukan Hyukkie."

Wanita dengan jarak dua tahun lebih tua dari Donghae itu berusaha menahan bongkahan batu yang seolah – olah telah menusuk hatinya dalam. Bagaimana jika orang itu adalah kau, Hae? Namun ia hanya telalu egois untuk kembali menangis. Karena itu, Sandara dengan cepat menghabiskan kopinya sebelum mengecup pipi kanan Donghae lembut dan berlari kea rah mobilnya.

"Jangan bilang istrimu jika aku menciummu, okay?"

Donghae hanya dapat menghela napasnya tanda bahwa ia telah menyerah, dan tersenyum melihat bayangan wanita itu mulai menghilang di dalam mobilnya.


"Aku pulang."

Laki – laki dengan bibir tipis dan wajah tampan itu masuk ke rumahnya dengan disambut oleh isakan sang istri yang tengah didekap erat oleh Sunye.

"Haeeee!"

"Hyukkie?" Donghae memeluk erat, meminta Sunye untuk menghidangkan jajjangmyeon yang masih hangat itu di atas piring setelah Hyukjae mendarat di pelukannya. "Ada apa, Sayang?"

"Kau…. Pergi…. La—lama sekali…"

"Maafkan aku, hmm? Tuan Han terpaksa untuk membuat beberapa porsi yang baru untukmu." Ia terpaksa berbohong, Donghae tahu itu. Namun ia sendiri juga tidak tega jika memberitahu kejadian tadi saat istrinya sedang menangis seperti ini.

"Ka—kau.. juga tidak—sobs—membawa ponselmu…"

"Maafkan aku, Sayang."

"Aku—mau… jajjangmyeon—ku…"

"Ne…" sang suami membawa istrinya dalam sebuah gendongan mesra sebelum mendudukkan Hyukjae di atas kursi ruang makan mereka dengan dua porsi jajjangmyeon yang tengah tersaji dengan lezat. "Kau ingin kusuapi, Sayang?"

"Aku—ingin menyuapimu…"

Donghae hanya mengangguk penuh cinta, ia membuat Hyukjae terduduk nyaman di pangkuannya sebelum menerima beberapa suapan dari sang istri. Dan tak dapat menolong dirinya sendiri untuk semakin jatuh cinta melihat bagaimana pipi gembul Hyukjae yang menyantap makanan itu dengan lezat, mengusap beberapa saus yang terlihat belepotan di sekitar mulut Hyukjae dengan tisu.

"Seperti kau menemukan Hyukjae-ssi?"

"Seperti aku menemukan Hyukkie."

"Aku sangat mencintaimu, Sayang. Maafkan aku, ne?"

"Eum!" Hyukjae tertawa kecil kegelian saat Donghae berulang kali mencium pipinya lembut karena gemas.


a.n. HAI SEMUAAA! *nangis di pojokan* OMGG REVIEWNYA BIKIN AKU TERHARU, KETAWA, BANGGA, SEMUANYA DEH! You guys are so kind and fun jadii aku bakal post bukan epilog, TAPI SEQUEL DARI SEARCHING FOR HAPPINESS! Because we need more than one chapter to tell the cuteness of preggo Hyukkie, right? KEKEKEKEKE

BUTTTT because college life ku is so busy dan depressing, aku gabisa janji update cepet yaah :(( maafff bangett aku bakal usahain waktu buat update sebulan sekali but i'll try for now :((( Buat yang pengen Donghae merana dan tersiksaa disini tempatnya! AHAHAHAHAHAHAHAHA *tabok diri sendiri*

p.s. MAAFF BANGEET BELUM BISA BALESIN SEMUA KOMEENN BUT AKU BERHARAP KALIAN BAKAL ANTUSIAS WITH THIS NEW FF OF MINE! Bye all!