All of the characters belongs to J.K Rowling.

WILL I BE OKAY?

Chapter 1 : Old Life.

Senin, 2 Oktober 2006

Draco mengerang keras, lagi-lagi laporan keuangan perusahaannya tidak sesuai dengan keinginannya, mereka lagi-lagi mengalami defisit untuk triwulan ketiga di tahun ini. Ia tidak tahu kenapa orang-orang yang bekerja dikantornya semakin hari semakin bodoh.

Apa yang salah dengan perusahaannya? Apa yang salah dengan orang-orang ini?

Tahun 2005 Malfoy Inc. menjadi perusahaan terbaik di dunia sihir dan juga mulai dikenal di Muggle London. Di dunia sihir Malfoy Inc. menjadi perusahaan yang memperkenalkan barang-barang elektronik Muggle ke dunia sihir, memodifikasinya menjadi barang-barang yang bisa digunakan meski tanpa listrik.

Di dunia Muggle perusahaannya menjadi perusahaan investasi besar.

Hanya saja sekarang permintaan barang-barang elektronik di dunia sihir semakin tinggi, hampir setiap rumah dan apartement menginginkan telepon, televisi, mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, pendingin ruangan, penghangat ruangan, penyedot debu dan lain-lain.

Mereka punya bagian produksi yang dengan mudahnya memodifikasi barang-barang tersebut agar bisa sesuai dengan situasi dan kondisi dunia sihir, tapi masalahnya sekarang jika perusahaannya hanya membeli barang-barang tersebut lalu memodifikasinya, keuntungan yang mereka dapatkan tidak begitu besar.

Padahal Draco memiliki banyak rencana besar untuk perkembangan perusahaannya. Dua atau tiga tahun kedepan ia bahkan berharap bisa membawa kendaraan bermotor ke dunia sihir.

Draco berencana untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan yang langsung memproduksi barang-barang elektronik, bukan pihak kedua apalagi pihak ketiga untuk membuat margin keuntungannya lebih besar.

Draco menghabiskan dua tahun setelah pertarungan Hogwarts mengasingkan diri ke dunia Muggle, dan jujur, mereka tidak begitu buruk. Para Muggle berkembang dengan pesat hanya dengan ilmu pengetahuan dan kerja keras mereka, tanpa sihir.

Di dunia Muggle perusahaannya bergerak di bidang investasi, ia perlu banyak uang Muggle untuk membeli barang-barang elektronik, jadi Draco juga memutar uangnya di dunia Muggle.

Sekarang perusahaannya mengalami masalah dalam memenuhi permintaan produk perusahaan mereka.

Pintu ruangannya diketuk.

"Masuk." Draco berseru.

"Mr. Malfoy." Mr. Grant, asisten pribadinya masuk kedalam ruangannya. "Rapat dimulai lima belas menit lagi, anda masih bisa makan siang jika mau." Mr. Grant memberitahu.

Draco mengangguk. Ia masih sempat makan siang jika mau. Draco ingin menertawai dirinya sendiri tapi menahan dirinya agar tidak dianggap gila.

Draco menggunakan teleponnya dan meminta agar makan siangnya diantar keruangannya sekarang.

Setelah makan siang terburu-burunya, seperti biasa, ia berjalan menuju ke ruangan rapatnya.

.

Jumat, 22 Desember 2006

"Aku tidak bisa mate." Draco berseru di telepon.

"Kenapa?" Blaise di sebrang sana bertanya padanya.

"Aku ada pekerjaan." Draco memberitahu lagi, tentu saja ia berbohong, siapa yang bekerja di malam natal?

"Pekerjaan macam apa? Kau bisa berbohong pada orang lain tapi tidak padaku bodoh!" Blaise berseru kesal.

"Maaf Blaise, tapi aku tidak bisa." Draco memberitahu. "Sudah dulu, aku ada pekerjaan." Draco menutup teleponnya.

Ia lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, menolak undangan pesta dari Blaise, kali ini pesta malam natal, tentu saja sebenarnya ia bisa datang, tapi ia hanya tidak mau.

Ia tahu kebanyakan orang di dunia sihir masih menganggapnya sebelah mata, mereka hanya menganggapnya sebagai pelahap maut yang beruntung karena Harry Potter bersaksi untuknya di pengadilan.

Banyak orang masih melihatnya dengan tatapan aneh, meledeknya bahkan menertawainya jika berpapasan dengannya di jalan. Dan Draco jelas tidak bodoh, jadi ia tahu akan lebih baik untuknya dan semua orang agar ia tidak sering muncul di depan umum.

Teleponnya berbunyi lagi. Draco mengangkatnya.

"Ada apa Mr. Grant?" Draco bertanya.

"Ibu anda menelepon, haruskah kusambungkan?" Mr. Grant bertanya.

Draco menghela nafasnya. "Iya, sambungkan saja, terimakasih Mr. Grant." Draco menunggu sebentar dan kemudian suara ibunya terdengar.

"Draco." Narcissa berseru.

"Ada apa Mother?" Draco bertanya pelan.

"Apa kau sudah melihat sampul depan Witch Weekly edisi spesial natal?" Narcissa bertanya dengan nada penuh semangat.

"Sudah." Draco berseru. Mr. Grant menunjukkan majalah itu tadi pagi padanya, dan ia tidak habis pikir apa yang ada di pikiran-pikiran perempuan-perempuan itu.

Fotonya yang sedang duduk di taman di dekat kantor Muggle-nya terpampang disana. Draco Abraxas Malfoy, The Most Eligible Bachelor Of The Year.

Harry Potter memegang gelar itu sampai tahun 2002, kemudian ia menikah dengan Ginny Weasley, dan gelar itu berpindah tangan ke Ronald Weasley hanya untuk tahun 2003, kemudian Cormac McLaggen dan Blaise Zabini mendapatkannya tahun 2004 dan 2005.

Ia tahu perempuan-perempuan di luar sana merasa ada sesuatu dalam dirinya. Bad Boy Vibe. Menurut Pansy, perempuan-perempuan punya tendensi untuk menyukai lelaki-lelaki yang disebut Bad Boy. Ia tidak habis pikir dengan hal ini, siapa yang Bad Boy? Ia bahkan sudah tiga tahun tidak keluar dengan perempuan kecuali ibunya. Ia tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu.

"Ada beberapa orang yang menghubungi Mother." Narcissa memberitahu lagi. "Apa kau mungkin mau bertemu dengan satu atau dua dari anak-anak teman Mother?" Narcissa bertanya lagi.

Draco menghela nafasnya. "Aku tidak punya waktu Mother." Draco berseru lagi. Ia tidak ingin bertemu dengan perempuan-perempuan yang hanya akan menghabiskan waktunya, perempuan-perempuan yang hanya menginginkan uangnya.

"Kau selalu menggunakan alasan ini, kau tidak punya waktu, kau tidak sempat, selalu seperti itu." Narcissa mengeluh.

"I'm sorry Mother." Draco memberitahu lagi.

Giliran Narcissa yang menghela nafasnya. "Apa kau akan pulang saat malam natal? Atau saat natal?" Narcissa bertanya.

Draco panik, ia belum memikirkan alasan apa yang harus digunakannya untuk menghindari ibunya lagi kali ini. "Aku sudah janji untuk datang ke pesta Blaise saat malam natal." Draco berbohong.

"Tanggal dua puluh lima aku ada acara di Muggle London." Draco berbohong lagi. Ia hanya perlu menyebutkan kata-kata Muggle dan ibunya akan kehilangan ketertarikan.

"Apa kau tidak ingin mengunjungi ibumu ini?" Narcissa memulai, terdengar seperti ibu-ibu pada umumnya.

"Aku akan datang tanggal 26 atau 27." Draco berseru, tidak mungkin ia tidak mengunjungi ibunya, hanya saja, terkadang, menghabiskan terlalu banyak waktu dengan ibunya bisa membuatnya tertekan.

"Baiklah, kalau kau memag baru bisa datang tanggal segitu, Mother bisa bilang apa? Jaga kesehatanmu Son." Narcissa memberitahu lagi.

Draco menutup teleponnya, sekarang sudah jam lima sore dan seharusnya ia sudah bisa pulang. Seseorang mengetuk pintunya, ia tahu itu pasti Mr. Grant.

"Masuk." Draco memberitahu.

"Mr. Malfoy." Mr. Grant berseru. "Aku pulang dulu." Johnson Grant memberitahu.

Draco megangguk dan berusaha tersenyum.

"Selamat Natal Draco." Johnson Grant berseru, tersenyum pada Draco.

"Selamat Natal Uncle." Draco menjawab.

.

Senin, 25 Desember 2006

Draco terbangun. Ia mengerang kesal dan menutup matanya dengan lengannya. Ia lupa menutup tirai jendela kamarnya dan sekarang sinar matahari masuk dan mengganggu tidurnya.

Draco mengambil tongkatnya di nightstand di samping kasurnya lalu menutup tirai jendelanya dan berusaha kembali tidur. Ia mulai berhitung dalam kepalanya, 1…2…3…4…5…6…7…8…9…10…20…30…40…50…60…70…

Draco mengerang, ia sudah tidak bisa tidur lagi.

Ia bangun dari kasurnya lalu berjalan keluar, menuju ke dapur berharap sarapan paginya sudah siap. Ia melihat ke jam besar di ruang tamunya dan menyadari kalau sudah jam sepuluh pagi, Draco berjalan ke ruang makannya dan tidak menemukan apa-apa selain keranjang berisi buah.

Sial.

Draco baru ingat ini hari natal.

Draco benci natal. Well, mari kita katakan saja kalau ia benci semua hari raya yang membuat ia mau tidak mau meliburkan karyawannya. Libur natal-tahun baru, thanksgiving, paskah, apapun itu.

Jika hari libur tiba, ia harus memberikan karyawannya libur, mulai dari juru masaknya, petugas kebersihannya, supir pribadinya, sampai sekretaris pribadinya. Ia harus membuat atau paling tidak membeli makanannya sendiri, ia harus bertahan beberapa hari dengan debu yang mulai muncul di meja atau di sofanya, ia harus berjalan kaki atau ber-apparating ke tempat tujuannya, dan yang paling parah adalah rasa kesepiannya semakin menjadi-jadi pada saat seperti ini.

Draco selalu merasa kesepian, tapi ia lebih baik mati daripada mengakuinya pada siapapun. Kehidupannya begitu monoton, seakan-akan ia hanya penumpang dalam mobil kehidupannya.

Ia kesepian, tapi ini jalan yang ia inginkan, jalan yang ia pilih, akan lebih baik ia sendirian dan kesepian daripada kemudian berusaha mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa kesepiannya dan kemudian kehilangan hal itu.

Sekarang, ia tidak menemukan makanan apapun di meja makannya, tentu saja kulkasnya penuh, hanya saja ia bahkan tidak tahu bagaimana cara membuat sandwich dan Draco tidak ingin makan roti dengan isian daging mentah.

Ia mengambil satu apel hijau yang ada di mejanya memakannya untuk mengganjal perutnya sebentar kemudian mandi dan memutuskan untuk membeli makanan keluar. Tidak lama Draco keluar dari gedung apartement miliknya dan berjalan tidak jauh, menuju satu-satunya toko makanan yang buka pada hari natal.

Tadi ia melihat dari jendela apartementnya bahwa ada satu restoran yang buka di sekitar jalan apartementnya, beberapa orang keluar masuk sesekali, mungkin mereka adalah orang-orang yang sama menyedihkannya dengannya di hari natal ini, jadi ia memutuskan untuk membeli makanan disana.

Draco Malfoy berdiri di depan restoran yang sepertinya juga merangkap sebagai toko kue yang dipenuhi dengan pernak-pernik natal, lampu-lampu, dan hal-hal yang membuatnya ingin muntah. Perutnya sudah tidak kuat lagi menahan lapar jadi ia segera masuk kedalam.

"Selamat Siang, selamat Hari Natal, ada yang bisa saya… bantu?" Suara perempuan yang dikenalnya menyapanya.

Draco Malfoy berjalan ke arah konter itu, dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dibaca, ia berjalan ke arah konter memerhatikan menu yang terpasang tinggi di depannya.

"Aku ingin makanan, apa saja tidak masalah." Draco berseru pelan, ia tidak pernah menyangka akan bertemu Hermione Granger di tempat seperti ini.

-To Be Continued-