Title: Vanilla Twilight
Disclaimer: Not mine. I only own the story, yeah.
Rating: T
Genre: Romance
Pair: KyuMin
Summary: "Kau tidak perlu kesepian lagi. Biarkan aku menemanimu. Biarkan aku menyembuhkan lukamu." Kyuhyun hanya ingin berlari dan tidak mempercayainya, tapi kedua tangannya justru refleks memeluk pemuda manis itu… Another KyuMin from mickyming. Review?
VANILLA TWILIGHT
~by mickyming~
Kyuhyun duduk dalam keheningan di sebuah kafe kecil di Mokpo. Ia memandang jemari kirinya, cincin perak kecil yang melingkar di jari manis, dan tanpa diminta memori yang tersimpan bersamanya pun mengalir perlahan.
Cincin perak itu telah begitu lama setia melingkar di jemarinya, hingga kulit di bawahnya tampak merah dan mengecil. Dia merindukannya. Selalu begitu. Gadis yang membuatnya bertahan sejauh ini. Ini sudah hampir tiga tahun tapi hanya gadis itu yang selalu mengisi pikiran Kyuhyun setiap hari.
Kyuhyun memandang keluar jendela. Jalanan ramai, dengan beberapa lampu kota yang benderang. Ini akhir Desember dan seperti biasa kota ini tertimbun es. Tetes-tetes salju jatuh lembut di luar sana, semakin mengingatkan Kyuhyun padanya. Kyuhyun ingat kalau gadis itu sangat menyukai salju. Dan Kyuhyun tahu, gadis itu pasti akan bahagia bila bisa melihat keping salju pertama bersamanya.
Kyuhyun menyesap kopinya yang tinggal setengah. Black coffee tanpa gula. Benar-benar pahit dan pasti membuatnya terjaga semalaman. Berbeda dengan kesukaan Kyuhyun tiga tahun lalu: vanilla latte. Kyuhyun ingat dengan baik, bagaimana gadis itu dulu selalu menyiapkan vanilla latte di atas meja belajar untuknya setiap hari. Tapi semenjak ia pergi, semuanya berubah. Tidak ada yang membuatkannya vanilla latte lagi setelah kepergiannya. Dan Kyuhyun tidak pernah mau mencoba vanilla latte lain. Buatan-nya adalah yang terbaik, pikir Kyuhyun. Dan selamanya akan begitu.
Kyuhyun memakai mantelnya sebelum beranjak pergi dari kafe itu. Ia meninggalkan uang di atas meja seperti biasa, dan keluar melewati pintu yang hanya setengah terbuka. Udara dingin menyergapnya begitu cepat, menerpa tiap senti kulitnya yang terbuka. Dingin begitu terasa di ujung telinga Kyuhyun. Ia mengalihkan perhatiannya dengan memandang barisan pohon di tepi jalan yang mengkilat karena salju, butir-butir putih dari langit itu masih turun. Kyuhyun memang kedinginan, tapi ia tidak mengeluh. Baginya, menapaki jalanan penuh salju di malam seperti ini, membuatnya merasa lebih dekat dengan-nya. Dan itu suatu pembahagiaan tersendiri untuk Kyuhyun.
Salju semakin dingin dan ia baru teringat kalau beberapa hari lagi Natal. Kyuhyun tersenyum pelan melihat sepasang kekasih melewatinya. Mereka bercanda, tertawa, bergandengan tangan dengan begitu bahagia. Kyuhyun mengeratkan mantelnya. Ia terus berjalan, dan berharap dapat kembali pada apa yang ia miliki dulu.
"Cho Kyuhyun?"
Kyuhyun menoleh dan melihat wajah yang tak asing baginya. Lee Sungmin berdiri di hadapannya. Dengan jaket biru safir dan syal putih melingkar hangat di lehernya. Rambutnya sedikit basah karena salju, Sungmin menyadari hal itu dan segera menyibak poninya. Dan giginya yang seperti kelinci itu, Kyuhyun ingat betul. Sungmin tidak banyak berubah. Itu memang Lee Sungmin, rivalnya saat remaja. Musuh bebuyutan Kyuhyun saat SMA dulu. Mereka sering bertengkar hanya karena masalah sepele, bersikutan di kantin sekolah misalnya. Dia satu-satunya makhluk di atas bumi yang paling Kyuhyun benci-dulu. Dulu sekali, masa-masa labil itu. Kyuhyun jadi malu sendiri mengingatnya sekarang.
"Sungmin," Kyuhyun berkata pelan. Sungmin masih melongo.
"Kenapa?" Tanya Kyuhyun lagi. Merasa risih juga diperhatikan seperti itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sungmin terkejut.
"Eh?" Kyuhyun mengernyit, "berjalan-jalan?"
Hm, alasan yang masuk akal, Cho Kyuhyun.
Sungmin masih tidak percaya. Ia terus memperhatikan Kyuhyun, membuat pemuda itu terasa jengah. Akhirnya Sungmin berkata pelan, "Ah, maaf." Sungmin terdiam sebentar, "Aku menunggu sesuatu," ia melirik-agak curiga-ke arah Kyuhyun.
"Hn?" Kyuhyun mengerjap-erjapkan matanya bingung.
Lima detik.
Keduanya masih tidak berbicara.
"Ya Tuhan…." Akhirnya Sungmin membuka mulut, pemuda Korea itu mendesah lemas.
Kyuhyun masih memandanginya dengan tatapan kau-ini-kenapa-bodoh.
"Tidak ada gigi kelinci, pemuda manja , si pendek brengsek atau semacamnya? Apa kau ini benar-benar Cho Kyuhyun yang kukenal?"
Kyuhyun baru mengerti. Sungmin mengungkit-ungkit masa lalu mereka. Pertengkaran-pertengkaran mereka di SMA…
"Apa kau ingin aku menyambutmu dengan tinju?" Tanya Kyuhyun sembari tersenyum kecil.
Sungmin tertawa di antara mereka mencair sudah.
"Kau banyak berubah," sebentuk senyum muncul di wajah manisnya saat memperhatikan Kyuhyun dari kaki hingga kepala.
Kyuhyun mengalihkan pandangannya, menatap pada pohon-pohon cemara yang mengkilap karena salju. Jalanan yang masih ramai. Langit malam yang gelap dan samar. Ia tersenyum kecil.
"Kita tumbuh, Sungmin…" jawabnya tanpa menoleh. Matanya menerawang, melihat segerombolan pejalan kaki yang mengerumuni pohon Natal yang amat besar di tepi jalan.
Sungmin mengangguk pelan, menyetujui ucapan pemuda berambut hitam itu.
"Jadi, apa yang kau lakukan sekarang?" Tanya Sungmin kemudian.
"Aku bekerja," Kyuhyun menoleh, "berkutat dengan saham perusahaan selama hampir dua tahun. Dan selama itu pula aku tidak pernah mengambil cuti," tambah Kyuhyun dengan sebuah cengiran di wajahnya.
"Tidak ada game?" Tanya Sungmin terbelalak.
"Tidak ada game. Selama hampir lima tahun."
Sungmin speechless. "Apa kau yakin kau benar-benar Cho Kyuhyun?"
Dan Kyuhyun pun tertawa.
"Sesuatu pasti mengubahmu…" kata Sungmin perlahan mengeratkan jaketnya. Matanya menatap pada cincin yang bersarang manis di jemari Kyuhyun, "atau seseorang…"
Kyuhyun yang memperhatikan itu segera memasukkan tangan ke saku mantelnya. Ia menunduk. Ekspresinya berubah sedih.
"Maaf kalau aku-"
"Tidak perlu," Kyuhyun memotong ucapan Sungmin, "sama sekali tidak perlu."
Sungmin menatapnya penuh rasa bersalah.
"Kyuhyun, aku—"
"Aku harus pergi, Sungmin. Pekerjaanku menunggu di rumah. Sampai jumpa."
Kyuhyun berjalan tergesa-gesa meninggalkan Sungmin yang mematung kebingungan tanpa sempat mengatakan apapun. Sungmin memperhatikan punggung Kyuhyun yang semakin menjauh. Salju turun semakin deras membuat rambutnya basah.
"Senang bertemu denganmu kembali, Cho Kyuhyun…" bisiknya pelan yang tak mungkin terdengar Kyuhyun.
XxXxXxXxXxX
25 Desember 2011
Malam natal. Kyuhyun melihat keluar lewat jendela kamarnya. Tampak jalanan yang lebih terang dari biasa, pohon-pohon natal yang telah dihiasi berpendar-pendar indah, dan salju turun lebih deras dari biasa. Termometer di kamarnya menunjukkan suhu minus lima derajat celcius. Ini pasti akan menjadi natal terdingin dalam lima tahun terakhir ini.
Kyuhyun mendesah pelan, mencoba menghiraukan rasa sepi yang mendera hatinya. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, menyalakan mesin pemecah biji kopi, dan membuat black coffee tanpa gula untuk ketiga kalinya hari ini. Tindakan bodoh, memang. Pantas saja ia sulit tidur belakangan ini. Tanpa ia tidak punya solusi lain. Lagipula, menghirup black coffee di depan perapian sambil melamun, menatap rintik salju di luar sana, dan membayangkan gadis itu berada di dekatnya, membuat hati Kyuhyun merasa lebih baik. Dan ia tidak menyesal.
The stars lean down and kiss you
And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere
Ringtone hp itu menyandarkannya ke alam nyata. Kyuhyun merogoh ponsel di sakunya. 'Siapa orang kurang kerjaan yang menelponnya di malam natal seperti ini?' pikirnya kesal.
Sebuah nomor tak dikenal memanggil.
Kyuhyun mengernyit, tapi ia tetap mengangkatnya. Siapa tahu penting, pikirnya.
"Wow! Tak kusangka nomormu masih aktif!"
Sebuah suara cempreng terdengar. Kyuhyun segera menjauhkan ponsel dari telinganyanya beberapa senti sebelum teriakan itu sempat merusak pendengarannya.
"Kyuhyun! Kyuhyun! Kau dengar aku?" teriak suara cempreng itu lagi. Kampungan sekali.
Kyuhyun mencoba bersabar.
"Siapa ini?" tanyanya kalem.
"INI AKU SUNGMIN! YA TUHAN MASA KAU TAK MENGENALI SUARAKU?" teriak Sungmin lima kali lebih keras, membuat Kyuhyun hampir terjungkal.
Merasa kesal, Kyuhyun segera memutuskan telepon. Tangannya mengetik sebuah sms dengan ekspresi yang tidak dapat ditebak.
Jangan berteriak-teriak di telepon. Ada apa?
Dan mengirimkannya ke nomor tadi. Beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi. Cepat sekali anak itu mengetik sms, pikir Kyuhyun kesal.
Kau jahat sekali memutuskan pembicaraan ;_;
Aku dapat nomormu dari Yesung, anak yang selalu mengikutimu dulu saat SMA, haha.
Awalnya aku tidak yakin, tapi aku coba saja. Ternyata aktif hehe
Aku ingin berkunjung ke rumahmu, boleh?
Kyuhyun baru saja mau mengingatkan Sungmin kalau ini malam Natal dan tidak seharusnya ia berkunjung ke rumah mantan musuh bebuyutannya dulu, tapi tiba-tiba bel pintunya berbunyi.
Dan tebak siapa yang berkunjung?
"Hyaaa aku hampir saja mati kedinginan!"
Sungmin datang dengan mantel bulunya yang amat tebal, tubuhnya terlihat lebih pendek dan tenggelam dengan mantel itu. Ia menyibakkan poninya yang penuh salju.
"Tidak mau mempersilahkanku masuk?" Tanya Sungmin dengan puppy eyesnya. Kyuhyun berdecak-decak. Seharusnya ia yang berkomentar kalau Sungminlah yang berubah. Drastis.
XxXxXxXxXxX
"Jadi, apa yang kau punya disini hm?" Tanya Sungmin. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan di rumah Kyuhyun. Rumah Kyuhyun bersih. Bersih dalam artian tidak ada benda-benda berharga atau barang remeh temeh yang menghiasi rumahnya. 'Tidak ada yang menarik', simpul Sungmin sadis di dalam hati.
"Well… Berjuta-juta kesenangan, seperti yang kau lihat," sahut Kyuhyun sarkastik. Ia melirik tumpukan map di atas meja yang belum ia selesaikan.
Sungmin manggut-manggut. "Kau punya bir tidak? Kita bisa main poker bersama! Yah, hitung-hitung mengusir kebosananmu," cerocos Sungmin. Tanpa malu-malu ia duduk di sofa dan mengeluarkan kartunya.
"Kita juga bisa mengobrol semalaman. Aku sudah tidak sabar ingin tahu apa yang terjadi padamu sampai jadi seperti ini," tambah Sungmin lagi.
Kyuhyun mendengus pelan. Aku juga tidak sabar ingin tahu apakah otakmu terbentur sesuatu sampai jadi seperti ini, sahutnya dalam hati. Ia beranjak mengambil minuman di dapur.
"Vodka?"
Sungmin terkejut saat Kyuhyun menyerahkan segelas vodka kepadanya. Kyuhyun hanya mengangkat bahu.
"Kau ini benar-benar depresi ya?" gerutu Sungmin lagi. Kyuhyun mendengus kesal yang disamarkannya menjadi bersin hebat. Ia mengambil duduk di depan Sungmin.
"Bagaimana kau bisa sampai sini?" Tanya Kyuhyun menginterogasi. Yang diajak bicara hanya cengengesan.
"Well… Aku mengikutimu kemarin. Untuk ada bibi di samping rumahmu yang baik hati itu, jadi aku tidak tersesat saat pulang."
Kyuhyun memutar bola matanya.
"Kyuhyun," panggil Sungmin pelan. Kyuhyun menoleh.
"Aku tahu ini terlambat tapi- Aku turut berduka cita." Ia menatap Kyuhyun sungguh-sungguh. Dalam sedetik Kyuhyun tahu apa yang ia bicarakan. Sungmin membicarakannya. Gadis yang dicintainya itu. Gadis yang meninggalkannya—Ulu hatinya terasa ditusuk ribuan palu.
"Maafkan aku jika aku lancang…" Sungmin menggigit bibir bawahnya, "tapi kau tidak boleh seperti ini terus. Demi kebaikanmu dan kebaikannya." Ia menatap Kyuhyun takut-takut.
Kyuhyun tidak menjawab. Matanya merah. Ia selalu lemah jika menyangkut orang itu. Jauh dalam hatinya ia tahu, ia harus melanjutkan hidupnya. Tapi Kyuhyun terlalu lemah. Ia terlanjur masuk ke dalam dunianya sendiri-dunianya yang penuh rasa sakit. Dan tak mengizinkan siapapun masuk dan membawanya pergi. Termasuk orang lain seperti Sungmin.
"Kau tahu, dia pasti tidak akan senang melihatmu begini—"
"Kau tidak tahu apa-apa tentangnya," sahut Kyuhyun dingin. Ia berdiri. Kemarahan yang ditimbulkan karena ketidakberdayaannya timbul ke permukaan. Sungmin hanya orang lain… Ia tidak tahu apa-apa… Ia tidak tahu apa-apa tentangnya, bagaimana ia pergi, bagaimana Kyuhyun menjalani hidup selama ini- Hatinya sakit mengingatnya.
"KAU SAMA SEKALI TIDAK MENGENALNYA!"
Botol Vodka yang sedari tadi dipegangnya pecah berbenturan dengan lantai. Cairan merah pekat keluar dari sana.
Untuk sejenak Sungmin merasa amat kaget. "Kyuhyun—"
"Pulanglah, Sungmin." Kata Kyuhyun membukakan pintu.
Sungmin melangkah gontai. Padahal salju turun deras di luar.
"Maafkan aku—"
"Selamat natal, Sungmin." Dan Kyuhyun menutup pintu. Ini adalah natal terburuk seumur hidupnya.
XxXxXxX
TBC~
A/N:
Well… How is it?
Niatnya mau dibikin oneshot, tapi kayaknya malah kepanjangan, jadi saya bagi aja. Dan summary-nya itu, memang tidak ada di chapter ini. Mungkin akan saya letakkan di chapter kedua nanti, hehe
Entah mau jadi berapa chapter ini, kekeke
Iya, ini mickyming. Ada yang masih ingat saya?
-pundung-
Well… Tell me what do you think.
REVIEW
