Moon-Viewing Megane-kun

Kuroko no Basuke—Fujimaki Tadatoshi

Summary: Kamu dan Midorima Shintarou, adalah dua orang yang bertolak belakang. Midorima Shintarou, Shooter nomor Satu di Tim Basket Teikou, segudang prestasi, megane-tsundere, dan maniak Oha-Asa. Sedangkan kau, gadis biasa yang hobi membuat lagu dengan sebuah software, selalu ramai(baca: cerewet), dan susah diatur. "Bisa kau buat lagu untukku, Nanodayo?" (Reader x Midorima)

Note: Request dari Arisa Hamada-san, selamat membaca!

DLDR, KriSar please!

READERS POV

Tsugo yoku utsu sareteta sakkaku
Imi wo ushinatta kotoba to jikaku
Pokkari aita kono ana wa nidoto
Kaeshite to naki mayotta rotou
Mou iranai kara iru to jama dakara
Ii wa shinai kedo kikoeteru
Kono kimochi ga rikai deki masuka
Mou iya da

(Hatsune Miku/Kagamine Rin—One of Repetition/Kurikaeshi Hitotsubu)

Aku mendengarkan lagu itu dengan penuh konsentrasi. Aku sangat menyukai lagu ini karena selain PV-nya yang keren, nadanya membuatku—entah kenapa—merasa terharu. "Jaa, aku akan membuat Kaito meng-cover-nya!" seruku penuh tekad, lalu membuka program Vocaloid yang kubeli beberapa bulan lalu, bersamaan dengan Voicebank-nya. Kaito—maksudku Kaito Shion—juga termasuk Vocaloid. Aku sedang konsentrasi saat seseorang mengetuk pintu apartemenku. "Siapa, sih?!" gumamku sambil mendengus, kesal karena waktuku terbuang. Dengan malas, aku beranjak menuju ke depan pintu apartemenku, lalu tercengang saat melihat segerombolan pria 'colorful' yang ada di depanku ini. "Ng... Ada apa, ya?" tanyaku sambil memaksa tersenyum. "Permisi, Nona," seorang pria bersurai merah menatapku dengan mata heterokrom-nya, membuatku sedikit ngeri. "Apa kau tahu apartemen Midorima Shintarou?" lanjutnya. "Midorima Shintarou yang berambut hijau itu, 'kan? Dia ada di sebelah apartemenku," jawabku. "Oh, terima kasih, Nona," sahut pria bersurai merah itu lagi. "Sama-sama," kataku, lalu menutup pintu begitu saja. BLAM!

"Akhirnya... Phuah!" gumamku sambil menempelkan pantatku ke sofa, lalu kembali ke pekerjaanku—meng-cover lagu One of Repetition dengan suara Kaito.

6_6

Esoknya...

"Mo-chan!" panggilku riang, memanggil Momoi Satsuki, sahabatku sekaligus manajer di Tim Basket Teikou. Momoi menoleh, lalu berlari mengahmpiriku sambil tersenyum. Uwah, oppai-nya bergerak-gerak(Readers: AUTHOR MESUM WOEY!). "Ah, akhirnya!" gumamnya senang. "Ada apa, Mo-chan?" tanyaku. "Ada yang ingin bertemu denganmu, (name)-chan!" jawabnya sambil menarik tanganku, lalu berlari ke lapangan basket. Ini pertama kalinya aku ke lapangan basket. Setibanya disana, aku tercengang. Ada 5 orang yang kemarin mendatangi apartemenku. Para pria 'colorful' itu. "Tunggu sebentar, ya, (name)-chan!" kata Momoi, lalu berjalan meninggalkanku yang terpaku di depan pintu masuk lapangan basket. Aku tak bergerak sampai—

DUK~

Seseorang menabrakku. Aku berbalik dan mendongak. "Midorima?" tanyaku sangsi. "Apa yang kau lakukan disini, Nanodayo?" tanya Midorima balik dengan nada dingin. "Aku ditarik oleh Mo-chan, maksudku Momoi-chan, ke tempat ini. Katanya ada yang mencariku. Bagaimana denganmu?" sahutku. "Kalau aku memang anggota klub, Nanodayo. Kau ini kudet sekali, Nanodayo." JDER! Cemoohan Midorima langsung menusuk tubuh sampai berlubang. "Beraninya kau bilang aku kudet, dasar tsundere!" semburku kesal. Midorima terpancing!

"Diam kau, Jelek, Nanodayo!"

"Megane-tsundere!"

"Cerewet, Nanodayo!"

"Number One Shooter!"

"Itu pujian, Nanodayo!"

"AAAGH!" jeritku frustasi. Aku dan Midorima bertatapan sengit. Sangar. Atmosfer di sekitar kami menjadi gelap seketika. Aku mendekatkan wajahku kepada Midorima, Midorima mendekatkan wajahku kepadaku, terus-menerus, hingga..

BRUK! BRUK! CUP~

Aku melotot seketika. Tidak! Tidaaak! FIRST KISS-KUUUUU! First Kiss-ku direbut oleh si Hijau! Aku langsung mendorong Midorima kuat-kuat hingga pria itu jatuh terjengkang dan meringis kesakitan. Wajahnya semerah tomat, tapi aku yakin wajahku lebih merah dari wajahnya. Lalu aku menatap Momoi dan Aomine dengan pandangan membunuh. Merekalah yang mendorong aku dan Midorima hingga kami berciuman! "Hehehehehehehehehehehe..." Momoi dan Aomine tertawa hambar, sebelum akhirnya kabur karena kukejar mereka sambil mengeluarkan sumpah serapah. Biar saja! Karena mereka, First Kiss yang kuimpikan dengan Kaneki-kun malah jadi dengan Midorima! Tidak! Aku tidak sudi! "KEMBALI KALIAN!" lolongku sambil berlari mengejar dua makhluk itu. Saat aku sudah hampir menggapai mereka, sebuah tangan kekar menarik tubuhku yang—baiklah, kuakui—kecil ini. Aku menoleh bingung. Seorang pria bersurai ungu mengangkat tubuhku begitu saja dengan wajah cuek, seolah dia hanya mengangkat sebuah bola basket. "Inyi pacalnya Mijochin?" tanyanya. Sontak wajahku semerah tomat(lagi). "Tentu saja bukan! Turunkan aku! HEI!" sahutku sambil meronta. Tapi, ugh, pria ini tidak peduli! Dia malah membawaku ke hadapan Midorima. "Mijochin, inyi pacaymu jaga, dong~ Kacian cama Minyechin, cuh," protesnya. "Di-dia bukan pacarku, Nanodayo! Mana mungkin aku mau dengannya?!" sangkalnya dengan wajah merah. "Siapa juga yang mau denganmu?" tanyaku sebal. Kami berdua kembali melakukan deathglare, dengan wajah merah yang super norak. "Hei, sudahlah. Atsushi, turunkan dia. Ngomong-ngomong, kau (fullname), 'kan?" tanya serorang pria bersurai merah. "Hmm. Kau—ah, bukan, kalian siapa, ya?" sahutku polos.

"Aku Akashi Seijuurou."

"Kise Ryouta, ssu!"

"Kau tahu namaku, Nanodayo."

"Tidak ada yang tanya!"

"Aomine Daiki."

"Mulacakibala Atcuchi—nyam..."

"Kuroko Tetsuya."

Aku ber-oh ria seraya berusaha menanamkan ingatan itu ke dalam otakku. Midorima menatapku lama. "Kau susah menghafal, Nanodayo? Ta-ta-tapi bukan berarti aku perhatian padamu, Na-Nanodayo!" kata Midorima. Aku menatap Midorima sebal. Anak ini maunya apa, sih? "Memang kenapa kalau aku susah menghafal, hah? Protes?" tantangku. Kami pasti sudah ber-deathglare lagi kalau Akashi tidak menengahi. "Sudahlah. Sekarang kita mulai latihan. Untuk (name), kau bisa menunggui kekasihmu di pinggir lapangan bersama Momoi," lerai Akashi. Aku mengangguk sebelum—eh? "Ke..kasih? kekasihnya siapa?" tanyaku bingung. "Sudah jelas, 'kan? Shintarou," sahut Akashi santai. "A-aku dan Midorima bukan sepasang kekasih!" protesku. "Sudahlah, (name)-chan. Akashi tidak suka dibantah," kata Momoi pelan. Aku menghembuskan napas kesal, lalu duduk di bangku yang terletak di pinggir lapangan. "Sejak kapan kau kenal Midorin?" tanya Momoi penasaran. "Sejak anak itu pindah ke apartemen sebelahku," jawabku. "Kau suka Midorin tidak?" goda Momoi. "Te-te-te-tentuu s-sssaja tttidak!" sahutku gugup. Momoi tertawa kecil, membuatku sebal. Akupun menggembungkan pipi, hal yang biasa kulakukan kalau sedang kesal. "Aduh~ Imutnya~~" komentar Momoi sambil menarik pipiku keras-keras, membuatku meringis kesakitan. "It-ta-ta-ta-tai~!" jeritku tertahan. "Kyaa~~~ (name)-chan pipinya lembut~ Aku jadi ingin memakanmu!" pekiknya sambil menarik pipiku semakin kuat. "Sakit, Mo-chan!" kataku. "Biarkan saja! Aku suka (name)-chan merasa kesakitan!" sahut Momoi sambil tertawa kecil. "YEPASCAN!" seruku. Akhirnya, Momoi melepaskan cubitannya. Aku mengelus pipiku yang jadi merah karena ditarik oleh Momoi. Sedangkan Momoi tampaknya tak terpengaruh dengan tatapanku. Apa mungkin anak ini tidak peka, ya?

"(name)."

Aku mendongak. Midorima lagi.

"Ayo pulang."

"Eh?"

"Apartemen kita berdekatan, jadi sekalian saja, Nanodayo."

"..."

"J-jangan salah paham! Aku hanya menawarkan saja, sekalian... Jadi bukan artinya aku peduli, Nanodayo!"

"Midorima..."

"...?"

"Kau mengajakku bercanda?!"

DHUAKKKKK!

Kise menghampiri Midorima yang terkapar setelah terkena tendangan mautku yang tepat di pipinya.

"Sungguh tragis nasib Romeo, ditendang oleh sang Juliet, ssu," komentarnya sok puitis.

DHUAKK!

"Sakit, ssu...," rintihnya.

To be continued