"LOVE LIKE THIS"
Chapter 1 : Hate
Kau bisa menutup matamu pada sesuatu yang yang tidak ingin kau lihat
Tapi
Kau tak bisa menutup hatimu pada sesuatu yang tak ingin kau rasakan
-Tabitha Suzuma-
Malam ini langit terasa menggelegar, bulir-bulir embun di kaca jendela kamarku mengalir berjatuhan. Aku bergelung menyelimuti tubuhku dengan selimut dan menghadapkan kepalaku ke dinding yang menyerap tetesan hujan yang dingin. Kutempelkan kepalaku pada dinding berharap sakit kepala sekaligus hati yang kurasa bisa sedikit berkurang. Nyatanya hal yang kulakukan ini tak berefek sedikitpun.
Berulang kali ibu mengetuk pintu dan mengingatkanku untuk makan, kekhawatirannya memang beralasan karna aku sama sekali hilang nafsu makan sejak siang tadi. Aku takut bahkan untuk keluar dari kamar, insekuritas melingkupiku.
Ada sekitar 20 kali smartphone ku bergetar, aku tidak menghiraukannya karna aku tau siapa yang mencoba menghubungiku. Aku membencinya ! tinggalkan aku dan biarkan aku menikmati kehidupan yang damai. Kau sudah terlalu terlambat!
Suara petir yang menggelegar mengantarkan ingatanku kembali ke satu tahun silam.
Januari, 2015
Dua siswa sekolah menengah yang menggunakan seragam yang sama saling berhadapan. Saat ini mereka sudah berada di sebuah taman yang letaknya di bagian paling belakang sekolah mereka. Sambil menggendong ranselnya mereka berdua saling berhadapan. Satu siswa yang berperawakan lebih kecil menundukan kepalanya, sambil melilitkan ujung dasi birunya pada telunjuknya. Siswa yang lainnya berdiri di hadapannya dengan wajah angkuh dan memerintah tak lupa tatapan mata sadis yang membuat siswa yang lebih kecil menundukan kepalanya, takut untuk menatap mata itu. Si siswa berwajah angkuh itu berpenampilan melanggar aturan dan terkesan urakan. Kemeja di keluarkan, rambut melebihi kerah baju, sepatu sport mahal berwarna biru laut, terlihat dari penampilannya ia anak dari orang berada.
"Sudah ku katakan padamu jangan coba-coba untuk menjauhiku." Ucap siswa yang lebih tinggi itu, nada bicaranya sudah mulai meninggi ia menatap tajam pada sosok yang gemetaran di hadapannya.
"Kau mau mengadu pada teman barumu itu kan? Memangnya dia mau membantumu?" dari cara bicaranya terlihat perangainya yang kurang baik.
"Jawab aku! Apa kau tuli hah?"
"Kurasa kau sudah mulai dewasa, sudah di tingkat akhir dan sebentar lagi lulus, karna itu kau berani melawanku hah?"
"Jawab!" teriaknya, si lawan bicara yang berdiri di hadapannya masih bergeming walau tubuhnya sedikit gemetaran entah menahan amarah atau takut.
"Kau ini tuli atau bisu?!"
"JAWAB!" dengan kasar ia mendorong lawan bicaranya hingga terantuk ke dinding pagar sekolah.
"Kau berniat menghindariku kan? Gak bisa ! jelas gak bisa!" ucapnya lagi. Kini ia mengurung pemuda yang lebih kecil darinya dengan kedua tangannya. Dengan kasar ia mengangkat dagu si lawan bicara agar menatap matanya.
"Kau tidak boleh kemana-mana, kau harus menuruti semua omongan ku. Apa yang aku katakana kau harus menurutinya. Dan apa yang aku perintah kau harus melakukannya, oke?" siswa yang di ajak bicaranya masih gemetaran, di tambah lagi kini ia harus menatap mata dari orang yang paling ia benci. Orang yang sangat ingin dia hindari.
"Tak boleh kemana-mana! Kau tak boleh main dengan yang lain!"ketika ia melapaskan kurungan tangannya pada lawan bicaranya, saat itulah siswa yang lebih kecil berlari menjauh dengan kecepatan yang mengagumkan.
Kali ini siswa angkuh itu membiarkannya lolos dari jeratannya, karna untuk saat ini sudah cukup bermain-main dengan anak itu.
Dengan langkah pelan si siswa angkuh itu meninggalkan taman. Tanpa ia sadari sebuah senyum tipis tercipta dari wajahnya. Kelakuan si siswa bertubuh kecil tadi mungkin sedikit menghibur hatinya yang saat ini sedang kacau.
Beberapa jam yang lalu, tepatnya sebelum jam pelajaran di mulai tanpa sengaja ia melihat si siswa mungil tadi berbicara dan bahkan bercanda dengan salah satu temannya yang ia tahu baru di kenal beberapa hari yang lalu. Si siswa angkuh melihat ada senyum bahagia yang diberikan si siswa berbadan kecil tadi pada teman yang baru ia kenal. Entah mengapa sebuah perasaan aneh muncul di hatinya, ia sangat tak suka, kesal bahkan marah saat si kecil itu memberikan senyum pada teman barunya yg ternyata seorang pria yang cukup tampan menurutnya. Padahal ia yang sudah lama mengenal si siswa kecil itu , tapi mengapa tak pernah sekalipun si kecil itu memberikan senyum yang tulus padanya.
Tanpa pikir panjang si siswa angkuh menarik pergelangan tangan si siswa kecil. Aksi spontan dan tak terduga dari si siswa angkuh sontak membuat si siswa kecil kaget dan mencoba melepaskan pergelangan tangannya. Namun apa daya tenaga si angkuh lebih kuat darinya dan ia dibawa ke taman yang terletak di bagian paling ujung sekolah ini. Dan terjadilah perbincangan tadi.
Saat si angkuh sampai di kelasnya ia melihat si siswa tadi sudah duduk di bangkunya dengan kepala yang menunduk. Si siswa angkuh mendekati si siswa yang lebih kecil tadi dan duduk di sampingnya, yang memang itu adalah tempat duduknya.
"Cepat sekali kau sampai di kelas Hmmm." Ucap si siswa angkuh tepat di telinganya dengan suara berat yang membuat siswa yang lebih kecil darinya menunduk lebih dalam karna takut. Takut karna hal buruk mungkin akan menimpanya saat si siswa angkuh berbicara seperti ini. "Kau tau kan hari ini ada tugas Fisika?" Tanya si siswa angkuh"Kau tau kan apa yang harus kau lakukan Wonwoo?."
"Aku tak tau apa yang harus ku lakukan, Bodoh." Ucap si siswa yang lebih kecil yang baru saja di panggil Wonwoo. Kali ini ia memberanikan dirinya untuk mengangkat wajahnya dan menatap si siswa angkuh dengan tatapan tajamnya, walau perasaan takut masih terlihat jelas di matanya.
"Kau! Berani juga kau memanggilku bodoh. Ah karna teman barumu itu ya? Apa kau yakin dia akan melindung-." Belum sempat si angkuh menyelesaikan ucapannya Wonwoo sudah terlebih dulu menghajar wajahnya sampai ia limbung dan jatuh.
"Dengar! Aku sudah tak peduli lagi denganmu! BAJINGAN! Ayo maju kalau berani hah! Kau piker aku takut cepat maju sini!" ucap Wonwoo dengan suara yang kelas sontak ia menjadi tontonan seluruh isi kelas. Beberapa siswa yang dekat dan mengenal Wonwoo mencoba menahan Wonwoo sebelum dia menjadi lepas kendali dan mengamuk lebih parah dari ini. Ada juga beberapa siswa yang melewati kelasnya dan menonton keributan yang sedang terjadi. Beberapa siswa bahkan menyiapkan ponsel mereka dan merekam saat wonwoo mengamuk tadi.
"Sudah Wonwoo sudah kau bisa dapat masalah kalau terus begini." Salah satu temannya berusaha menahan wonwoo dan yang lainnya membantu berdiri karna pukulan yang tadi di berikan Wonwoo berhasil membuat si angkuh pusing dan hilang kendali diri untuk beberapa saat.
BRAK…..BRAK…BRAK
Seseorang memukul pintu kelasnya, dan ternyata oramg itu adalah guru BK di sekolahnya. Salah satu siswa ternyata melapor pada guru BK.
"Jeon Wonwoo, Kim Mingyu kalian ikut keruangan saya, SEKARANG!"
.
.
.
.
ToBeContinued
1. Review yang menurut saya bagus akan saya posting di chapter selanjutnya
TERIMAKASIH
