My first tict….
Author : Dark Aphrodite
Rating : T
Genre : Romance
Disclaimer : Bleach tetap milik Tite Kubo, aku cuma minjem karakter-karakternya..
Summary:
"Kalau akhirnya, aku kehilangan teman-temanku, aku nggak mau menjadi seorang Kuchiki…" ia menangis. Ia benar-benar tidak tahan akan beban yang ditanggungnya."Apa yang harus kulakukan, Nee-chan?" Mungkin IchiRuki. Please read and review….
ALONE
Chapter 1
By DARK APHRODITE
Laki-laki itu terus memandang ke depan. Ekspresinya sangat dingin. Tak sekalipun ia memandang ke arah gadis cilik di belakangnya. Gadis yang mempunyai warna rambut yang sama dengannya yang hanya bisa menunduk takut pada 'kakak'nya.
Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya diam. Sang kakak sama sekali tidak berminat untuk memulai pembicaraan atau malah mungkin menunggu si gadis untuk bertanya padanya. Sedangkan si gadis cilik itu terlalu takut untuk bicara pada sang 'kakak' karena baginya wajahnya terlalu dingin dan sama sekali tidak bersahabat. Sebenarnya, banyak yang ingin ia tanyakan pada sang 'kakak'. Bukan mengenai tempat tujuan, ia sudah tahu akan dibawa kemana, tapi kenapa sekarang ia harus tinggal di sana? Bukankah ia masih punya rumah di Rukongai?
Mendadak laki-laki itu berhenti. Gadis cilik yang sedari tadi terus berjalan, menabrak sang 'kakak'. "Maaf, ni-sama!" ucapnya pelan.
Sang 'kakak' menoleh sebentar ke arah gadis cilik itu. Ekspresinya tetap sama. Dingin. "Kita sudah sampai!"
"Eh?"
Pandangan gadis itu beralih ke sebuah rumah yang teramat sangat luas. Belum pernah ia melihat rumah sebesar ini sebelumnya. Rumah yang mungkin bisa menampung lebih dari 100 orang. Ia sudah pernah dengar bahwa rumah keluarga Kuchiki, sang keluarga aristocrat itu sangat besar, tapi ia tidak menyangka ternyata rumahnya sebesar itu.
Sekarang, karena suatu hal yang tidak ia mengerti, ia akan tinggal di rumah besar itu. Apakah ia patut berbangga diri?
"Rukia, mulai sekarang ini adalah kamarmu," ucap sang 'kakak' dengan nada dingin.
"Doumo arigatou, Byakuya nii-sama!" Rukia menunduk.
"Kalau kau butuh sesuatu, bilang pada pelayan yang ada di sini. Mereka yang akan mengurus semuanya!" tanpa menunggu jawaban dari Rukia, Byakuya langsung pergi meninggalkan Rukia yang menatap sedih dirinya.
"Pagi, Rukia-chan!" panggil seorang nenek yang berada di depannya dengan tersenyum.
"Kau siapa?" Tanya Rukia.
"Namaku Misao. Mulai sekarang aku yang akan membantumu mengurus ini-itu," ia tersenyum lagi,"baiklah, sekarang aku akan membantumu membersihkan kamarmu!"
Kamar yang luas. Mungkin ukurannya dua kali rumahku di Rukongai. Tapi, entah kenapa rasanya sunyi, sepi. Tidak seperti di tempat asalnya. Begitu pikir Rukia.
"Oh, ya, Nona cilik, mulai sekarang kau adalah seorang Kuchiki. Jaga perilakumu dan jangan berteman dengan sembarang orang! Ingat itu baik-baik!" kata Misao pada Rukia. Gadis itu hanya mengangguk dan diam.
Kuchiki ya? Kenapa sekarang namaku berubah menjadi Rukia Kuchiki? Aku tidak mengerti. Kenapa semenjak Hisana nee-chan meninggal, mendadak semuanya berubah?
"Rukia, jangan menangis lagi! Nanti Hisana nee-chan sedih lho!" hibur Renji pada Rukia yang tengah menangis.
"Hisana nee-chan udah nggak ada! Sekarang aku sendirian!" Rukia terisak-isak. "Kenapa nee-chan meninggalkanku?"
"Rukia, kamu tidak sendirian, kan masih ada . . . ."
"Kau yang namanya Rukia?" potong seseorang.
Dua anak kecil itu mendongak ke atas. Seorang laki-laki tampan dengan beberapa roll melilit rambutnya dan scarf di lehernya ada di depan mereka.
Rukia berhanti menangis. Kepalanya menunduk. Ia tahu siapa orang dewasa yang ada di depannya. Ia adalah Byakuya Kuchiki, suami kakaknya, Hisana. Orang yang dia anggap telah merebut kakak kesayangannya dari sisinya.
Tanpa basa-basi, Byakuya berkata," Rukia, mulai sekarang kau adalah seorang Kuchiki! Besok aku akan menjemputmu!" setelah berkata itu ia langsung pergi.
"Hei! Apa maksudmu?" teriak Renji sambil melempar kerikil ke arah Byakuya. Dengan mudah kerikil itu dapat ditangkap oleh Byakuya. Ia menoleh dan menatap tajam Renji tanpa berkata apa pun.
"Pandangan mata apa itu?" Tanya Renji, sedikit gemetar."Kau baik-baik saja, Rukia?"
Rukia hanya menatap Renii dengan pandangan tidak mengerti.
Semenjak Rukia menjadi seorang Kuchiki, ia merasa ada yang berbeda dari teman-temannya. Mereka menjadi segan terhadapnya hanya karena embel-embel nama 'Kuchiki'. Bahkan sahabatnya, Renji juga bersikap demikian. Mereka tidak sedekat dulu lagi. Seberapa pun kerasnya Rukia berusaha untuk mengakrabkan diri lagi, kembali memulai usahanya dari nol, yang ada adalah jurang pemisah diantara mereka yang semakin lebar.
Ia tidak mengerti, mengapa mambawa nama keluarga Kuchiki sebegitu beratnya.
Awalnya, saat pertama kali ia menginjak kediaman keluarga Kuchiki, di sudut hatinya yang terdalam, ia senang. Ia berpikir mungkin keadaan akan menjadi lebih baik. Ia tidak peduli dengan embel-embel 'Kuchiki' yang sekarang akan melekat pada namanya. Akan tetapi, semua tidak seperti yang ia inginkan. Menjadi seorang Kuchiki berarti ia harus berada di atas yang lain, seperti dalam hal peringkat, perilaku, dan sebagainya. Ia harus melakukan itu demi menjaga nama baik keluarga Kuchiki. Keluarga yang tersohor se-Seireitei. Yang paling menyakitkan baginya adalah saat ia harus menjaga jarak dari teman-teman yang ia sayangi. Atas dasar apa? Bagi tetua keluarga Kuchiki, teman-temannya terlalu bebas, tidak sesuai dengan jati diri seorang bangsawan seperti mereka. Tapi masalahnya, apa hal tersebut bisa diterima oleh seorang gadis yang secara mendadak menjadi bagian keluarga tersebut?
Hanya bulan yang terlihat pada malam itu. Bulan yang bersinar tanpa ada bintang yang mendampingi. Sesekali angina bertiup dingin, menembus apa pun yang ada di depannya, termasuk Rukia. Ia sengaja membiarkan jendela kamarnya terbuka, duduk di dekatnya, juga membiarkan rusuk tulangnya menggigil kedinginan.
"Kenapa Hisana nee-chan pergi?" ia menatap bulan dengan tatapan sendu. "Hisana nee-chan, aku tidak mengerti akan semua ini. Kenapa semuanya berubah semenjak aku menjadi seorang Kuchiki? Nee-chan tahu? Teman-temanku menjauhiku, mereka sekarang jadi segan setiap bertemu denganku. Aku tidak tahu apa salahku….." sebulir air mata jatuh ke kedua belah pipinya.
"Nee-chan, apa ini ada hubungannya dengan statusku sebagai seorang 'Kuchiki' ? Kalau tahu begini jadinya, aku akan menolak saat Byakuya nii-sama mengajakku kemari. Kalau akhirnya aku akan kehilangan teman-temanku, aku nggak mau jadi seorang Kuchiki…. Aku lebih bahagia sebelum aku berada di sini…" ia menangis. Ia benar-benar tidak tahan dengan perubahan yang terlalu cepat, seperti halnya ia hanyut dalam sungai yang berarus deras."Apa yang harus kulakukan, Nee-chan?"
Sesosok pria yang sedari tadi mendengarkan perkataan Rukia, meninggalkan kamar Rukia. Dalam hati ia merasa kecewa pada dirinya sendiri.
Gimana, fict-nya aneh ga? Please REVIEW buat perkembanganku dalam menulis selanjutnya.
R
E
V
I
E
W
