Little Wild
Naruto Masashi Kishimoto
Drama, Humor, Romance
Sakura x Akatsuki
T
Warning : Humor gak berasa, Romance gak seru, OOC, Typo bertebaran, dan Gaje merajalela.
Reyo Persent...
Little Wild
.
.
Sakura dipaksa menerima kenyataan bahwa tou-sannya akan menikah dengan seorang suster kepala muda dan cantik yang menurutnya lebih pantas dipanggil one-san ketimbang kaa-san nantinya. Bentuk protes yang dilakukannya untuk menentang rencana tou-sannya itu adalah dengan kabur dari rumah. Tidak jauh-jauh juga kaburnya, hanya ke Suna –Ke Suna, hanya ?-. Sakura hanya tau itu tujuan terdekat sekaligus termudahnya untuk hidup menumpang. Menumpang dengan baa-san satu-satunya yang ia miliki, Tsunade Shiho yang katanya buka kos-kosan di Suna.
.
.
Terik matahari tak sedikitpun menggoyahkan niat gadis bermahkota merah muda itu. Ia terus berjalan melawan sinar matahari yang dapat memanggang kulit. Tujuannya belum terlihat, tapi ia yakin secarik kertas bertuliskan alamat di genggamannya tidaklah salah. Dengan penuh semangat kakinya melangkah di jalan berpasir nan gersang ini, Suna. Ia berharap dapat beradaptasi di negara bercuaca panas ini nantinya. Yah... paling tidak dirinya tidak harus menghabiskan berbotol-botol sunblock mungkin untuk bertahan hidup. Huh, sunblock kan lumayan mahal, apalagi dengan kondisi keungannya saat ini. Dirinya harus benar-benar berhemat, belum lagi bayangannya tentang baa-sannya yang sebenarnya gila duit itu. Bagaimana jadinya jika dirinya harus membayar sewa kamar juga nantinya selayaknya anak kos biasa tanpa memandang hubungan darah yang mereka miliki. Argh... harusnya aku tak usah kabur...
Tapi... bayangan tou-san yang memakai tuksedo berdampingan dengan seorang wanita cantik dengan gaun putih terus menghantui pikiran Sakura. Sungguh, dirinya tak rela. Apalagi ketika mengingat mendiang kaa-sannya. Sakura merasa kaa-sannya telah di khianati. Sampai matipun jangan harap tou-san akan mendapatkan restu di pernikahannya. Ah..., apa benar seorang ayah memerlukan restu anaknya untuk menikah ? terserahlah ! pokoknya Sakura takkan rela tou-sannya menikah dengan siapapun juga. Titik.
Langkah Sakura terhenti di depan sebuah rumah yang jujur, bergaya agak kuno namun masih terlihat kokoh. Ia tau selera baa-sannya. Kuno tapi penuh dengan kharisma. Yah.., rumah mungkin juga bisa dibilang penuh kharisma mungkin ?
Mata Sakura mengedarkan pandangannya sambil melangkah masuk ke halaman rumah dengan pagar tanaman disekelilingnya itu. Hingga matanya tertuju pada sosok wanita yang sedang menyiram tanaman.
"Baa-san !" teriak Sakura riang.
Wanita berpenampilan anggun dengan yukata berwarna hijau melekat di tubuhnya itu mengedarkan pandangan, mencari sumber suara yang sepertinya memanggilnya "baa-san". Hei..., bukannya dia sudah memperingatkan para anak kosnya untuk selalu memanggilnya "ma'am" bukan "baa-san" yang membuatnya terdengar tua, kampungan, dan tak berkelas.
"Baa-san !" Lagi-lagi.
Akhirnya Tsunade melihat sosok berambut merah muda yang berjingkrak kegirangan di halaman depan rumahnya. Aa... Siapa ?
"ANAK-ANAK ! INI PACAR SIAPA ?" teriak Tsunade kepada para penghuni kosnya.
Brabak
Brabak
Gubrak
Langkah-langkah besar tak beraturan terdengar dari rumah bergaya Jepang kuno itu, pintu depan rumah itu bergeser dengan kasar. Menampilkan sosok-sosok yang Sakura tak pernah kenal sebelumnya. Sosok-sosok yang hampir membuatnya menjerit "Hiiiiy".
Tatapan horor yang lebih mirip tatapan ngiler ditujukan pada Sakura oleh berpasang-pasang mata di depannya. Sakura bergindik, menyadari kesalahan Baa-sannya.
"Siapa dia, un?"
"Kawaii."
"Pacarmu Pein ?"
"Bukan."
Sakura mencengkram lengan yukata yang dikenakan Baa-sannya. Ia tak tahan digosipkan oleh pemuda-pemuda yang menurutnya bertampang preman itu.
"Baa-san..., aku Sakura ! Sakura !" dengan wajah memelas Sakura menatap Tsunade, berharap wanita yang masih terlihat muda untuk usia sebenarnya itu menyadari siapa dirinya. Cih, wajah muda tapi tetaplah pikun ternyata Baa-sannya ini.
"Sakura... ? Sakura-chan." Mata Tsunade membulat tak percaya. Ia akhirnya menyadari siapa gadis manis di depannya ini. Keponakannya satu-satunya yang tinggal di Konoha, beribu mil dari sini.
Choto-mate.
"BAGAIMANA BISA KAU ADA DISINI SAKURA-CHAN ?"
.
.
Tsunade membawa keponakannya itu masuk kedalam rumahnya. Melewati tatapan-tatapan haus kasih sayang pemuda-pemuda kosannya terhadap Sakura. Jangan harap dirinya akan membiarkan Sakura tanpa pengawasannya selama berada disini.
Di dalam ruangan tatami Tsunade meminta Sakura untuk duduk dan memulai cerita. Dengan Seksama wanita yang usianya hampir setengah abad itu mendengarkan. Namun hingga cerita selesai ia masih tak habis pikir dengan tingkah keponakannya itu.
"Nee, kau kabur Ke Suna karena tak setuju dengan hubungan ayahmu ?"
"Aa..."
"Sakura, bagaimana bisa kau keras kepala seperti ini ?"
"Tou-sanlah yang lebih dulu keras kepala !"
"Kau harus mengerti Sakura, sulit untuk menjalani kehidupan tanpa pasangan."
"Sulit ? nyatanya Baa-san bisa hidup seorang diri hingga sekarang."
"Itu karena tak ada yang dapat menggantikan posisi Dan Oji-san dalam hidupku."
"Jadi, Tou-san pikir wanita itu yang dapat menggantikan posisi Kaa-san."
"Mungkin."
"Itu bagi Tou-san, Tou-san tak memikirkan bagaimana perasaanku. Aku sama sekali tak ingin ada yang menggantikan posisi Kaa-san di hatiku."
"Sakura-chan..." Tsunade dapat melihat emosi yang menggebu-gebu dari gadis berusia 17 tahun di depannya ini.
Tetes bening berjatuhan dari emerald indahnya. Tsunade terpaku, ia iba dengan apa yang Sakura rasakan. Tsunade tau betapa Sakura mencintai mendiang ibunya. Tapi Tsunade juga tau betapa keras kepalanya saudara kandungnya itu. Haruno Jiraya.
"Baiklah, kau boleh tinggal disini selama yang kau mau Sakura-chan."
Hampir saja Sakura melompat kegirangan, tapi diurungkannya niat itu dan lebih memilih untuk memeluk Baa-sannya saja.
Dengan penuh kebahagiaan Sakura memeluk Tsunade, jujur... tadinya Sakura pikir Tsunade mungkin akan mendepaknya kembali Ke Konoha, tapi ternyata Baa-sannya tak seburuk yang ia kira.
"Tapi tinggal disini tidak gratis, Sakura-chan."
Gubrak
.
Di luar ruangan tatami.
Sekelompok pemuda sibuk melakukan perbuatan yang sebenarnya bisa dikategorikan perbuatan tercela. Menguping pembicaraan orang lain.
"Sedih-un, denger ceritanya."
"Iya ! Gak nyangka gadis semanis dia punya ayah tidak becus."
"Tidak mengerti perasaan putri sendiri."
"Dasar hidung belang, taunya ngurusin wanita saja !"
Semua mata tertuju dengan tatapan mengintimidasi pemuda berwajah penuh tindik yang barusan bicara, apa kuping mereka tidak salah dengar.
"Kenapa menatapku seperti itu ?"
Semua diam dengan tatapan berkata "hidung belang teriak hidung belang."
"AKU BUKAN HIDUNG BELANG !"
.
.
Reyo kembali dengan fic baru padahal fic yang lain belum diterusin.
Yang lain ada kok kelanjutannya, cuman belum bisa Reyo update.Gomen -/\-
Review peuliss jika menurut kalian ini layak diteruskan -,-
Silent reder*bacok*
Reyo-yang-tidak-unyu
Love you minna-san #tebarkunai
