MORNING

Jaehyun x Taeyong

.


Pagi hari yang indah, ditemani sinar-sinar mentari pagi yang mencoba masuk ke ruangan lewat celah-celah tirai yang masih tertutup. Rumah yang asri, nyaman dan benar-benar sangat cocok untuk sepasang pengantin baru.

Bergelung manja di atas kasur, sosok berambut coklat ikal itu mencari sosok lain yang ia yakini berada di sampingnya. Tapi nihil. Kosong. Sosok itu tak ada di sana.

Seketika ia panik.

"Taeyong?" ujarnya tiba-tiba seraya bangkit. Melupakan rasa kantuk dan mimpi indah yang masih menggodanya. Kekhawatirannya muncul bersama pikiran-pikiran buruk lainnya.

"Taeyong-hyung, dimana kau?"

Sekali lagi ia berteriak, berharap ada yang menyahutnya. Tapi ia tak mendengar sahutan apapun.

Pria ini bangkit menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya sejak semalam. Meski dalam pakaian tidur dengan kondisi acak-acakan seperti ini, pria itu masih terlihat tampan.

Ia mencoba memanggil lagi.

Tetap tak ada sahutan.

Memakai sandal rumah berkepala kelinci di samping ranjang, Jaehyun mulai melangkah mencari apa atau siapa yang sedari tadi dia panggil.

Kakinya berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya, menengok sebentar dan langsung berbelok arah saat mengetahui tempat itu kosong. Tak ada orang di sana.

"Dimana kau, hyung?" ucapnya lagi tanpa bosan sambil terus berjalan ke luar kamar. Tangannya bergerak mengacak-ngacak rambut ikal coklat miliknya, sesekali menguap dan mengusap matanya menahan kantuk. Ia berfikir di mana kiranya sosok itu berada. Dan otak jeniusnya seketika berisikan satu kata

Dapur.

Ia melangkah melewati ruang tamu rumah mereka. Berhenti di depan dapur dan dapat mendengar suara-suara dari sana. Melangkah masuk akhirnya, Jaehyun tersenyum mendapati orang yang ia cari memang ada di sana. Menyiapkan sarapan untuknya, untuk mereka.

Sosok itu terlihat begitu serius dengan kegiatannya. Jaehyun bisa melihat punggungnya dari sini. Sepertinya tak sadar dengan kedatangannya.

Dengan langkah begitu pelan, ia menghampiri sosok yang tengah membelakanginya itu. Secara tiba-tiba merangkul pinggangnya, memeluknya dari belakang—

"Hyung!"

"Astaga, Jaehyun! Kau mengagetkanku!" seruan protes keluar dari sosok yang tengah berada dipeluknya. Dari nadanya, Jaehyun tahu jika sosok itu benar-benar terkejut, tapi Jaehyun tidak peduli. Ia mengeratkan pelukannya dan dengan tiba-tiba mencium pucuk kepala orang itu, menikmati aroma yang menguar dari rambutnya yang agak basah.

"Hm. Selamat pagi, baby," bisiknya di tepat di telinga sosok itu.

Sosok itu berbalik, masih dalam dekapan Jaehyun, karena Jaehyun tak membiarkannya lepas meski ia meronta. "Kenapa sudah bangun?" tanyanya keheranan. Ia melirik jam yang ada di dinding dapur. Masih terlalu pagi untuk sosok ini bangun. Biasanya masih lima belas menit lagi.

Bukannya menjawab, sosok Jaehyun malah cemberut, "Kau belum membalas sapaanku, hyung."

Sosok yang dipanggil 'hyung' itu memutar bola matanya. "Iya, Selamat pagi," balasnya.

Jaehyun tersenyum senang, ia mengangkat sebelah tangannya untuk membelai pipi istrinya itu.

Belaian dipipinya dari orang memelukannya membuat Taeyong nyaman. Ia memejamkan matanya sambil mengeratkan pelukan mereka, membalas pelukan Jaehyun. Jaehyun mendekatkan wajah mereka menyatukan dahi mereka. Masing-masing dari keduanya bisa merasakan helaan napas hangat masing-masing.

"Jaehyun kau bau," ujar Taeyong sesaat kemudian.

Jaehyun langsung tertawa. Ia mengangkat tangannya, mencubit pipi orang itu dengan gemas, yang langsung direspon dengan wajah cemberut lucu.

"Itu hukumanmu, hyung. Kenapa kau tidak ada di sisiku saat aku terbangun?" protes Jaehyun layaknya anak kecil.

Taeyong merengut, merasa tak pantas di salahkan, "Kalau aku menungguimu bangun tidur aku tidak akan bisa membuat sarapan, kita akan kelaparan. Bisa-bisa aku tidak pergi mengajar tari dan kau juga bisa-bisa bekerja!"

Jaehyun terkekeh lagi.

Chu!

Jaehyun mencium bibir Taeyong sekilas, sebelum menyeringai senang, "Kau cerewet sekali, sih, hyung," godanya. Mau tak mau membuat pipi Taeyong bersemu tak karuan.

"A-apa itu? Kau mau menggodaku?"

Jaehyun tersenyum dan menggeleng.

"Lalu?"

"Hanya sebuah morning kiss, hyung." Jaehyun terkekeh lagi sementara Taeyong bercemberut ria karena sebuah kecupan dari bibirnya telah dicuri.

"Kau mau makan? Sarapan sudah siap. Akan aku siapkan," tawar Taeyong, masih berada dalam pelukan suaminya yang sepertinya masih enggan melepas rangkulannya.

Jaehyun menggeleng.

"Kalo begitu mandi?" tawar Taeyong lagi. Ia bisa menyiapkan air hangat untuknya jika ia mau.

Tapi sekali lagi Jaehyun menggeleng.

Taeyong merengut kesal, semua tawarannya dijawab dengan jawabannya yang sama, tapi ia tak mau menyerah belum."Kalo begitu—"

"Aku ingin tidur lagi, hyung," potong Jaehyun cepat. Ia menguap tapi Taeyong bisa melihat seringai itu muncul di wajah tampan Jaehyun.

Taeyong menatap tak percaya.

"Dan hyung harus menemaniku," ucap Jaehyun sambil menggendong Taeyong ke arah kamar mereka.

" Jaehyun turunkan aku!"

Taeyong berusaha meronta. Ia tahu maksud Jaehyun. Mana mau! Ia baru saja mandi! Sarapan mereka bagaimana?

"Jaehyun―!"

Pintu tertutup.

Tapi bagaimanapun, ia seorang Jung Jaehyun dan keinginannya harus selalu terpenuhi, bukan? Ah, indahnya pagi ini.

Selamat pagi semua.


FIN