Hola... Aku MikoKikyouAmme
Perkenalkan aku author baru di fandom ini yang gak jago milih kata-kata walupun dibilang pandai bahasa indonesia..
Warning : OOC, cerita melankoli, dan romantisnya belum kerasa sama sekali, dkk
Disclaimer : Naruto always be Masashi Kishimoto's
Enjoy...
Chapter 1 : Keraguan
The One Who Make Me Realized
Naruto kini tengah bebaring di atas ranjang di salah satu kamar di rumah sakit di Konohagakure,desa yang paling disayanginya dan yang amat berharga baginya. Hampir dari seluruh tubuhnya dibalut oleh perban putih dengan bau dari obat-obatan yang diberikan untuknya. Ingin sekali rasanya dia bergerak,bahkan berlari dari tempat ini. Tetapi sambungan selang infuse yang melekat pada tubuhnya memekasanya untuk tinggal ditambah dengan kondisinya yang sedang terluka parah.
" Aku…tidak mungkin kan?"gumamnya dalam hati.
FLASHBACK ON
" Pergi dari sini, Hinata ! Dia bukan tandinganmu !"teriak Naruto pada gadis berambut biru tua sepinggang bermata amethyst yang ada si depannya saat ini. Berusaha untuk melindunginya. Orang yang berada pada daftar orang yang akan membantunya melawan ketua Akatsuki sekarang dating untuk melindunginya.
" Aku tahu."jawab Hinata dingin." Berdiri disini adalah kemauanku."lanjutnya.
Mata saphire Naruto terbelalak,tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang selama ini selalu malu-malu dan bahkan pingsan bila bertemu dengannya. Tapi hal yang sedang dilihatnya saat ini sangatlah berbeda dengan apa yang biasa terjadi pada Hinata maupun Naruto sendiri." Apa yang kau bicarakan? Pergi dari sini,jangan sampai kau terluka."teriak Naruto lagi. Namun, Hinata masih dengan tegapnya berdiri membelakanginya sambil terus menatap musuhnya, Pein.
Tiba-tiba saja hinata berkata," Aku yang selalu cengeng dan mudah menyerah. Aku yang hampir menuju ke arah yang salah. Tapi kau… Kau, Naruto-kun. Kau menunjukanku pada jalan yang benar. Aku selalu berusaha untuk mengejarmu. Selalu ingin untuk berjalan di depanmu,bukan di belakangmu. Aku hanya ingin untuk berjalan beriringan denganmu. Aku hanya ingin bersamamu. Kau merubahku, Naruto-kun ! Senyummu menyelamatkanku. Karena itu, aku tak takut mati untuk melindungimu." Ucap Hinata sambil memposisikan dirinya dalam kuda-kuda, sementara Pein tak pernah gentar untuk menghadapi siapa pun yang ingin menghadapinya. " Aku akan membunuh semua yang melawanku. Tidak perduli siapa pun atau dimana pun."mungkin itulah yang selama ini Pein pegang kuat-kuat dalam batinnya setelah kematian orang tuanya yang meninggal dibunuh oleh shinobi Konoha." Karena aku…..mencintaimu."lanjutnya.
Naruto yang kini sedang tengkurap menghadap bumi dengan paku-paku hitam yang sedang menusuknya mebelalakkan mata blue saphirenya yang selalu menjadi kesukaan Hinata selain senyum lima jari yang selalu ditunjukan oleh Naruto. " Hi-hi-hinata….dia,mencintaiku?"Naruto bertanya-tanya dalam hati. Dilihatnya Hinata kini sedang berusaha untuk melawan Pein mati-matian, namun yang dilawan tampak begitu santai dan tak gentar sedikit pun.
Darah pun mulai bercucuran mengalir dari pelipis dan dahi heiress keluarga Hyuuga ini. Namun dia terus berusaha, memaksakan tubuh kecilnya untuk mengeluarkan seluruh kekeuatannya untuk melindungi satu-satunya orang yang dia cintai sejak masih akademi, Uzumaki Naruto. Hingga saat ketua Akatsuki dengan jubah hitam bergmbarkan awan merah menusukkan sebuah paku hitam ke tubuh Hinata. " Jreessss…!"suara yang ditimbulkan oleh paku hitam itu saat berhasil menembus tubuh Hinata dengan tajamnya. Darah berwarna merah segar tampak mengalir di paku tersebut. Naruto yang terbakar emosi langsung meledak dan berubah menjadi kyuubi ekor 4.
Dengan seluruh kekuatan rubah ekor Sembilan dia berusaha untuk mengalahkannya. Seolah-olah berusaha untuk membalaskan apa yang telah dilakukannya pada Hinata yang kini tengah sekarak tergeletak di tengah medan pertempuran. Gadis yang membuang rasa malu dan takutnya demi seseorang yang ia cinta. Dan, gadis yang mencintainya dengan begitu tulus dan tetap ada walaupun sudah sekian tahun lamanya. Ingin sekali dia memukuli dirinya sendiri atas ketidakpekaanya terhadap persaaan seseorang.
FLASHBACK OFF
Dipegangnya dadanya sendiri dengan tangan berbalutkan perban itu, merasakan sakit tiap kali ia mengingat kejadian itu. Kejadian yang mungkin yang selama ini dalam hidupnya tidak pernah dialaminya.
" Tok,tok…!" suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
" Masuk."ucap Naruto tanpa melihat siapa yang datang. ' Mungkin Sakura atau Kak Shizune yang menyuruhku minum obat lagi' pikirnya.
" Naruto,apa kau sudah minum obat?" Tanya Sakura yang sesuai dengan dugaan Naruto sambil berjalan mendekati ranjang Naruto dengan membawa beberapa obat.
" Belum. Aku malas minum obat."jawab Naruto dengan malas dan sedikit acuh.
" Kau kenapa? Apa kau tidak mau cepat sembuh dan bekumpul bersama teman-teman?"Tanya Sakura yang kini duduk di sebuah kursi di samping ranjang Naruto dengan sedikit membujuk. Naruto tidak menjawab, yang ditanya malah diam dan memilih untuk menunudukan kepalanya dalam-dalam.
" Kau, kepikiran tentang Hinata lagi?"tebak Sakura yang pastinya jawaban itu benar. Naruto mengangguk. ' Ternyata benar. Dia memikirkan tentang hal itu lagi.'batin Sakura dalam hati." Sudahlah, Naruto. Jangan kau pikirkan terus, takutnya nanti kondisimu malah semakin memburuk." Sakura mencoba menenangkan.
Sakura mulai melangkah mendekati ranjang naruto sampai ia berhenti tepat di pinggir ranjang tersebut. Mata emeraldnya merasa sangat sedih melihat sahabat yang juga orang yang -dulu- mencintainya itu sedang dalam dilema yang hebat.
" Aku ini monster, kan? Monster yang telah membunuh warga Konoha. Akulah yang meyebabkan banyak anak yang kehilangan keluarganya." Naruto berhenti sejenak berbicara, dan apa yang diucapkannya mengingatkannya pada sosok 'ayah' yang terdapat pada senseinya, yaitu Iruka-sensei. " Gara-gara aku juga Iruka-sensei harus menjadi anak yatim piatu. Semua orang patut membenciku. Tapi, tapi kenapa? Hinata...Dia malah mencintaiku?"lanjutnya.
Sakura hanya bisa diam dan menatap pemuda pirang itu dengan pandangan sedih..' Kenapa dia masih belum yakin? Dia tak pernah dalam 16 tahun hidupku hingga kini melihatnya begitu frustrasi dan begitu terluka. Bukan luka pada tubuh, tapi hatinya yang masih diliputi keraguan dan ketidakpercayaan' batin Sakura.
Yah...akhirnya cuma seperti inilah jadinya...
Habis saya ini kelas 3 SMP yang sibuk mau ujian ya maklum kalau nantinya cerita ini bakal nunggu waktu satu bulan untuk update lagi. Gomenasai...
Read and Review aku tunggu..^^
