Ini adalah Chapter 1 yang saya remake kembali karena jalan cerita dan penulisannya sangat berantakkan. Ada beberapa perubahan dan alur cerita, tapi tak mengubah isi keseluruhan cerita.

Langsung saja deh

Disclaimer : yang pastinya ini bukan milik gue

Rate : T semi M (maybe)


Pair : …

Chapter 1

Di sebuah tempat yang tak diketahui, lebih tepatnya di dalam sebuah ruangan. Terdapat sosok seorang anak berambut kuning pirang, di dalam sebuah tabung yang berisi cairan berwarna hijau. Sosok itu tak memiliki tubuh bagian lengkap, dia mempunyai luka yang cukup dalam dibagian perut.

Dia hanya mempunyai tangan kanan saja, kedua kaki dan tangan kirinya seperti hancur karena sebuah ledakan, nama pemuda berambut kuning itu adalah Uzumaki naruto.

Perlahan sosok dalam cairan itu pun membuka matanya.

Naruto P.O.V

Kubuka mataku secara perlahan, walaupun sedikit perih aku tetap mencobanya…

Kulihat bagian tubuhku yang tidak utuh ini, yang perlahan mulai beregenerasi…

Aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri, didalam tabung yang berisi cairan hijau ini…

Entah kenapa aku bisa berada didalam kondisi ini, aku tak tahu…

Yang kuingat sebelum disini hanya satu, aku… sudah mati…

Aku masih mengingat siapa diriku yang sebenarnya. Aku adalah seorang anak yang terlahir dari pasangan Namikaze minato dan Uzumaki Kushina yang sekarang resmi menyandang marga namikaze.

Aku masih mengingat kejadian itu saat aku berada di desa yang bernama konoha.

Naruto P.O.V end

FLASH BACK ON

Di sebuah desa yang bernama konohagakure, dimana desa itu pernah diserang oleh monster berekor 9 yang bernama Kyubi yang disummon oleh seseorang yang mengaku sebagai Uchiha Madara.

Pada saat itupun Kyubi muncul di dalam desa konoha dan memporak porandakan desa tersebut. Minato yang pada saat itu menjabat sebagai hokage keempat tidak mempunyai pilihan selain menyegel monster tersebut ke salah satu anaknya, Naruko.

Saat akan melakukan penyegelan, dia dibuat pingsan oleh sandaime Hokage. Sandaime Hokage akhirnya menggunakan Shikifujin yang akan digunakan oleh Minato, membuat sandaime mati karena resiko jutsu tersebut, sejak saat itulah Naruko dianggap sebagai pahlawan desa.

Mungkin orang-orang akan kesulitan membedakan dirinya, jika ia tidak memiliki perbedaan. Salah satu yang membedakan dirinya dengan kakak perempuannya hanyalah gender. Dirinya tidak tahu kenapa, tapi orang-orang mulai memandang dia berbeda. Naruko selalu saja mendapatkan semua hal didesa ini, sementara dirinya jarang sekali diperlakukan seperti kakaknya, bahkan tak pernah

Orang tua Naruto juga sama selalu memanjakan dia. Awalnya dirinya tidak masalah dengan hal tersebut, karena dia adalah seorang Jinchuriki.

Dan pada saat ini, di umurnya yang baru menginjak 7 tahun, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Entah itu cinta, kasih sayang, rasa pengertian semuanya dia dapatkan. Para warga konoha sendiri memperlakukan dia bagaikan dewa, sedangkan dia layaknya sebuah bayangan yang terlupakan.

Saat berlatih menjadi shinobi pun dia selalu belajar dengan mereka berdua, sedangkan Naruto hanya bisa terdiam melihat mereka berlatih. dia juga mengetahui bahwa dia memang mempunyai Cakra yang besar, sedangkan dirinya hanya mempunyai cakra yang sedikit, atau mungkin hampir tidak ada. Melihat mereka selalu berlatih bersama setiap hari…

Sangat menyakitkan.

Naruto hanya berlatih seorang diri dalam menguasai Ninjutsu, Genjutsu maupun Taijutsu. Ia berusaha untuk meningkatkan jumlah Cakranya dengan bantuan gulungan Ninjutsu yang ada di perpustakaan Namikaze, walapun itu tak banyak membantu.

Karena ia tahu satu hal, meminta belajar pada mereka tidak ada gunanya, karena ia pernah meminta pada mereka untuk melatihnya. Namun mereka hanya menyuruh dia belajar sendiri dan membentak padanya hanya karena Cakra yang dimilikinya sangat kecil.

Pada hari itu seseorang berambut panjang jambrik datang ke Mansion yang berada di Konooha, Mansion yang tak lain adalah rumahnya. pria yang Naruto ketahui bernama jiraiya, guru ayahnya saat kecil. Pada saat itu ia sengaja menguping untuk mendengar apa yang mereka bicarakan, dan ayahnya berkata.

"Naruto hanya mempunyai cakra yang kecil, tidak seperti kakaknya yang bercakra besar… "

Layaknya sebuah ribuan pedang yang menusuk, Naruto hanya bisa terdiam disana. Rahangnya mengeras tak kala ia mendengar pembicaraan ini. Dengan wajah yang terhalang oleh poni rambutnya, ia pergi darisana. Ia berpikir untuk mencari cara agar ia bisa setingkat dengan kakaknya, walaupun itu dengan Cakra miliknya yang kecil. Mungkin memakan waktu yang lama, ia akan terus berusaha untuk meningkatkan kapasitas Cakra miliknya.

Hingga Naruto menyadari bahwa ia terlalu naïf…

Ia terlalu dibutakan oleh apa yang namanya… harapan. Berharap ia dan juga keluarganya… menjadi satu. Menjadi sebuah keluarga seutuhnya.

Namun Naruto tahu bahwa itu semua, hanyalah…

Harapan yang bodoh…

-0-0-0-0-0-0-0-

Sampai pada akhirnya kejadian yang membuat hidupnya berubah terjadi. Ia tak tahu kenapa hal seperti ini bisa terjadi padanya, ia hanyalah seorang anak kecil. Sama seperti anak kecil lainnya yang menginginkan apa yang namanya cinta dan hangatnya keluarga. Namun, itu semua mungkin tak pantas untuknya. Hingga ia menyadari kalau sekarang dirinya bukan berada di Konoha.

Saat itu Naruto sedang berjalan di pinggiran atas danau, dengan wajahnya tersirat penuh akan keputusasaan. Sesekali ia juga menendang batu-batu kecil yang ia temui disana. Hanya tempat inilah ia bisa menenangkan dirinya dari segala hal-hal menyakitkan yang terjadi padanya, namun tidak untuk hari ini

Orang yang ia sebut ayah, muncul secara tiba-tiba disampingnya. Ia langsung terkejut melihat ayahnya muncul dalam sekejap mata. Dengan sigap ia langsung memegang bahunya, membuat Naruto menghilang darisana.

Kemudian, Naruto menyadari sudah berada disebuah tempat yang tidak ia ketahui. Tempat ini penuh sekali dengan pohon yang lebat, bahkan sinar mataharipun tak bisa menembus lebatnya hutan ini.

Jlebsss!

Ketika dirinya hendak melihat sosok ayahnya yang mengirim dia kesini, ia hanya bisa merasakan sensasi menyakitkan pada perutnya. Belum sampai ia melihat wajah ayahnya, ia sudah merasakan sebuah benda tajam memasuki perut kecilnya. "Akhk". Dirinya hanya bisa memuntahkan darah segar dari mulutnya. Seraya tangan kecilnya hanya bisa menahan rasa sakit dari Kunai yang menusuk perutnya. Darah segar membasahi tanah berwarna coklat, merubahnya menjadi merah pekat.

"Kenapa… kenapa… kau melakukan hal kejam seperti ini?". Ucapnya dengan terbata-bata.

Darah terus mengalir dari mulut Naruto. Dengan nafasnya yang terengah-engah, ia tak kuasa menahan rasa sakit diperutnya. Samar-samar Naruto melihat wajah ayahnya perlahan mendekat, hingga sampai ditelinganya.

"Kau hanyalah aib bagi keluargaku, lebih baik kau mati disini dan terlupakan!".

Ia hanya bisa melebarkan matanya, tak kala ia mendengar ucapan benci dari mulut ayahnya. Jadi selama ini ia hanyalah aib yang terus hidup diantara mereka bertiga?. Kuso!. Jika memang dirinya hanya aib bagi mereka, kenapa hidupnya harus berakhir seperti ini?. Jika ini yang ayahnya inginkan… melenyapkannya!. Ia hanya bisa mengeraskan rahangnya, walaupun sakit yang dideritanya. Hingga ia mengucapkan satu kalimat yang penuh akan kebencian padanya.

"Onore… Kisamaga yurusanai!".

Mungkin ini adalah kata-kata terakhir Naruto pada sosok yang ia namakan ayah. Ia tak menyangka kalau hidupnya akan segera berakhir disini. Mati disebuah tempat yang ia tak ketahui ini dimana. Tempat yang penuh akan lebatnya pohon sejauh mata memandang. Sialan!, dia sudah merencanakan ini semua dari awal.

Naruto kembali harus merasakan rasa sakit yang teramat sangat, tak kala ayahnya mencabut Kunai dari perutnya dengan kasar. Belum sampai disitu, ia langsung menendang Naruto dengan salah satu kakinya. Ia terpaksa menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk meredam benturan dengan sebuah pohon.

Ia kembali dibuat tak berdaya oleh ayahnya. Dengan keadaannya yang sekarang ini ia pasti akan segera mati. Hanya saja, sepertinya ayahnya masih belum puas melakukan ini padanya. Terbukti dengan 2 buah Kunai yang sudah tertancap diataranya. Kedua Kunai ini mempunyai selembar kertas dengan kaligrafi yang tak ia ketahui. Dengan kesadarannya yang sebentar lagi hilang, kertas itu mulai terbakar hingga mengeluarkan sinar terang yang ia tahu apa akan terjadi padanya sekarang.

Boommm!

Sebuah ledakan cukup besar terjadi di hutan ini. Pohon yang ia sandari sampai tumbang, membuat dirinya terpental sejauh 6 meter dari bekas ledakan. Tak jauh dari bekas ledakan, terlihatlah keadaan Naruto saat ini yang bisa dibilang sangat menyedihkan. Dirinya yang terkapar tak berdaya memperlihatkan bekas tusukan diperutnya. Kedua kaki dan tangan kiri tak luput dari ledakan tadi, membuatnya hancur berkeping-keping. Bahkan wajah putihnya sudah dibasahi oleh darah yang mengalir dari ubun-ubunnya.

Setelah dia melakukan hal yang sangat kejam pada Naruto, ia kembali menghilang dalam sebuah kilatan kuning. Meninggalkan ia seorang diri dengan keadaanya yang bisa membuat orang langsung berteriak sekeras mungkin, bahkan bisa saja langsung muntah melihatnya.

Ia bertanya pada dirinya sendiri, hanya karena ia tak mempunya apa yang namanya Cakra ia harus mati ditempat ini?. Jika ia bisa memilih, ia ingin pergi dari desa itu secepatnya. Menuju sebuah tempat dimana tak ada penderitaan baginya, walaupun tempat seperti itu mungkin tak ada.

Dirinya kembali terbatuk, memuntahkan darah segar dari mulutnya. Dalam keadaan yang sangat sunyi ini ia bahkan bisa mendengar detak jantungnya yang mulai melambat. Mata Shaphire birunya bahkan sudah mulai kehilangan cahayanya untuk melihat. Sekarang ini ia hanya bisa menunggu, menunggu kegelapan datang padanya. Dengan tenaganya yang tersisa ia meraba bekas tusukan diperutnya dengan tangannya yang tersisa. Mengadahkan tangannya keatas dirinya bisa melihat, apa yang namanya… darah. Untuk anak kecil sepertinya mungkin ini adalah pertama kalinya ia bisa melihat darah, bahkan menyentuhnya.

Hingga tak lama tangan itu pun ambruk menuju tanah. Ia sudah bisa merasakan kegelapan akan memakannya sekarang ini juga. Detak jantungnya perlahan melemah, bahkan suaranya hampir memudar di telinga Naruto. Hingga beberapa saat, detak jantung milinya sudah tak terdengar lagi, bahkan kegelapan sudah memakan dirinya. Dalam keadaan mata sembab yang masih terbuka, ia akhirnya…

Mati…

..

..

..

FLASH BACK END

NORMAL P.O.V

Tapi ada kalanya takdir juga bisa berada dipihak mu, entah takdir macam apa yang akan kau terima setelahnya. Ketika dihadapkan sesuatu yang kita tak bisa menahannya, terkadang takdir bisa berbelas kasih pada kita. Manusia yang tak bisa menahan semua takdir itu pasti akan langsung menyerah dengan hidupnya yang penuh cobaan. Bahkan dari mereka bisa mengambil jalan pintas… dengan mengakhiri hidupnya. Hidup yang penuh akan penderitaan dan tekanan dari orang-orang cenderung membuat seseorang bisa melakukan hal nekat seperti itu.

Hanya saja, bagi Naruto sendiri lain lagi ceritanya. Ketika kegelapan sudah memakan seluruh jiwanya, sebuah cahaya kembali bersinar didalam dirinya. Hingga ia menyadari kalau sekarang dirinya sudah berada didalam sebuah tabung yang penuh dengan cairan hijau, serta alat-alat lainnya yang terpasang di tubuhnya. Ia tak mengerti dengan keadaannya sekarang. Hanya satu pertanyaan yang muncul dibenaknya…

Dimana dia sekarang?

Sebuah ungkapan yang ingin ia tanyakan sesegara mungkin pada seseorang mengenai tempat ini. Hanya saja, itu tak mungkin ia lakukan dengan keadaanya sekarang. Namun, samar-samar ia bisa melihat dua orang yang tengah melihat keadaanya. Naruto tak bisa melihat dengan jelas wajah kedua orang itu, akibat kegelapan yang memenuhi ruangan ini sulit sekali melihat wajah mereka. Naruto hanya mengetahui kalau mereka berdua adalah pria dengan kisaran umur 20-30 tahun. Nampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang Naruto tak bisa mengetahuinya.

Hingga tak lama kedua orang itu langsung pergi, meninggalkan dirinya dengan segudang pertanyaan yang menumpuk. Untuk saat ini ia hanya bisa berada didalam tabung ini hingga tubuhnya kembali menjadi utuh layaknya manusia normal. Entah berapa lama hingga tubuhnya kembali seperti semula, ia tak tahu itu. Naruto mencoba menggerakan tangan kanannya, seraya berusaha menyentuh kaca tabung yang menyelimuti dirinya. Sesekali ia mencoba menggerakan sebagian tubuhnya, walaupun sedikit susah.

Pandangan Naruto kembali melihat seseorang yang menuju kearahnya. Hingga akhirnya ia berdiri disana, melihat kearahnya. Seorang wanita yang Naruto akui sangatlah cantik. Memiliki rambut perak panjang yang terurai, serta mata bermanik kuning emasnya yang indah. Namun entah kenapa kali ini ia bisa melihat karakteristik orang didepannya, berbeda dengan kedua orang yang tadi yang datang sebelumnya.

Aneh.

Apa karena cahaya disini perlahan menyinari wanita tersebut hingga ia dapat melihatnya dengan jelas?. Sepertinya ada sebuah cahaya misterius yang membuatnya bisa melihat sosok wanita ini. Wanita ini masih terus melihat kearah Naruto. Sementara Naruto yang disana, ia dengan jelas bisa melihat ekspresi yang terhias di wajah cantiknya. Dengan memiringkan kepalanya serta senyumnya yang seolah ia menerima kehadirannya. Naruto tak tahu kenapa wanita ini terseyum padanya seperti itu. Dengan Naruto yang didalam tabung, dirinya hanya bisa melihat itu semua dengan tampang polos anak kecilnya, ia belum cukup umur untuk mengetahui apa yang dilakukan wanita ini sekarang.

Sampai akhirnya wanita ini memberinya sebuah senyum, kali ini berbeda dengan yang tadi. Senyumannya kali ini bagaikan ia sangat bahagia, mungkin karena Naruto sudah bisa membuka matanya. Ekspresi senyum bahagia sambil menutup matanya, yang Naruto sendiri tak pernah melihat ini. Naruto yang melihatnya sedikit terperangah dengan mata yang sedikit melebar. Hingga akhirnya gadis itu pergi dari hadapan Naruto. Sebelum pergi dari hadapannya, sekilas Naruto bisa melihat bibir wanita ini yang berucap. Namun ia tak tahu apa yang ia ucapkan.

Hingga dirinya kembali seorang diri didalam sebuah ruangan tempat ia berada. Ia menundukan kepalanya, berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Sejauh ia memikirkan itu ia tak menemukan jawabannya. Hingga mata biru miliknya perlahan mulai terpejam, membiarkan ia masuk kembali menuju kegelapan yang menantinya. Membiarkan dirinya berada didalam kegepalan hingga suatu hari sang cahaya muncul didalamnya.

-0-0-0-0-0-0-0-

Entah berapa lama waktu yang Naruto habiskan didalam tabungnya untuk meyembuhkan lukanya. Saat ini keadaanya bisa dibilang sudah sangat membaik. Dengan kedua kaki yang sudah kembali keasalnya serta tangan kirinya juga. Ia tak tahu apakah harus senang dengan keadaanya sekarang ini. Yang saat ini ia pikirkan sekarang adalah, kenapa mereka mau menyembuhkan dirinya dari kematian?. Sekarang ia hanya bisa menunggu kapan ia akan keluar dari tabung ini. Bahkan alat-alat yang menmpel ditubuhnya juga sudah terlepas.

Terlebih bagi dirinya, setelah ia keluar dari tabung ini apa yang akan terjadi padanya?. Tak mungkin kalau semua orang disini hanya menyembuhkan dirinya saja. lekas dirinya sembuh ia akan diantarkan pulang kembali kedesanya, itu pasti tak mungkin. Jika dilihat dari penampilan mereka yang mengenakan pakaian serba putih layaknya seorang doctor, mungkin dirinya menjadi sebuah bahan percobaan bagi mereka. Hanya saja percobaan apa yang mereka lakukan?. Jika ini berhubungan dengan kedokteran, pastinya hasil dari mereka sangatlah memuaskan. Didunia Shinobi ini tubuh yang sudah hancur tak akan pernah bisa disembuhkan. Walaupun Jutsu seperti itu ada tapi kemungkinannya sangatlah kecil. Bahkan percobaan ini bisa dikategorikan sebagai percobaan tingkat dewa, dimana tubuh dan organ yang hancur bisa sembuh kembali. Yah dunia ini luas, hal seperti ini mungkin bisa saja terjadi.

Didalam tabung miliknya, Naruto bisa merasakan sensasi bergoyang didalamnya. Hingga ia menyadari kalau tabung ini bergerak kearah bawah. Setelah berhenti, tabung berisi cairan hijau itu mulai terbuka, mengeluarkan cairan yang deras. Dengan pintu tabung yang terbuka secara otomatis, ia langsung terbaring ditanah akibat tak mempunyai tenaga untuk menopang tubuhnya.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Dirinya hanya bisa terbaring dilantai dengan terbatuk-batuk dengan keadaannya yang sekarang telanjang. Ia mencoba sekuat tenaga untuk berdiri, namun sia-sia saja. berada didalam tabung itu tak lantas membuat kekuatan Naruto bertambah. Malahan sekarang ia sangatlah lemah, bagaikan seorang bayi yang baru lahir. Mencoba mengadahkan kepalanya, mata miliknya yang sembab sekilas melihat sepasang kaki yang tengah berjalan kearahnya. Mencoba melihat wajah orang tersebut, entah kenapa kesadaran miliknya mulai memudar. Hingga akhirnya ia kembali pingsan disana, tak sempat untuk melihat raut muka dari sosok yang menuju ke arahnya.

Perlahan kelopak mata miliknya mulai bergerak, menandakan ia akan segera terbangun. Ia mencoba untuk membiasakan matanya dengan pencahayaan yang berada disini. Hingga akhirnya ia menyadari kalau dirinya ada disebuah ruangan. Mengedarkan pandangannya ia mencoba untuk mencari tahu apa yang ada didalam ruangan ini. Tak ada apapun yang menghiasi ruangan ini, mungkin hanya kasur saja yang ia tempati sekarang. Hingga pandangannya terhenti pada sosok seorang wanita yang tengah tertidur. Ia tertidur dengan posisi tengah duduk disebuah kursi yang ada disampingnya. Sesekali wajahnya bergerak keatas kebawah, menahan agar dirinya tak roboh keatas kasur.

Wanita yang sama, yakin Naruto pada dirinya. Wanita yang ia lihat pertama kali dibalik kaca yang menahan dirinya. Hingga saat dia sadar wanita ini sudah berada disampingnya. Dilihat dari dekat memang wanita ini mempunyai warna rambut perak yang sangat indah, berbeda saat ia pertama kali melihatnya. Mata milik wanita ini perlahan bergerak dan kemudian ia setengah sadar langsung melihat kearah yang sudah terbangun. Seketika itu juga ia langsung merapikan wajahnya yang ia rasa berantakan. Dirasa selesai ia langsung bertanya pada Naruto.

"Syukurlah kau sudah sadar. Apa kau sudah merasa baikkan sekarang?". Ucapnya dengan senang.

"…"

Naruto tidak membalas apa yang wanita ini katakan padanya. Dirinya masih bingung dengan keadaan yang menimpanya sekarang, lebih baik tanyakan saja pada wanita ini sekarang juga.

Ia kemudian bangkit perlahan dari kasurnya dan kemudian mengambil posisi duduk. Ia kembali melihat kesekeliling hanya untuk sekedar kembali meneliti ruangan ini lebih jelas, hingga akhirnya pandangannya kembali tertuju pada wanita didepannya. Ia menatap wanita didepannya dengan keadaan linglung, seakan ia telah kehilangan ingatannya. Hingga akhirnya ia berucap pada wanita didepannya.

"Ano… ini dimana?. Dan juga… apa yang terjadi…padaku?". Ucap Naruto dengan terbata.

Bisa dilihat ekspresi wanita ini perlahan berubah. Naruto tak tahu apakah pertanyaannya tadi memang terlalu berat untuk dijawab oleh wanita ini. Dengan ekspresinya yang tiba-tiba berubah menjadi murung, mungkin pertanyaan Naruto ini memang tak bisa dijawab olehnya. Aku hanya terdiam atas ucapanku tadi, tak tahu apa yang harus kuperbuat.

"Maaf ya. Aku tak bisa menjawab kedua pertanyaanmu itu. Kedua hal tersebut sangat dirahasiakan oleh atasanku. Sekali lagi maaf ya". Ucapnya diakhiri dengan senyumannya.

Naruto melihat senyum wanita ini terlihat seperti dipaksakan, tapi kenapa dia bertingkah seolah aku dan dia sudah sangat dekat. Malahan entah kenapa sikapnya ini seolah dia adalah seorang ibu. Jika ini adalah candaan tolong hentikan sekarang juga. Baginya sosok seorang ibu tak pernah ada dalam dirinya.

"Sou ka. Tak apa. Kalau begitu boleh kuketahui satu hal?". Tanya Naruto

"Tentu saja. akan kujawab sebisa mungkin". Ucapnya ramah.

"Kenapa… aku bisa hidup kembali?. Apakah ada alasan kenapa aku dihidupkan kembali".

Dengan pertanyaan Naruto tadi suasana kembali menegang, dengan keadaan wanita tersebut kembali murung. Ia terlihat menutup matanya, seolah berpikir apakah ia akan menjawab pertanyaan Naruto atau tidak. Hingga akhirnya mata wanita tadi kembali terbuka, nampaknya ia akan menjawab pertanyaan Naruto kali ini.

"Baiklah akan kujawab pertanyaanmu itu. Aku memang tak tahu detailnya, tapi kau adalah salah satu dari objek percobaan yang dilakukan di tempat ini. Aku masih belum tahu percobaan apa yang mereka lakukan terhadapmu. Kekuasaanku masih belum tinggi untuk mengetahui itu semua. Untuk sekarang mungkin hanya waktu yang akan menjawab semua pertanyaanmu itu. Untuk kedepannya mungkin kau akan dihadapi berbagai uji coba terhadap tubuhmu. Untuk itu cobalah bertahan sekuat mungkin".

Naruto kembali terdiam mendengar semua penjelasan wanita ini. Objek percobaan ya, tapi percobaan apa?. Ia juga menjelaskan kalau kedepannya ia akan dihadapi berbagai percobaan terhadap tubuhnya. Ia tak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya nanti. Seperti yang dikatannya hanya waktu yang akan menjawabnya. Mungkin ini adalah takdir barunya ia menjadi objek percobaan ditempat ini.

Ngomong-ngomong ada satu hal yang ingin ditanyakan Naruto dari awal, siapa nama wanita ini?. hal yang sepele yang ia tak tanyakan diawal mereka bertemu. Lebih baik tanyakan sekarang. Tak baik memanggilnya dengan sebutan "kau" atau "kamu". Pastinya ia juga memiliki sebuah nama' bukan.

"Kalau boleh tahu, nama anda siapa?. Sejak awal bertemu aku tak tahu nama anda". Naruto kembali bertanya pada wanita ini.

"Oh ya maaf aku lupa. Hehehe…". Ia malah tertawa kecil saat Naruto menanyakan namanya. "Namaku Kanase, senang berkenalan denganmu. Ngomong-ngomong boleh aku juga tahu namamu". Ucap wanita ini yang diketahui bernama Kanase.

Sejenak Naruto terdiam untuk menjawab pertanyaan darinya. Terbesit dikepalanya untuk menjawab Naruto, namanya dulu saat ia di Konoha. Hanya saja nama itu sudah tiada, dengan hidupnya yang berakhir ditangan ayahnya otomatis Naruto sudah tak ada didunia ini lagi. Ia tak bisa memberitahu namanya pada wanita ini, atau lebih tepatnya ia bingung dengan dirinya sendiri.

"Mohon maaf aku tak tahu namaku siapa".

Kanase tak mengerti dengan maksud anak ini. Kenapa anak ini tak tahu dengan namanya sendiri. Apa ia hilang ingatan atau apa?. Atau mungkin ia memang tak ingin memberitahu namanya. Sekilas Kanase bisa melihat raut wajahnya yang berubah antara bingung dan sedih. Yah mungkin untuk saat ini ia tak bisa menanyakan namanya, tapi ia harus memanggil anak ini dengan sebutan apa?.

"Jika kau tak tahu dengan namamu, aku harus memanggilmu apa?.

Kanase bingung bagaimana kedepannya ia harus memanggil nama anak ini. Apa ia harus membuatkan nama panggilan untuknya. Tapi ia tak menemukan nama apa yang cocok denganya.

"Terserah anda saja. Anda bebas memanggilku apa saja". Ucap Naruto dengan wajah Stoicnya.

Kanase hanya sweatdrop mendengar penuturan anak ini tentang namanya. Jika seperti ini mungkin ia akan membuatkan nama untuk anak ini. Tapi seperti apa?, dirinya tak tahu harus menamai anak ini siapa. Kanase hanya bisa menghela nafas lelah, ia tak bisa menemukan nama yang cocok didalam kepalanya. Selagi mereka masih mengobrol, mendadak pintu ruangan terbuka. Disana menampakkan sosok pria memakai jas putih dokter yang wajahnya tak bisa Naruto lihat dengan jelas.

"Sudah saatnya percobaan dilakukan. Kanase, bawa bocah itu sekarang juga!". Ucapnya memerintah.

Kanase hanya meng iyakan perintah dari instrukturnya. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan langsung menyuruh Naruto untuk bangun. Naruto tanpa menolak sedikitpun langsung bangun dari ranjangnya. Bagi Naruto sendiri ia tak mempunyai kuasa untuk menolak disini. Kanase langsung menyuruh Naruto untuk mengikutinya.

Akhirnya, sesuatu yang akan terjadi padanya datang juga. Naruto tak tahu percobaan macam apa yang dilakukan mereka padanya. Entah itu merubahnya menjadi sebuah monster, atau sesuatu yang lebih mengerikan dari itu. Hingga akhirnya sampailah dia disebuah ruangan dengan nuansa yang bisa dibilang menakutkan. Banyak sekali peralatan didalam ruangan yang bernuansa serba putih. Disana juga terdapat sebuah ranjang khusus.

Hingga Naruto seakarang sudah kembali terbaring diranjang tersebut. Kedua tangan dan kakinya terikat oleh besi yang sudah tersedia disana. Tak ada ekspresi apapun di wajah anak kecilnya, seolah ia memang menerima ini semua. Untuk anak sepertinya seharusnya ia memiliki ekspresi yang sangat ketakutan, mengingat keadaanya sekarang yang terikat. Bahkan Kanase yang ada disana merasa khawatir dengan keadaan Naruto sekarang.

"Baiklah kita akan memulai dengan memasukan energy pada tubuhnya". Ucap sosok disana dengan nada berat.

Tak lama sebuah benda aneh muncul dari langit-langit ruangan ini. Bentuknya seperti sebuah pistol dengan ukurannya yang sangat besar. Hingga benda tersebut mulai mengeluarkan cahaya biru yang kecil, seraya mengisi energi secara perlahan. Hingga cahaya tersebut semakin besar dan membesar dan akhirnya langsung menembakkan ke arah Naruto.

Shiuuttt!

Cahaya seperti laser tersebut langsung tertuju kearah dada Naruto. Naruto yang terbaring disana hanya bisa menjerit kesakitan tak kala cahaya tersebut mulai masuk kedalam tubuh kecil. Rasanya seolah ditusuk-tusuk oleh ribuan pedang yang tertuju pada satu arah. Ia hanya bisa meronta-tonta menahan rasa sakit berkelanjutan dari cahaya biru ini. Mereka semua yang melihat Naruto meronta kesakitan hanya memandang datar padanya, seolah tak peduli dengan keadaan Naruto sekarang. Sementara Kanase memandang Naruto dengan khawatir, ia berharap Naruto bisa selamat dari percobaan ini.

Keanehan mulai tercipta pada tubuh Naruto. Dari cahaya biru itu, samar-samar dari tubuhnya mulai tercipta rangkaian jaring yang mengeluarkan warna pelangi. Jaring itu terus tercipta hingga keseluruh tubuh Naruto. hingga cahaya dari alat tersebut mulai memudar, sampai akhirnya menghilang.

Terlihatlah sekarang tubuh Naruto yang mengeluarkan cahaya pelangi dari rangkain jaring yang tercipta ditubuhnya. Naruto tak bisa mengeluarkan satu patah katapun. Suara miliknya tersendat, tak kuasa mengucap satu kata saja. Bahkan tatapan matanya kosong sekali, tak memancarkan sebuah kehidupan. Hingga akhirnya mata miliknya perlahan menutup, namun ia kembali melihat wajah Kanase yang seperti berteriak kearahnya. Namun entah kenapa ia tak bisa mendengar teriakannya.

-0-0-0-0-0-0-0-

Membukakan matanya, ia kembali sadar disebuah ruangan yang sama dulu. Sejak percobaan yang dilakukan mereka padanya Naruto tak tahu berapa lama ia pingsan. Bisa saja dirinya sudah pingsan lebih dari satu hari. Melihat kesisi ranjang, ia bisa menemukan Kanase yang sedang tertidur disisi kasur. Tertidur pulas dengan menyilangkan kedua tangannya sebagai bantalan, nampaknya ia sudah menunggu Naruto sangat lama.

Sekali lagi Naruto tak mengerti kenapa wanita ini sangat perhatian kepadanya. Wanita ini seolah menganggap kalau Naruto ini sangatlah penting bagi dirinya.

Sakit!

Entah kenapa dada Naruto terasa sesak tak kala ia menyadari itu semua. Rasa sakit karena ia selalu saja diabaikan oleh keluarganya. Rasa khawatir yang diberikan Kanase padanya entah kenapa membuatnya bisa merasakan ini. Mungkin hati Naruto masih belum bisa menerima itu semua.

NARUTO P.O.V

Kanase… sebenarnya apa yang kau pikirkan tentang diriku?. Sikapmu terhadapku entah kenapa membuat dadaku terasa sesak, bahkan sulit untuk bernafas.

Lagipula… aku ini hanyalah orang asing yang menjadi bahan uji coba disini. Semua orang disini hanya melihat diriku layaknya sebuah kelinci percobaan, tapi kenapa kau berbeda dari mereka?.

Caramu melihat diriku… berbeda dengan mereka semua. Tatapan yang penuh kehangatan dan rasa kasih sayang, sementara mereka semua selalu saja menatapku dengan pandangan dingin serasa menusuk.

Aku hanya bisa mengeraskan rahangku, tak kala memikirkan itu semua. Entah ini rasa senang atau kesal, aku tak tahu itu. Apa aku memang menginginkan semua perlakuan Kanase yang diberikan padaku, yang melihatku sebagai orang yang berharga baginya. Atau mungkin ini semua hanya candaan dia saja. Ia mungkin sengaja melakukan ini semua hanya sebatas untuk menghiburku.

Entah kenapa opsi kedua terasa sangat menyakitkan bila itu terjadi. Jujur saja aku senang sekali dengan perlakuan Kanase pada diriku. Yang melihat diriku penuh akan kekhawatiran, bahkan ia sampai menungguku di sini.

Tapi aku tahu diriku ini apa. Sejak percobaan pertama dilakukan tubuhku rasanya mulai merasakan sebuah sensasi aneh. Sensasi seperti berdenyut dan juga rasa tertusuk. Sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya saat aku masih hidup. Aku tak tahu kenapa itu.

Hingga aku menyadari satu hal saat aku tertidur, aku bermimpi. Sebuah boneka manusia yang terlilit oleh jaring-jaring untuk digerakan. Dibelakang boneka itu terlihat mereka yang tersenyum layaknya seorang Psikopat. Satu hal, Boneka itu adalah…

..

..

..

..

Diriku!

And done.


Chapter pertama ini awalnya memang mirip dengan fic yang belum diremake, tapi kedepannya saya jamin beda deh. Saya tak tahu apa fic ini bisa membuat anda merasa puas atau malah semakin bosan. Untuk review, saya sangat berharap banyak dari reader sekalian, entah itu pujian saran ampe makian saya terima kok, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali

Itu saja dari saya dan terima kasih sudah mau membaca fic saya ini.

Arigatou