Bel tanda dimulainya jam pertama pelajaran berbunyi untuk pertama kali setelah libur kenaikan kelas. Murid tahun pertama hanya bisa duduk diam di bangku masing-masing, beberapa malu-malu dan beberapa bertukar bisikan dengan teman yang kebetulan sudah kenal lama. Sementara murid tahun kedua dan ketiga masih mengobrol santai, membicarakan siapa orang pertama yang akan masuk ke kelas mereka.

Soonyoung memutar tubuhnya menghadap ke belakang saat Wonwoo mengeluarkan novelnya.

"Hei, Wonwoo."

"Hm?"

"Menurutmu siapa yang akan jadi wali kelas kita tahun ini?"

Wonwoo diam sebentar sebelum menjawab, "Hong Jisoo."

Soonyoung membelalakkan matanya sambil tersenyum lebar. "Sungguhan? Kau dengar dari mana?"

"Mauku begitu."

Soonyoung menghela nafas.

"Itu sih impian semua orang di sekolah ini, Pintar."

Wonwoo hanya mengangkat bahunya. "Asal jangan Choi Seungcheol saja."

Soonyoung mengagguk mantap. "Pokoknya jangan Choi Seungcheol."

Seorang pria yang memegang map dengan tulisan kecil Hong Jisoo di depannya berjalan menuju ruang kelas. Hanya suara pintu kelas yang digeser yang terdengar di kelas yang sunyi itu.

"Selamat pagi, kelas 1-2. Aku Hong Jisoo yang akan jadi wali kelas kalian satu tahun ke depan sekaligus mengajar fisika. Mohon bantuannya!"

Dua lantai di atas kelas 1-2, pintu kelas digeser, suaranya hampir kalah oleh suara penghuninya yang segera ricuh kembali ke bangku masing-masing begitu sadar siapa yang baru saja masuk ke kelas mereka.

"Halo, kelas 3-2! Kalian sudah gaduh di hari pertama, tapi karena hari ini aku adalah malaikat sekaligus wali kelas kalian, kalian kuampuni."

"Sial," gumam Soonyoung. Wonwoo menahan tawanya. Sebenarnya setengah kelas mendesis tidak suka, tapi wali kelas barunya tersenyum lebar tanpa dosa.

Sonyoung berbalik lagi dan berbisik. "Asal jangan Choi Seungcheol, ya?"

"Pintar, jangan berisik!"

"Terima kasih banyak ya, doanya."

Wonwoo meninju bahu Soonyoung yang sedang gila. "Bicaranya nanti saja!"

"Kwon Soonyoung?"

Soonyoung membalikkan badannya, reflek berdiri saat namanya dipanggil. "Iya, Seonsaengnim."

"Aaah, jadi kau di kelas ini juga, ya?"

"Iya, Seonsaengnim."

Wonwoo menghela nafas, wali kelasnya yang mengaku sebagai malaikat itu tersenyum seperti iblis, mengerikan sekali. Dia terlihat menikmati kegugupan muridnya dan Wonwoo punya firasat buruk.

"Kau ingin jadi ketua kelas, Soonyoung?"

"Tidak, Seonsaengnim!" jawab Soonyoung cepat dan lantang.

"Kalau begitu, beri aku rekomendasi."

Soonyoung menjawab dengan tenang namun terbata. "Jeon- Wonwoo, Seonsaengnim."

:::

"Junhui, dia gila."

"Dari lahir, Wonwoo."

Soonyoung tertawa sambil mengunyah roti isinya.

Wonwoo terbawa emosi, dia menjejalkan roti miliknya ke mulut Soonyoung. "Masih bisa tertawa, hah? Kau bosan hidup, ya?"

Junhui tertawa kencang. Jihoon yang masih waras dan cinta ketenangan menarik bahu Wonwoo.

"Jihoon, boleh kubunuh pacarmu?"

"Sekali lagi kau bilang dia pacarku, kau yang akan kubunuh."

"Jangan berlebihan, Wonwoo. Pacarku yang wali kelasnya Choi Seungcheol saja tidak ada masalah."

Jihoon memukul lengan Soonyoung sementara Wonwoo hampir tersedak minumannya. "Kalian?"

"Iya, wali kelas kami adalah Seungcheol Seonsaengnim," ujar Junhui, yang menariknya sama sama tenangnya dengan Jihoon dan itu sulit dicerna oleh otak Soonyoung dan Wonwoo.

"Mungkin Yoon Jeonghan akan lebih baik," kata Jihoon, tangannya menepuk pelan pundak Wonwoo yang seolah ada 10 tumpukan batu bata disusun di sana.

Wonwoo menggeleng lemas. "Mungkin tidak," jawabnya.

Mungkin Yoon Jeonghan lebih baik daripada Choi Seungcheol. Benarkah? Choi Seungcheol itu, Wonwoo merasa dia adalah orang yang paling tahu tentangnya, karena dia adalah wali kelasnya saat tahun pertama. Guru yang mengampu mata pelajaran yang banyak ditakuti murid, ditambah dengan perangainya sendiri yang membuat pelajaran matematika di sekolah Wonwoo seperti neraka. Oke itu hiperbola, tapi Seungcheol adalah guru yang tidak segan menghukum muridnya tanpa mendengar penjelasan dari yang bersangkutan. Wonwoo sering berpikir apakah karena dia guru matematika jadi dia bersikap seperti algojo? Walaupun sebenarnya tidak ada hubungannya.

Kalau Yoon Jeonghan... Kesan pertama yang dimiliki tentu saja, manis dan lembut. Sebenarnya suaranya punya efek yang menenangkan, tapi kelemahannya cuma satu: temperamental. Wonwoo pikir Jeonghan paham betul rasanya naik rollercoaster tanpa perlu pergi ke wahana bermain karena di dalam dirinya saja sudah tertanam rollercoaster.

Ah, ingin menangis saja rasanya Wonwoo.