Title : Honey Boo (Squel of Maid Be)
Author : 8ternity
Rate : T
Genre : Romance
Main Cast : - Vernon
- Seungkwan
Support Cast : find in story~
Summary : Tentang kelanjutan kisah Vernon seorang rapper terkenal. Seungkwan berpacaran dengan fangirl Vernon. Awalnya mau balas dendam. Tapi.. "Wanna be my honey, Boo?"
- VerKwan / HanKwan / BooNon couple –
Bagi readers-nim yang mungkin bisa gak paham. 8ter sarankan untuk baca Maid Be dulu. Well, enjoy and happy reading ^^
.
Ini sudah hari ketiga sejak rumor Dispatch itu membuat Seungkwan terjebak selama tiga hari di apartement Vernon. Seungkwan merasa benar-benar bosan dengan punggung yang terasa benar-benar sakit karena sang majikan.. ehemm.. Vernon masih belum mengizinkannya tidur di kamar tamu. Dan ditinggal seharian terus menerus membuatnya kesepian. Yup! Seperti yang diperkirakan, Vernon sedang sibuk-sibuknya mengurus skandalnya itu bersama Mingyu hyung tentunya. Seungkwan tak pernah tahu sebelumnya bahwa menjadi seorang artis papan atas macam Vernon akan membuang waktu dan tenaga yang banyak karena sebuah skandal. Tahu begini Seungkwan harusnya menolak ajakan Vernon untuk kembali ke apartement-nya. Tapi membayangkan resiko yang didapat Seungkwan jika tertangkap fans atau fancam saat dia keluar dari van Vernon, pasti dia akan bernar-benar dicekik.
"Seungkwan-ah, please be my honey.."
Seungkwan tidak sengaja mengingat apa yang Vernon katakan saat di dalam van saat itu.
"Aarrhh! Aku bisa gila!" Seungkwan menepuk-nepuk pipinya yang memerah.
Seungkwan sebenarnya masih bergelut di bawah selimutnya. Menggulung tubuh seperti larva di atas sofa, dia sengaja tidak ingin bangun cepat. Sehabis tadi malam tidur agak malam menenangkan Vernon yang kembali mimpi buruk. Malam-malam sebelumnya Seungkwan tidur cepat jadi hari ini dia tidak merasa lelah sama sekali. Ingin sekali rasanya jalan-jalan keluar sebentar. Tapi ingat skandal itu membuatnya kembali merasa buruk. Seungkwan menghembuskan nafasnya kasar, kemudian tanggannya menjulur ke arah meja mencoba meraih mobile phone-nya yang terletak agak di tengah membuat hampir setengah badannya ikut terselonjor. Mobile phone-nya terletak terlalu jauh dari jangkauannya membuatnya hampir jatuh.
"Hei! Kau ingin jatuh?" Sebuah suara mengintrupsi, membuat Seungkwan memperbaiki posisi tubuhnya dan melihat orang itu.
"Ya! Vernon! Kau itu manusia atau hantu? Datang tiba-tiba begitu membuatku hampir terkena serangan jantung! Kau tahu tadi aku hampir tejatuh! Dan kau lihat ini jaraknya agak jauh dari lantai! Kau harus tanggung jawab kalau sesuatu terjadi denganku! Apalagi punggung ku sudah sakit sekali! Kau ingin membuat pinggangku patah, hah? Kau tidak tahu seberapa baik aku merawat tubuhku, hah? Jadi jangan seperti itu lagi, Vernon!" Seungkwan melepaskan semua rasa kesalnya pada seseorang yang membuat ini semua terjadi padanya, bahkan ia sampai tidak bisa kuliah tiga hari ini.
"Sudah?" Vernon bertanya dengan senyum manis di bibirnya, Seungkwan hanya mengangguk dua kali.
"Kalau bertanya harus satu-satu, Honey. Aku baru saja tiba, karena aku tidak suka kebisingan jadi aku terbiasa melakukan segala hal dengan sangat halus agar tak berisik. Ku kira tadi kau tidur." Vernon tersenyum lagi sambil tangannya mengambilkan mobile phone Seungkwan dan menyerahkannya, sedangkan Seungkwan mengambilnya sambil berdecak kesal.
"Dan pinggangmu tidak mungkin patah kalau hanya terjatuh dari sofa, Seungkwan-ah. Uumm.. untuk merawat tubuhmu.. hhhmm.. soal itu aku tidak tahu. Kan aku belum lihat.." Vernon terkekeh jahil sambil duduk di tangan sofa dan mengelus rambut Seungkwan.
"YAK! MESUM!" Seungkwan langsung duduk dan menatap Vernon kesal.
Vernon hanya tertawa, kemudian duduk di samping Seungkwan dan langsung menarik Seungkwan untuk bersandar di dadanya. Seungkwan menurut saja sambil menggerutu tidak jelas. Mata Vernon melihat layar mobile phone Seungkwan yang mulai dimainkan pemiliknya.
"Sedang apa, hmm?" Vernon bertanya.
"Bertanya tentang kegiatan dan tugas kuliah yang tertinggal." Seungkwan menjawab seadanya sambil mencari posisi yang nyaman di sandaran dada Vernon.
"Ah, bertanya dengan siapa?" Vernon mengelus rambut Seungkwan.
"Umji." Seungkwan menjawab singkat sambil menikmati elusan Vernon, Vernon tersenyum mendengar Seungkwan menyebut Umji tanpa embel-embel 'baby'.
"Ah, maksudku Umji baby. Kalau dia tahu dia bisa marah." Pernyataan Seungkwan langsung membuat Vernon berhenti tersenyum dan juga berhenti mengelus rambutnya.
"Kalau begitu aku ke dapur dulu." Vernon memindahkan badan Seunghan kemudian pergi.
"Eh? Kenapa?" Seungkwan merasa aneh dengan sikap Vernon.
"Umm.. memasak mungkin?" Vernon berlalu dengan rasa aneh di dadanya, Vernon tidak suka rasa itu.
"Ya! Memasak apa?" Seungkwan sedikit berteriak dan berjalan menghapiri Vernon, ia teringat kata-kata Mingyu yang mengatakan bahwa Vernon suka sekali makanan instant jadi tugasnya adalah membatasinya.
"Apapun." Vernon menjawab singkat, membuat Seungkwan bingung.
Okay! Sejak Seungkwan menginjakkan kakinya di apartement Vernon, ini adalah pertama kalinya Vernon seperti ini. Seungkwan memang punya persepsi bahwa mungkin setiap artis itu hanya bersandiwara di depan kamera. Ya, maksudnya seperti Vernon yang kekanakan dan memiliki kelemahan terlihat sangat kuat dan sempurna saat berhadapan dengan kamera. Tapi selama beberapa hari ini Seungkwan tidak pernah tahu kalau Vernon punya kepribadian lain yang bisa tiba-tiba dingin.
"Duduklah, Tuan! Di sini aku maid-mu. Duduklah di sana, biar aku yang memasak." Benar saja perkiraan Seungkwan bahwa Vernon hampir-hampir membuka lemari berisi banyak sekali ramyun instant, Seungkwan mendorong-dorong kecil Vernon ke arah meja makan. Dia maid di sini, meski ini dapur Vernon. Namun sebut saja ia penguasa di sini, ia yang pegang kendali masalah 'Vernon di apartement'. Mingyu sudah menyerahkan tugas ini padanya.
Vernon hanya menurut dan tersenyum. Ia tahu bahwa kesal kepada Seungkwan pasti tidak bertahan lama. Ada suatu daya tarik yang membuatnya betah dengan Seungkwan dan dengan mudah mema'afkannya. Yah, meski Seungkwan memang tidak meminta ma'af. Karena Seungkwan itu perhatian tanpa disadari. Sebut saja itu sifat natural, kepribadian asli. Dan Vernon menikmati itu, mengingat ia sendirian di sini.
'Mingyu hyung memang sangat tahu bagaimana membuatku senang.' Ya, itu pemikiran Vernon tanpa tahu kebenarannya.
Tapi berbicara masalah Mingyu, Vernon teringat sesuatu. Matanya menatap punggung Seungkwan yang bergerak-gerak di depan peralatan memasak. Bibirnya tersenyum dan ia mendekati Seungkwan yang mulai bernyanyi kecil.
"Seungkwan-ie, suaramu merdu.." Vernon dengan seenaknya memeluk pinggang Seungkwan dari belakang. Seungkwan tidak bisa bohong, ia terkejut.
"Ada apa, Vernon? Apa sesuatu terjadi?" Yah, kalau saja tadi Vernon mimpi buruk. Yang Seungkwan tahu Vernon hanya diam tadi, siapa tahu Vernon tidur.
"Tidak, hanya saja aku merasa nyaman denganmu.." Vernon memejamkan matanya nyaman.
Seungkwan merasa ini aneh. Vernon aneh. Apa sesuatu terjadi? Tidak.. yang Seungkwan tahu semua baik-baik saja.
"Yak! Vernon-ah! Kembali ke tempat dudukmu, aku tidak nyaman seperti ini. Ini menggelikan." Okay! Ini Seungkwan. Dan tanpa sadar ia telah menyakiti hati Vernon.
Seungkwan itu memang 'lurus' dan Vernon 'belok'. Ya.. Vernon tahu itu. Hanya saja kata 'menggelikan' tadi menohok Vernon. Ditelinga Vernon, itu terdengar lebih ke arah 'menjijikkan'. Kali ini Vernon diam dan hanya menurut. Ia melepas Seungkwan yang daritadi menggeliat tidak nyaman. Yah, itu seperti menolak kehadiran Vernon. Vernon tertohok lagi. Ia kesal, tapi mau marah dengan siapa? Itu orientasi seksual Seungkwan. Itu hak Seungkwan. Jadi Vernon bisa apa? Pilihannya hanya mengalah. Toh, Seungkwan sudah punya pacar. Jadi Vernon berusaha santai dengan kondisi ini. Kalau dia cinta Seungkwan, dia bisa selalu berada di sisi Seungkwan tanpa mengklaim Seungkwan. Tapi kalau hanya suka, Vernon yakin Seungkwan akan terhapuskan juga dari urutan nomor satu daftar spesialnya.
"Seungkwan-ah…masalah skandal kemaren.. MIngyu hyung sedang mengurusnya. Semua akan baik-baik saja. Kau akan segera bisa melanjutkan aktifitasmu." Kali ini Vernon berbicara dengan intonasi agak datar, dan hanya dibalas deheman kecil Seungkwan yang sedang mencicipi pancake yang tadi ia buat sendiri.
"Aku penasaran bagaimana Mingyu hyung membereskannya?" Vernon tersenyum lagi melihat sisi menggemaskan Seungkwan yang berbicara dengan mulut penuh pancake.
"Yah, kau akan tahu. Mingyu hyung yang ter-"
TING! DONG! TING! DONG!
Belum selesai Vernon berbicara, dan bel apartement-nya berbunyi beberapa kali. Vernon memutar matanya malas, merasa pembicaraannya terpotong. Seungkwan yang masih asik mengunyah segera melangkah ke pintu. Tapi Vernon menahannya.
"Kwan, biar aku yang buka." Vernon mendorong tubuh Seungkwan kembali ke dapur.
"Kenapa? Bagaimana kalau itu Raina noona lagi?" Seungkwan merengek.
"Kwan, aku bersumpah itu bukan Raina noona. Ia sedang show sekarang. Aku hanya khawatir itu seorang stalker, mungkin?" Vernon mendudukan Seungkwan di kursi meja makan dan pergi membuka pintu.
"Giliran jadwal Raina noona saja hapal." Seungkwan mencibir dan merengut mendengar kekehan Vernon. Seungkwan merasa sesuatu yang aneh di dadanya, tapi ia diam saja. Ia agak khawatir kalau benar yang Vernon katakan, bahwa itu mungkin stalker.
"VERNON-IE!" Itu bukan suara Seungkwan, tapi suara yang bertamu tadi. Dan Seungkwan mengenal suara itu.
"Yak! Hyung! Kau membuatku kaget!" Vernon segera menutup pintu dan Seungkwan langsung berlari mendatangi hyung kesayangannya.
"Wonwoo hyung-ku! Malaikatku! Kau datang! Kau tahu, hyung? Seandainya kau tidak datang pasti aku akan kesepian.." Seungkwan merengut.
"Heh! Apa aku saja kurang?" Vernon mendecih dan langsung ditatap tajam oleh Seungkwan.
"Kau selalu sibuk,Tuan. Jadi kalau kau pergi lagi, Wonwoo hyung yang akan menemaniku.." Seungkwan merutuk sambil merangkul Wonwoo menuju sofa, sedangkan Vernon hanya memutar bola matanya kesal.
"Hei, jangan bertengkar! Aku datang ke sini membawa kabar baik untuk kalian." Wonwoo berbicara dengan senyum lucunya. Yah, terlihat lucu karena biasanya Wonwoo selalu menunjukkan wajah emo.
"Kabar baik apa, hyung?" Kali ini Vernon yang bertanya.
"Kabar tentang betapa hebat dan cerdasnya kekasihku menyelesaikan skandal kalian." Wonwoo tersenyum lagi, bahkan lebih lebar. Seungkwan menjengit. Bukan jijik mendengar Wonwoo menyebut 'kekasih' tadi, tapi ia hanya merasa aneh mendengar seorang Wonwoo memuji seberlebihan itu. Asal tahu saja, Seungkwan yang seperti adiknya saja jarang dipuji.
"Berikan aku remote televisi-mu, Vernon!" Wonwoo melanjutkan dan Vernon langsung memberikan yang Wonwoo minta.
Jari Wonwoo sibuk mencari salah satu saluran, dan kedua adiknya hanya diam menunggu sesuatu yang Wonwoo sebut kabar baik.
"Nah…. Lihat itu.." Wonwoo menunjukkan salah satu acara di televisi.
Seungkwan menganga dan Vernon menjengit. Ini yang disebut kabar baik? Ya, memang kabar baik. Skandal Vernon selesai. Meski memang Vernon sedikit tidak rela. Di siaran itu menyatakan bahwa Mingyu selaku Maneger Vernon mengonfirmasi bahwa seseorang yang keluar dari apartement Vernon pagi itu adalah dirinya yang mengambil peralatan Vernon yang tertinggal. Yah, didukung bebarapa bukti, yaitu hoodi biru dan, karena difoto itu adalah pria, Mingyu itu pria. Setidaknya semua penggemar Vernon yang sebagian besar wanita berpikir bahwa Vernon itu 'lurus'.
"Well, skandal selesai, kan?" Sebuah suara mengintrupsi ketiganya.
"Mingyu-ya…" Wonwoo sedikit terkejut, namun langsung tersenyum senang.
"Annyeong, hyung.." Seungkwan juga terkejut, tapi agak terbiasa karena Vernon juga seperti itu.
"Oh, Hello, hyung.." Vernon, ia memang sudah sangat terbiasa dengan hal seperti ini.
"Mingyu-ya, jangan terbiasa datang tiba-tiba begitu saat di tempat lain. Nanti Seungkwan merasa risih." Wonwoo berbicara setelah Mingyu mengambil kursi di sebelahnya.
"Ini bukan tempat lain, hyung. Ini apartement Vernon, dan Vernon sudah kuanggap seperti adik sendiri. Mungkin kurasa Seungkwan sudah terbiasa." Mingyu menjawab sambil tersenyum menatap Wonwoo yang balas menatapnya dengan tampang emo-nya.
"Yup! Karena kalian sama saja. Aku terbiasa, hanya terkadang dia datang pada waktu yang tidak tepat! Tadi pagi dia hampir membuatku patah tulang saat datang tiba-tiba! Aku hampir jatuh dari sofa!" Seungkwan mengadu sambil tangannya menunjuk Vernon.
"I didn't do something wrong. I'll never make or do something that gonna hurt you, Boo." Vernon sedikit berdecih kesal.
"Hah?" Vernon berbicara terlalu cepat, dan Seungkwan tidak sempat menangkapnya. Sebenarnya bukan hanya Seungkwan. Tidak ada yang berhasil menangkapnya, selain Vernon dan Mingyu tentu saja.
"Huuftt! Aku lapar, Boo." Vernon malas meladeni, jadi hanya menjawab seperti itu. Sedangkan Mingyu hanya terkekeh kecil.
"Oohh… Ah! Aku belum selesai memasak, Vernon! Sebentar!" Seungkwan heboh dan ingin kembali ke dapur. Namun Vernon menahannya dan mendudukkannya kembali ke sofa.
"Makan di luar! Aku akan ganti baju! Kita makan di luar saja, Kwan! Mingyu hyung pasti ingin bersama Wonwoo hyung juga, dia sudah bekerja keras hari ini!" Vernon terpaksa menyela terus-menerus Seungkwan yang hampir membantahnya tadi.
Akhirnya Seungkwan kalah dan melihat Mingyu yang tampak biasa saja namun tersenyum. Seungkwan menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mengangguk dua kali. Vernon mengacak sebentar rambut Seungkwan dan beranjak ke kamarnya.
"Makan ke luar, mentang-mentang aku sudah menyelesaikan skandalmu, Chwe." Mingyu terkekeh, ia tahu Vernon menunggu waktu seperti ini.
"Mau ikut, ya hyung?" Vernon keluar sambil tangannya memegang kaca mata hitam dan masker. Perlengkapan menyamar sepertinya.
"Tidak, di apartement-mu juga sudah nyaman. Meski tidak bisa seperti di apartement sendiri." Mingyu tersenyum, tangannya merangkul Wonwoo.
"Dasar orang dewasa. Memang hyung tidak lapar?" Vernon mencibir, ia tahu apa maksud hyung-nya barusan.
"Tidak, aku sudah makan. Dan tadi aku sudah meminta Wonwoo hyung makan sebelum ke sini. Hyung kesayanganku ini penurut, dan dia pasti sudah makan." Mingyu menepuk-nepuk kecil bahu Wonwoo yang ia rangkul, sedangkan Wonwoo hanya mengacungkan jari jempolnya.
"Ahh.. baiklah kalau begitu.. Ayo, Seungkwan-ie!" Vernon menarik Seungkwan.
"WOW! Panggilan macam apa itu? Well, kau tidak mau memakai mobil?" Mingyu berbicara sambil matanya menatapi punggung Seungkwan yang mengambil jaket yang tadi disampirkan di balik pintu kamar tamu kemudian memakainya.
"Whatever.. No, thanks. Ku rasa sudah aman, jadi tidak perlu. Kami berangkat!" Vernon setengah berteriak sambil memakai peralatan menyamarnya dan menarik Seungkwan yang tampak masih sedikit kesal. Rambut coklat dan poni Vernon masih terlihat, ia hanya memakai binie merah yang bertabrakan warna dengan baju dan jaket hitammnya lengkap dengan kaca mata hitam dan masker. Dan Seungkwan yang menggunakan jaket lengkap dengan penutup kepala dan masker, seperti ikut menyamar juga.
Mereka lebih memilih jalan kaki. Lebih tepatnya Vernon yang memilih. Dari sini Seungkwan mengetahui sesuatu lagi tentang Vernon. Vernon suka kebebasan, tapi Vernon tidak bisa bebas. Dan begini cara Vernon membebaskan diri. Lepas dari segala barang-barang yang berhubungan dengan pekerjaannya, kecuali alat penyamarannya. Bebas berjalan dengan alat penyamarannya. Bebas berteman dilengkapi alat penyamarannya. Dia bebas sekarang, bahkan bebas dari make up. Tapi tetap dengan alat penyamarannya. Hanya alat penyamaran yang membuatnya terlihat tidak bebas. Tapi untuk sekarang sebut Vernon sangat bebas, karena ia bersama Seungkwan. Seseorang yang menarik hatinya.
"Kwan, kita sampai. Ayo masuk.." Seungkwan mengangguk dan mengikuti Vernon. Matanya menjelajah café yang tidak begitu mahal terletak beberapa meter saja dari apartement Vernon.
Vernon menyuruh Seungkwan duduk terlebih dahulu dan ia memesan. Setelah memesan ia kembali. Dan masih menemukan Seungkwan yang diam. Seungkwan tidak biasa begini, ia seseorang yang agak cerewet untuk ukuran namja.
"Kau marah padaku, Kwan?" Vernon bertanya sambil membuka maskernya, tapi tetap menggunakan kacamatanya.
"Ummhh… tidak.." Seungkwan melepas maskernya, tanpa menepis kepala jaket yang masih di kepalanya. Ia hanya tersenyum kecil, ia hanya merasa agak khawatir kali ini.
Dan makanan tiba. Hanya sebuah makanan yang ringan untuk pagi hari, susu dan beberapa kue yang terlihat manis.
"Aku sering makan ke sini asal, kau tau.." Vernon membuka pembicaraan, khawatir Seungkwan merasa canggung.
"Benarkah? Wah, Vernon, aku tidak pernah berpikir kau pribadi yang sederhana.. dan kau sehat juga ternyata. Kupikir kau hanya makan makanan instant." Seungkwan tersenyum lebar, ia kagum pada Vernon. Dan ia sadar kenapa Vernon dikagumi banyak orang. Sifat ramah dan senyum yang ia umbar adalah senyum asli. Bukan hanya pelengkap di depan kamera. Vernon terkekeh, ia mengacak rambut Seungkwan. Memang Vernon terbiasa dipuji, tapi ini dari Seungkwan. Jadi terasa lebih spesial.
CKREK!
'Sial..' Batin Seungkwan, ada suara di sekitaran belakangnya. Suara itu persis seperti suara di pagi itu, tepat di hari skandal Vernon.
"Ada apa, Kwan?" Vernon bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seungkwan.
"Ummhhh.. tidak.." Seungkwan mencoba berpikir positif. Skandal Vernon selesai, dan semua pihak setuju. Jadi tidak mungkin ada mata-mata.
Tepat sebelum Vernon kembali mengacak rambut Seungkwan, teleponnya berdering.
"Hellooo… Wonwoo hyung.." Vernon menjawab, matanya menatap Seungkwan..
"…"
"Hah?! Ya, ya.. kami di café biasa.. baiklah.." Vernon gelagapan memakai maskernya dan menutup teleponnya.
"Ada apa?" Seungkwan yang daritadi khawatir tidak bisa menahan kekhawatirannya.
"Kwan, pakai maskermu. Kita keluar!" Vernon segera menarik Seungkwan yang memakai maskernya cepat menuju kasir dan keluar.
TIITT!
Itu mobil yang Seungkwan ketahui mobil milik Mingyu.
"Shit!" Vernon mengumpat saat mendengar suara jepretan kamera di belakangnya dan Seungkwan mengerti sekarang. Kekhawatirannya nyata.
Vernon mendorong Seungkwan dan ikut masuk. Kemudian menutup kasar pintu mobil. Di dalam mobil ia bisa melihat Mingyu dan Wonwoo yang juga tampak kesal.
"Setelah ini kita harus bagaimana?" Vernon bertanya pada Mingyu si manager yang kata Wonwoo itu cerdas.
"Yang pasti selamatkan Seungkwan terlebih dahulu. Aku akan membawa Seungkwan ke tempat padat pejalan kaki. Setelah itu selamatkan dirimu sebaik mungkin. Wonwoo hyung, bantu dia!"
"Ini, Kwan. Nanti larilah secepat mungkin dan selamatkan dirimu. Saat keadaan membaik, ganti jaketmu dengan jaketku." Wonwoo memberikan jaketnya, sedangkan Seungkwan yang masih shock hanya mengangguk dan mengambilnya,
"Nanti pergilah, jangan ke apartement-ku sebelum aku, Wonwoo hyung, atau Mingyu hyung yang minta. Mengerti?" Vernon bebrbicara sembil memengang tangan Seungkwan, ia tahu ini semua akan sulit terutama baginya. Dia tidak tahu harus apa nanti di apartement saat malamnya mimpi buruk tanpa Seungkwan.
"Mengerti.."
"Jangan pernah mencoba menghubungiku juga. Mengerti?"
"Mengerti.." kali ini Seungkwan tertohok. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran Vernon. Ia sudah nyaman dengan Vernon.
"Tapi hubungi aku saat kau tidak sibuk, Vernon-ah.." Seungkwan memohon.
"Sebisanya, Boo. Kalau-kalau teleponku disadap, maka hal itu mustahil. Percayalah, kau tidak akan kesepian. Ada Wonwoo hyung dan Umji pacarmu itu. Kau mengerti?" Vernon berusaha untuk tak menyinggung Seungkwan.
"Baiklah.." Seungkwan pasrah, dan bertepatan dengan Mingyu yang menghentikan mobilnya.
"Pergilah.." Mingyu berbicara dengan nada agak khawatir.
"Percayalah, ini mungkin bukan pertemuan terakhir kita. Namun, mungkin juga yang terakhir." Vernon mengelus lembut rambut Seungkwan. Namun, kalimat terakhir Vernon membuat Seungkwan yang menunduk langsung mendongak. Seperti ada seuatu yang menekan dadanya, dengan cepat Seungkwan menggeleng.
"Mungkin ini kesekian kalinya aku meminta. Namun bisa jadi yang terakhir kalinya aku meminta. Umhh.. panggil aku Vernon-ie?" Vernon tersenyum lembut, tangannya masih mengelus rambut Seungkwan.
"Vernon-ie.." Seungkwan menjawab lirih setelah mengangguk kecil.
Vernon tersenyum lebih lebar dan memeluk Seungkwan. Seungkwan hanya mampu diam menahan perasaan yang daritadi menekan dadanya.
"Thank you so much, Seungkwan-ie. Time to go, now." Vernon melepas pelukannya.
Seungkwan mengangguk. Setelah menghembuskan keras nafasnya, Seungkwan membuka pintu dan berlari serta menyelip pejalan kaki lain dengan cepat. Dan tampak beberapa orang berkamera mengikutinya.
"Yah.. semoga berhasil.." Itu Wonwoo.
"Semua akan baik-baik saja, Vernon-ah." Itu Mingyu.
"Semoga. Aku akan kesepian tanpanya, sepertinya." Itu Vernon, dan ia hanya terkekeh di tengah rasa aneh dan menekan di dadanya.
.
.
TBC
Well, ini sequel buat Maid Be yang kemaren ngegantung.. sekali lagi kalau gak ngerti bisa baca Maid Be dulu ^^..
dan ini murni dari imajinasi 8ter tanpa niru atau gimana, jadi kalau ada kesamaan dimaklumi,itu murni ketidak sengajaan.. jadi mungkin cukup cuap cuap nya, ini gak penting. dan tunggu kelanjutannya.. itu pun kalau penasaran :3
Dan, Don't forget to review... i wait for it :D thanks~~~
