Wahahah.., upload 3 cerita... Tapi ini bukan one shot lho... Btw, soal Senna yang jadi tokoh utama..., sebenernya aku BENER-BENER BENCI 'ma Senna, bahkan lebih benci dari Inoue *digaplok penggemar Senna & Inoue* tapi aku nyoba buat dia jadi tokoh utama. Jadi maaph ya, kalo rada OOC.., jujur, aku belom pernah ngeliat filmnya sampe abis, baru setengah doang.. hehehe.., abis males ada Sennanya jadi pengganggu..
Dah!! sekarang silahkan deh, dibaca!! jangan lupa review!!
Autmn
By NaMie AmaLia
A/N: Hari:A malam:B itu maksudnya kaya; hari:Sabtu malam:Minggu. gitu lhoo, Cuma ini disamarkan.. ;p
Chapter 1
Karakura High School
23.30. Hari: A malam:B
Musim semi, tahun ajaran baru.
"Hihihi…"
Seorang gadis dikuncir kuda, berpita merah, duduk di atas pintu atap Karakura High School. Angin bertiup cukup kencang meniup rambutnya.
"Kok anginnya kencang sekali sih??" katanya kekanak-kanakan, mulutnya mengerucut. Tiba-tiba angin bertiup sepoi-sepoi.
"Nah, begini dong…," ucapnya lagi tertawa senang. "Kok belum dapat-dapat ya?? Padahal sudah jauh-jauh datang kesini…."
Lalu angin berhembus kencang lagi. Gadis itu memegangi rambutya agak kesal. Ia baru ingin membuka mulut, tapi mendadak matanya menangkap sesuatu. Ia menangkapnya tangkas dengan tangan kanannya. Wajahnya yang tadi cemberut, berubah menjadi cerah. Angin kembali berhembus santai.
"Hihihi…, mungkin kita harus menunggu besok ya? Sepertinya ada sesuatu yang menarik," kata gadis itu, lagi-lagi bermonolog, sambil tertawa aneh. Ia membuka tangan kanannya dan jatuhlah daun bewarna merah kecoklatan, khas musim gugur.
*
Rumah Keluarga Kuchiki
19.00 hari:A malam:B
Musim semi, tahun ajaran baru.
Kau akan dipindahkan ke Karakura High School, Rukia," kata seorang lelaki, tinggi, tampan, berambut panjang, dengan tatapn mata yang tajam dan tipe lelaki yang tidak-akan-bicara-jika-tidak-ada-yang-perlu.
Gadis berambut hitam, bermata violet, dihadapannya mengangguk lalu menunduk. Dalam hatinya, ia keberatan tapi ia tak mengatakannya.
"Nona Rukia?" sapa seorang kakek tua disamping lelaki itu.
"Ya, Kakek Penasihat, Kakak," jawabnya mengangkat muka. "Aku akan masuk ke Karakura High School," jawab Rukia dengan berat hati.
Salah satu dari para pelayan yang berbaris rapi di belakang menghela napas pelan. Ia melihat kejadian itu was-was.
Lelaki itu, Byakuya, kakak ipar Rukia, terlihat dari matanya, tampak berat hati pula. Tapi ia tak menunjukkannya dari sikapnya. Ia tetap terlihat serius seperti biasa walaupun hatinya menolak. Kakek disamping Byakuya pun hanya bisa pasrah melihat ini semua. Tapi yang menanggung beban adalah Rukia sendiri.
"Kalau begitu, saya pamit dulu, Kak Byakuya, Kakek Penasihat," kata Rukia bangkit. "Permisi. Selamat malam dan selamat tidur."
Rukia menggerakkan jarinya, menyuruh pelayan yang menghela napas tadi mengikutinya.
"Rukia," panggil Byakuya, yang kini sudah berbalik memunggungi Rukia. Rukia berhenti, dan menunggu.
"Kalau ada sesuatu, ceritakanlah…," lanjut Byakuya.
Rukia sempat terkejut sesaat lalu mengangguk, "baik, Kak," katanya lalu menggeser pintu. Dan…, sreg! Pintu tertutup.
Rukia berjalan di koridor menuju kamarnya bersama pelayan pribadinya. Mereka berjalan dalam diam, dan Rukia dari tadi hanya berjalan sambil melihat pemandangan dari luar koridor. Koridor ini memang berbatasan dengan halaman belakang, kebun bunga sakura Byakuya. Batasnya hanyalah pintu geser dari kaca, sehingga orang bisa melihat indahnya bunga sakura yang bermekaran dari koridor ini. Sementara di sisi lain koridor adalah beberapa ruangan yang sering di pakai Byakuya, entah itu ruang kerja ataupun ruang seperti tadi. Koridor ini memang favorit Byakuya yang pecinta sakura itu.
Pelayan Rukia akhirnya memecah sunyi, "Nona, Anda yakin?"
Rukia hanya mengangguk lemah, tapi tidak menoleh, "mungkin."
"Tapi, Nona…. Anda harus bisa mengatakan 'tidak' pada kakak Anda sendiri!" ucap pelayan itu, seperti tak tahan dengan keadaan yang terus begini.
Rukia menghentikan langkahnya, sedikit terkejut. Ia menoleh dan tersenyum pada si Pelayan. Saat itu bulan purnama menyinari mereka berdua. Bunga-bunga sakura yang bermekaran bergesekan tertiup angin.
"Tidak," jawab Rukia halus namun tegas. "Aku tak ingin menyusahkan Kak Byakuya. Apalag sekarang Kak Hisana…."
"Nona…."
"Aku tidak apa-apa, tenang saja!" kata Rukia. Tanpa sadar mereka sudah sampai di kamar Rukia. "Ini adalah urusanku dengan Kak Byakuya, jadi percayalah dengan apa yang ingin kulakukan. Kau tak usah ikut campur, tapi aku berterima kasih atas saranmu."
"Nona Rukia…."
Rukia masuk ke kamar. Ia menggeser pintunya sambil berkata, "selamat malam dan selamat tidur."
"Selamat malam juga, Nona Rukia," jawab pelayannya pelan.
Pintu di tutup. Rukia menyalakan lampu. Ia duduk di lantai, berselonjor. Mungkin apa yang dikatakan pelayannya tadi benar, tapi ia sudah mengatakan "ya" dan itu tak bisa diubah.
Tiba-tiba mata Rukia tertumbuk pada bingkai berisi foto 3 orang yang bahagia. Ada lelaki tadi, Byakuya memakai hakata (eh, bener gga sih, kimono buat cowok itu namanya hakata?), tangan kanannya merangkul seorang wanita cantik yang mirip sekali dengan Rukia dan tangan kirinya menggandeng seorang anak kecil. Anak kecil itu tentu saja Rukia yang sedang tertawa lebar, bahagia sekali. Ia memakai kimono cantik dan menggandeng tangan wanita tadi dan tangan Byakuya. Wanita tadi adalah kakak Rukia, Hisana. Ia tersenyum senang, walaupun mukanya agak pucat, membalas rangkulan Byakuya mesra. Ia memakai kimono biru tua, dan tampak sederhana dan bersajaha. Byakuya pun terlihat tersenyum tipis, tipis sekali, tapi tetap terlihat bahagia dari wajahnya. Mereka berfoto dengan background rangkaian pohon bunga sakura yang kelopak-kelopaknya berjatuhan, seolah hujan sakura. Dengan background kebun sakura Byakuya dan semua orang berwajah bahagia seolah tak punya masalah. Rukia mengambil bingkai itu dan menatapnya dalam-dalam.
Foto itu diambil beberapa tahun yang lalu ketika hidupnya hampir mendekati sempurna. Walaupun ia yatim piatu tetapi kakaknya, Hisana, telah menjadi Cinderella karena telah menikahi Byakuya Kuchiki, pemilik Kuchiki Corp. Otomatis, marga Rukia pun berubah menjadi Kuchiki dan masuk dalam keluarga Kuchiki. Mereka menerima Rukia dan Hisana dengan senang hati dan mereka sangatlah bahagia. Walaupun Rukia lelah harus bersikap selayaknya putri, harus berjalan anggun, selalu tersenyum dan sebagainya, tapi Rukia sangat bahagia melihat kakaknya bahagia. Hisana dan Byakuya seolah menjadi pengganti ayah dan ibunya. Saat itu juga Kuchiki Corp. berkembang pesat. Byakuya yang pulang kerja selalu disambut oleh masakan Hisana dan tawa Rukia. Hisana yang menghibur dan menyambut semua orang yang datang dan pulang ke rumah. Dan Rukia yang belajar dengan giat, membantu beberapa pekerjaan rumah, dan selalu membuat semua orang tertawa dengan kepolosannya. Mereka semua sangat bahagia waktu itu. Byakuya yang selalu serius, wajahnya pun bisa rileks ketika memakan masakan Hisna yang tiada duanya. Rukia yang akrab dengan para pelayan dan Penasihat dan selalu mendapatkan kasih sayang dari semua orang di rumah itu. Hisana yang keibuan dan manis, dan selalu membantu semuanya yang sedang kerepotan baik itu dari pelayan ataupun suaminya sendiri.
Lalu semua itu berubah.
Hisana jatuh sakit dan terkena penyakit langka. Ia segera masuk rumah sakit dan mendapat pelayanan secara insentif. Byakuya yang membiayainya mulai menjual beberapa barang dan jarang mengurus Kuchiki Corp. lagi. Kuchiki Corp. pun menurun. Byakuya mondar-mandir Rumah Sakit-Kantor-Rumah Kuchiki. Ia hanya tidur beberapa jam saja. Kadang terlihat bulatan hitam di matanya. Dan matanya sering merah. Rukia sendiri jadi murung, nilainya menurun drastis.
Kuchiki Corp mengalami kemunduran. Rukia terpaksa pindah ke Karakura High School. Dan untunglah, biaya pengobatan Hisana bisa berkurang sedikit. Byakuya pun giat bekerja demi mengembalikan kemajuan Kuchiki Corp. dengan ikut beberapa tender. Kini Kuchiki Corp. cukup stabil, walaupun belum utuh. Dan Rukia tetap saja harus pindah ke Karakura High School itu. Bukannya ia sombong sehingga tak ingin masuk sekolah biasa seperti itu. Rukia keberatan karena ia tak bisa bergaul dengan baik. Ia sendiri sepertinya pemalu dan pendiam. Padahal di sekolahnya dulu ia sudah mempunyai teman baik.
"Hhhh…," Rukia menghela napas. Belum lagi ketika ia menguping pembicaraan Kakek Penasihat dan Kak Byakuya beberapa hari yang lalu. Katanya, Rukia ingin di jodohkan. Secara, mereka harus melihat kedepan, jika Byakuya belum memiliki anak maka siapa yang akan melanjutkan Kuchiki Corp. nanti? Byakuya adalah anak tunggal dan ia tak punya kerabat lagi. Hanya Rukia satu-satunya cara. Rukia harus dijodohkan secepat mungkin. Kabarnya ia akan dijodohkan dengan keluarga Shiba. Saat itu Rukia merasa sangat putus asa dan tidak ingin melanjutkan kegiatan mengupingnya.
Rukia menatap deretan pohon sakura berhiaskan malam dengan bulan purnama. Begitu indah, seperti hidupnya dulu. Apa yang harus ia lakukan besok?
Rukia membenamkan kepalanya diantara dua kakinya. Tak lama kemudian, terdengarlah isak tangis menyayat hati. Menusuk jantung. Membelah malam. Mengiris hari.
*
Yuuupp..., itu baru sekedar pembukaan... aku sendiri lupa Senna tuh orangnya suka ketawa-ketiwi kaya kuntilanak gitu ngga si? mungkin ngga ya..., tapi disini dia kaya gitu.. OOC khaaann????
Silahkan kirimkan pesan dan kesan Anda, saya tunggu!!! Review!!
