Ah… saya malah bikin fic baru lagi deh, padahal 2 fic saya yang lain blom beres tuh (mati ide sih, huks… huks… huks). Aduh-aduh, tapi… ya sudahlah, daripada ngomong gak penting, langsung aja deh.

.

.

Disclaimer

Bleach and It's Characters is Tite Kubo's

but this story is mine

Genre : Family/Humor

Rated : T (aman-aman dan dijamin halal).

.

.

.

Adikku Sayang, Kakakku Malang

( by shiNomori naOmi )

Chapter 1 : Awal dari Segalanya

Ah…, sungguh pagi yang indah dan tenang. Angin pagi berhembus sepoi-sepoi, menerbangkan dedaunan kering yang berguguran, pertanda musim gugur di pagi yang cerah di Sereitei. Di suatu ruangan yang menghadap taman di sebuah mansion termewah se-soul society, seorang pria tampan berambut hitam legam sedang duduk sambil menyesap secangkir teh hijau, suatu jenis minuman yang dapat mengembalikan kesegaran jiwa dan raga yang sangat lelah. Amat sangat lelah.

Byakuya, sosok seorang kakak yang begitu protektif dan menyayangi adiknya itu –adik yang dulunya begitu menghormati dan menyeganinya- kini sedang menikmati pagi yang indah sebelum ia kembali kepada aktivitasnya sebagai seorang kapten divisi 6, sampai tiba-tiba… drap… drap… drap… BRAK!!! Pintu geser ruang santai itu terbuka dengan kasarnya. Byakuya yang sedang meneguk teh hijaunya seketika tersedak.

"Hei… kau! Kenapa kau tidak membangunkanku hah? Kau tau' hari ini hari apa?" tanya seorang gadis berambut hitam sebahu bermata violet yang tak lain tak bukan adalah sang adik, Kuchiki Rukia.

"Tidak," jawab Byakuya singkat, padat, jelas.

"Kau…,"desis Rukia, kedua tangannya terkepal, dan urat-urat bermunculan di kepalanya pertanda amarahnya meledak.

Byakuya mengkerutkan keningnya."Ah… hari ini hari Minggu kan?" katanya datar.

"Kalau sudah tau' kenapa masih berdiam diri di sini, hah?" teriak Rukia.

"Lalu?" tanya Byakuya singkat.

"Lalu… katamu? Hari Minggu adalah hari di mana aku bisa berlibur, dan… dan aku bangun kesiangan. Kau tahu sekarang sudah jam 9 pagi dan berarti aku kehilangan 3 jam waktuku bersenang-senang di real world," kata Rukia panjang lebar.

"Ya sudah pergi saja! Kalau sudah tau begitu, kenapa malah makin membuang waktu dengan marah-marah disini?" kata Byakuya dingin.

"Uh… ini semua salahmu! Salahmu! Baik, aku akan pergi dan jangan pernah mencariku lagi," Rukia sedikit terisak, air matanya menggenang dan kemudian ia membalikkan tubuhnya berlari menjauh dari sosok sang kakak.

Itukah Kuchiki Rukia, adikku tersayang, yang imut, baik dan menghormati semua orang? Kenapa dia menjadi seperti ini?

"Ya sudah. Eh… apa? Hei, Rukia tunggu!" seru Byakuya.

-Flashback : On-

Rukia dan Byakuya sedang berada di kota Karakura atas perintah Soutaichou untuk melakukan penyelidikan di kota itu. Mereka menuju ke suatu kuil yang ada di kota itu. Menurut informasi yang diberikan oleh Sasakibe fukutaichou, di kuil tersebut terdapat arwah yang tersegel selama 100 tahun. Di dalam kuil tersebut terdapat sebuah kotak kayu bersegel tulisan huruf kanji kuno. Byakuya dan Rukia melakukan kidou untuk melepaskan segel tersebut.

Segel terlepas dan kotak kayu itu terbuka. Angin sepoi-sepoi berhembus dari dalam kotak membawa serta asap putih yang mengepul dari dalamnya. Seketika suasana di kota Karakura menjadi gelap gulita seolah-olah terjadi gerhana matahari total. Suara jerit tangis memecahkan gendang telinga membuat Byakuya dan Rukia menutup kedua telinganya dan seorang roh anak perempuan kecil berkimono ungu dengan motif bunga sakura muncul dari dalam kotak tersebut.

Byakuya menyipitkan matanya, menatap datar pada sosok di depannya dan Rukia menyiapkan zanpakutounya. Si gadis kecil menyeringai, tangan kanannya terangkat di dadanya yang membentuk suatu segel tangan. Kemudian tangannya terentang ke depan, jari telunjuk dan jari tengahnya mengarah ke dada Rukia.

"Terkutuklah orang yang telah menganggu tidurku!" katanya dingin.

Suatu kilat putih keluar dari ujung jari gadis kecil itu, menyambar ke arah Rukia dan… BLARR!!!! Sebuah ledakan berskala kecil membuat Rukia terpental beberapa meter ke belakang.

"Rukiaaaa!" seru Byakuya.

"Terkutuklah orang yang telah menganggu tidurku!" gadis itu mengucapkan mantra itu lagi dan mengarahkannya ke tubuh Byakuya. Kilatan kecil menyambar dari kedua jari mungil itu, namun dengan gesit Byakuya menghindarinya dan tiba-tiba sudah berada di belakang gadis itu. Gadis kecil itu terbelalak kaget.

"Bagaimana bisa?" kata gadis kecil itu setengah kaget.

"Hal sepele seperti ini, bukanlah masalah besar bagi seorang kapten," kata Byakuya datar.

"Siapa kau?" tanya gadis itu lagi.

"Roku bantai taichou, Kuchiki Byakuya. Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini. Ini bukan tempatmu," kata Byakuya sambil mencabut zanpakutou-nya.

"Tu-tunggu…,"teriak gadis itu.

Terlambat. Byakuya telah memukulkan pangkal gagang pedangnya ke dahi gadis kecil itu, dan seketika itu pula ia berubah menjadi kupu-kupu hitam yang terbang ke langit. Kegelapan pun berangsur-angsur memudar, sinar matahari kembali memancar menyinari bumi.

"Rukia… jawab aku! Bangunlah, Rukia!" Byakuya mengguncang bahu mungil adiknya.

"Ugh…!" Rukia membuka matanya. Ia memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit karena terbentur balok kayu saat ia terpental tadi.

"Ni… ni-sama?" kata Rukia agak bingung.

"Hn… bagus sepertinya kau tidak apa apa," ujar Byakuya lega."Kalau begitu ayo kembali ke seretei." Rukia mengangguk.

-Flashback : Off-

'Hah… kemana dia?' kata Byakuya dalam hati. Ia kini sedang berkeliling di seluruh soul society untuk mencari sang adik tersayang yang entah kenapa tiba-tiba jadi ngambek seperti itu. Sejak misi mereka beberapa hari yang lalu, perubahan mood Rukia yang sangat aneh membuatnya benar-benar stress. Bagaimana tidak, bila tiba-tiba adiknya yang selalu berkata sopan dan menghormatinya itu dapat berubah menjadi sesosok gadis yang kasar dan suka membentak. Perubahan moodnya benar-benar sangat cepat dan drastis. Kadang kala ia menjadi sensitif oleh hal-hal tertentu dan mudah sekali menangis, namun sedetik kemudian ia bisa tertawa-tawa layaknya orang gila lalu detik berikutnya bertingkah seolah-olah dia orang paling menderita di dunia. Walaupun demikian, tingkah polah Rukia yang di luar batas kewajaran ini bahkan belum terendus oleh siapapun di komunitas roh. Byakuya, sebagai kakak yang baik dan pemimpin klan yang paling disegani se-soul society, sebisa mungkin untuk menjaga kerahasiaan ini, demi nama baik Rukia dan demi klan Kuchiki.

"Ohayou gozaimasu, Kuchiki-taichou." Itulah sepenggal kalimat yang selalu ia dengar sedari pagi. Sapaan penuh formalitas dari para shinigami, dan Byakuya hanya membalasnya dengan sebuah anggukan singkat.

Setelah hampir 2 jam ia mengelilingi seluruh kominitas roh, melakukan pengintaian ke beberapa divisi –tidak mungkin seorang jenius seperti Kuchiki Byakuya merendahkan hatinya untuk menanyakan keberadaan sang adik, bukan? Gengsi tau'- akhirnya ia teringat sesuatu.

'Tunggu… apa yang Rukia katakan tadi? Hari Minggu? Berlibur? Real world?' batin Byakuya.'Kupikir, seharusnya aku mencarinya di sana saja.'

-Karakura Town-

"Hiks… hiks… hiks…," seorang gadis berhakama hitam sedang menangis tersedu-sedu. "Kenapa… kenapa tidak ada yang mempedulikanku?"

"Ru…Rukia?" Byakuya yang tanpa sengaja melihat gadis berhakama yang ternyata sang adik tersayangnya akhirnya lega. Ia pun mendekati Rukia. "Rukia, ayo pulang!" perintah Byakuya.

"Ni-ni sama? Huweeeeee… ni-sama jahat, kenapa kau meninggalkanku saat kita sedang bermain di taman hiburan tadi?" tangis Rukia pun pecah.

"Taman hiburan?" tanya Byakuya bingung.

"Hah… kau lupa ya? Hari ini kau janji mengajakku jalan-jalan, dan sekarang kau lupa? Tega benar kau?" bentak Rukia. Telunjuk kanannya teracung ke hidung Byakuya dan tangan kirinya berkacak pinggang.

"Kau memalukan, Rukia! Sekarang pulang atau kuseret kau!" kata Byakuya tegas.

"Kau tega sekali, ni-sama. Hisana nee-chan, apakah hidupku ini sudah tidak ada gunanya lagi? Nee-chan, mungkin aku akan segera menyusulmu!" Rukia menghunuskan Sode no Shirayukinya ke lehernya.

"RUKIA!!! Jangan bodoh!" pekik Byakuya.

"Tidak, jangan berani-berani mendekat! Atau… atau aku akan mengambil hidupku yang tak ada artinya ini," Rukia berjalan mundur begitu Byakuya mendekatinya.

"Baik. Aku menyerah. Jadi apa maumu?" tanya Byakuya menyerah.

Mata Rukia membulat. Senyum merekah dari kedua bibirnya. Ia pun menurunkan pedangnya.

"Kau harus menemaniku jalan-jalan selama satu hari penuh," kata Rukia sambil melemparkan segumpal kertas lusuh kepada Byakuya. Ia pun membuka gumpalan kertas itu dan membaca tulisan yang tertera di atasnya. Keningnya berkerut tanda ia berpikir keras.

"Kenapa? Kau keberatan? Kau sudah janji, bukan?" kata Rukia sambil menghunuskan ujung pedangnya ke arah Byakuya dengan tangan kanannya. Mata Rukia berkilat tajam.

"Tapi… jangan bercanda!" tolak Byakuya.

"Kau tidak mau? Kau mengingkari janjimu, ni-sama?" Rukia kemudian menempelkan sisi tajam pedangnya ke lehernya. Darah segar merembes keluar dari kulit yang terkoyak oleh pedang itu.

Byakuya menahan napas atas perubahan drastis tingkah laku adiknya itu dan akhirnya, ia pun menyerah juga."Baiklah, aku akan turuti kemauanmu," katanya.

"Bagus,'' kata Rukia tersenyum puas dan ia pun memasukkan zanpakutounya ke sarung pedang yang terselip di pinggangnya. "Dan jangan berani-berani kau mengingkari lagi, ni-sama!" kata Rukia tajam penuh penekanan.

.

To Be Continued

.

Ahahaha, kesambit apa saya sampai bikin fic aneh seperti ini. Chappie ini belum ada segi humornya malah lebih menonjolkan sisi kekeluargaan. Awalnya mau saya bikin one-shot, tapi saya bukan tipe orang yang bisa membuat cerita dengan lebih dari 2500 kata dalam satu chapter, jadi yah… saya potong. Ceritanya di sini Rukia kena kutukan, makanya jadi OOC kayak' gitu dan Byakuya sayang banget ma Rukia. Mungkin cerita ini akan selesai dalam 2 atau 3 chapter doang. Gak mau panjang-panjang ah… ya sudah pokoknya plis ripiu yah. Mau apa kek terserah deh. Makasih dan akhir kata, saya mau mengucapkan

"Minal Aidzin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin"