For Your Happiness

Summary :
Aku tahu, aku hanya bisa mengagumimu dari kejauhan. Tapi tak apa, asalkan kau bahagia, aku rela melakukan apapun. Termasuk melepaskanmu untuknya./Petra's Point of View/Slight LeviHan- Rivetra/Not really angst/Dedicated for Ace Kuraimitsu/Oneshot!

Disclaimer :
Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
For Your Happiness © Aori Rihito

Genre, Rate, Character(s) :
Drama & Angst, Teen Fic, Petra R. & [Levi, Hanji Z.]

A/N :
Dapat ide pas lagi di toilet (lagi). Sekali-sekali kepengen bikin fic angst/drama, tapi ini ga terlalu angst kok! Ao ga sanggup juga soalnya. Awalnya mau bikin Hanji's PoV, jadinya fic ini main-pair nya Rivetra, bukan LeviHan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, nanti malah Ao yang nangis pas baca ulang.. Tapi kalau ada yang mau, Ao bakal bikin versi Rivetra. Dan ini ditujukan padamu, Baka-Hime.

Ya, fic ini Ao dedikasikan untuk BakAce-chan no Ohime-sama! Salah satu temen di sekolah (dan internet) yang ngefans sama LevixPetra! Tenang aja, hime, ini ga terlalu angst dan ga terlalu nonjolin LeviHan kok. Give me your review, will ya!

Anyways! Hajimeru yo!

Hajime

.

.

.

"If I can't have your love, I beg your hate."

"Even though I said that, I really can't bear your hate after all."

"So please, just forget me and be happy with her."

.

.

.

Aku berjalan perlahan dari pintu HQ menuju lapangan latihan kami. Aku hanya mengenakan seragam militer dengan lambang sayap kebebasan tercetak jelas di saku dadaku. Pakaian yang lumayan tipis ini jelas tidak bisa menghalau angin malam yang dinginnya serasa menusuk tulang.

Tanganku mendekap tubuhku sendiri, berusaha menahan rasa dingin itu. Mataku menatap ke arah langit, lalu aku menghela nafas. Bulan di langit. Bintang di sekelilingnya. Tidak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tapi entah kenapa.. Rasanya malam ini jauh lebih kelam dari sebelumnya.

Sesekali kugumamkan nama seseorang yang tidak bisa berhenti kupikirkan. Pria tampan yang merupakan manusia terkuat di seluruh kawasan manusia. Pria yang berhasil melenyapkan berpuluh-puluh, bahkan berates-ratus raksaksa pemakan manusia yang dinamai titan. Pria yang sangat dingin, sedingin malam ini. Pria berpangkat Corporal dengan kemampuan luar biasa. Pria yang bahkan tingginya tidak melebihi 1,6 meter, tetapi dulu merupakan salah satu kriminal kelas atas di dunia bawah tanah Wall Sina. Pria yang...

Berhasil merebut hatiku.

"Levi-heichou.." Kugumamkan sekali lagi namanya dengan begitu pelan. Sesekali aku menghela nafas berat. Sudah berapa lama kusimpan rapat perasaan ini? Entahlah. Aku sendiri sudah tidak tahu. Aku sudah memiliki perasaan ini bahkan sebelum dia merekrutku menjadi salah satu bagian dari tim khusus yang dipimpin olehnya, bersama dengan 3 orang lainnya.

Mungkin semua akan menjadi lebih mudah kalau seandainya aku langsung menyatakannya pada Corporal itu. Aku sendiri sudah menyiapkan banyak rencana, banyak untaian kata-kata, banyak reaksi hanya untuk menyatakannya. Tapi aku tidak bisa. Meski aku sudah berusaha keras mendekatinya, hanya untuk sekedar mengatakan bahwa aku sangat mengaguminya, aku tidak bisa.

Karena dia, Corporal Levi, pemimpin dari Special Operation Squad, manusia terkuat di Survey Corps, sudah memiliki orang lain yang berharga baginya.

Dan orang itu bukanlah aku.

Kadang aku berpikir, kenapa bisa Heichou bertunangan dengan seseorang yang sangat berkebalikan dengannya? Ya, Heichou memang sudah bertunangan dengan salah satu seniorku di Survey Corps ini. Ilmuwan kami yang jenius, meski sedikit aneh dengan obsesinya terhadap titan. Hanji Zoë.

Maksudku, ayolah, Levi-heichou adalah sosok tegas dan dingin yang sangat mencintai kebersihan. Sementara Hanji-san adalah seorang ilmuwan yang (maaf sebelumnya) sering lupa untuk sekedar membersihkan diri di bawah shower dan sangat ceria. Bagaimana bisa mereka bersatu?

Bagiku, ini tidak adil. Hanji-san selalu mendapat perhatian berlebih dari seluruh anggota Survey Corps. Termasuk Commander kami dan junior-junior ku. Sementara aku, meski aku ini anggota dari Special Operation Squad, tidak pernah sekalipun Heichou menatapku sebagai seorang perempuan. Ia selalu melihatku sebagai bawahan belaka.

Aku sering berpikir, kalau aku tidak bisa memilikinya, maka benci saja aku. Tapi setelah kupikir lagi, apa aku sanggup menerima rasa benci Heichou?

Besok, kami akan pergi dalam sebuah ekspedisi untuk merebut kembali daerah Shiganshina. Sebagai salah satu anggota Special Operation Squad (SOS), aku bertugas melindungi anggota baru kami yang memiliki kemampuan khusus– berubah menjadi titan. Eren Jäeger, itu namanya. Dia memanglah orang yang spesial, anak yang disebut-sebut sebagai kunci kemenangan bangsa manusia, tetapi juga disebut sebagai monster yang tidak layak hidup. Dulu aku memang sempat takut padanya, tapi perasaan takut itu sudah berubah menjadi perasaan ingin melindunginya.

Kalau seandainya.. Dalam ekspedisi besok aku tidak selamat..

Apakah Levi-heichou akan merasa kehilangan?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku takut.

Tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Banyak titan di luar hutan ini. Satu titan abnormal yang fisiknya mirip perempuan terus mengejar kami. Sudah banyak korban jiwa berjatuhan di tangan Female Titan itu. Eren hamper berubah menjadi titan untuk melawannya, tapi ia membatalkannya. Heichou tetap tenang, tapi di atidak menjelaskan apapun pada kami. Erd-san, Günther-san, dan juga Auruo sama sepertiku.

Kami takut. Takut akan kematian. Takut akan titan itu. Takut tidak bisa bertemu lagi dengan orang-orang yang berharga bagi kami.

Sampai akhirnya, titan itu berhenti. Dia tertangkap oleh jebakan yang dibuat oleh Commander Erwin Smith. Semua rasa takutku menghilang seketika, dan aku tersenyum. Heichou sengaja tidak memberitahu kami agar kami tidak terlalu panik dan mengacaukan rencana, aku yakin akan hal itu. Heichou sangat memikirkan kami!

"Erd, kutinggalkan komando padamu."

"Siap!"

Heichou mengunakan 3D Maneuver Gear-nya dan melesat menuju Erwin-danchou, sementara kami bergegas pergi.

"Survey Corps sangat luar biasa!" seru Eren gembira.

"Makanya, percayalah pada kami!" Auruo menyeringai.

Sejenak, aku melihat ke arah belakang kami, untuk melihat Heichou memulai interogasi pada Female Titan itu. Tapi yang kulihat bukanlah itu, melainkan..

Heichou tersenyum.

Ya, tersenyum.

Itu hal yang sangat langka.

Seharusnya aku bahagia bisa menyaksikannya tersenyum secara langsung. Tapi tidak. Karena senyum itu bukan ditujukan untukku.

Melainkan untuk Hanji-san.

Levi-heichou tersenyum pada Hanji-san ketika Hanji-san terlihat kesal akibat Female Titan itu tidak mau bekerja sama. Levi-heichou juga mengacak-acak rambut Hanji-san, masih dengan senyuman di wajahnya. Sementara Erwin-danchou hanya tertawa melihat keduanya, dan Moblit Berner, asisten Hanji-san, tersenyum pada keduanya.

Sakit. Rasanya sakit sekali.

Kupalingkan wajahku ke depan. Sudah cukup aku menyaksikannya. "Petra-san? Kau tidak apa-apa?" tanya Eren.

Aku tersenyum paksa padanya. "Tidak apa-apa. Hanya memikirkan beberapa hal yang tidak penting."

Kuputuskan. Aku akan melepaskan Heichou. Levi-heichou terlihat tenang dan bahagia di samping Hanji-san. Dan demi kebahagiaan Heichou, aku rela melakukan apapun. Termasuk mengorbankan perasaanku ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semua terjadi dengan begitu cepat.

Female Titan itu berhasil lepas. Dia mengejar kami, atau tepatnya, mengejar Eren. Heichou tidak bersama kami. Dan kami dengan yakin berusaha menghentikan titan itu. Eren mempercayai kami dan pergi. Awalnya kami berhasil menyudutkan raksaksa aneh ini. Tapi keadaan mulai berbalik, dan kami mulai gugur satu per satu.

Rasanya sakit sekali. Ternyata sakit fisik jauh lebih sakit dari sakit hati ya, batinku tertawa miris. Kurasakan darah menodai wajahku, dan aku menyender ke batang pohon, siap meninggalkan dunia ini kapan saja. Kurasakan kesadaranku mulai menghilang perlahan-lahan.

Aah, inikah akhirku sebagai pejuang kemanusiaan di Survey Corps? Tewas di daerah kekuasaan titan demi melindungi kunci kemenangan kami?

Jika ya, maka aku akan meninggalkan dunia ini dengan bangga. Aku sudah berguna bagi umat manusia. Meski aku akan meninggalkan keluargaku, tapi setidaknya mereka bisa bangga padaku yang sudah berjuang demi kemenangan kami. Kalaupun ada yang kusesali..

Maka itu adalah kenyataan bahwa aku belum pernah menyatakan perasaanku pada Heichou.

Tapi tak apa. Heichou pasti bahagia dengan Hanji-san. Mereka akan menikah, lalu punya anak, dan melupakanku selamanya. Itu yang terbaik. Lagipula, aku tidak pantas untuk Heichou. Hanji-san sudah berjasa lebih banyak untuk Survey Corps dan ia mengenal Heichou jauh lebih lama.

Bebanku mulai terangkat seiring dengan mengembangnya senyumku. Kesadaranku hamper pudar keseluruhannya. Dan sebelum aku benar-benar kehilangan jiwaku, kubisikkan kata-kata yang selama ini kusimpan.

Aishiteru, Heichou.

.

.

.

The End

.

.

.

Omake

.

.

.

"Petra! Erd! Günther!"

"Aaah! Papa mendekaaaat! Kabur!"

Levi menghela nafas kesal. Anak-anaknya memang kelewat hyperactive. Ini sudah malam, sudah waktunya untuk mereka untuk tidur. Tapi mereka malah kabur dari kamar dan berlari-lari sekitar rumah mereka.

"Gagal menangkap Petra dan si kembar lagi?" tanya Hanji sambil tertawa di sampingnya.

Levi mendengus. "Sifat hyperactive mereka itu pasti darimu, Mata Empat."

"Heh, kalau mengurus 3 saja tidak sanggup, bagaimana kalau Auruo lahir nanti?" Hanji menggelengkan kepalanya sambil mengelus perutnya yang membesar.

Saat ini, Hanji tengah mengandung anak ke-4 mereka di bulan yang ke-8. Anak laki-laki mereka yang ketiga, setelah kembar non-identik mereka, Erd dan Günther, akan dinamai Auruo. Erd dan Günther baru berusia 4 tahun, sedangkan Petra 2 tahun. Sebagai laki-laki dan kakak-kakak yang baik (karena diajarkan dengan tegas oleh ayah mereka), Erd dan Günther selalu menjaga Petra dengan baik.

"Jangan meremehkanku. Ini masalah mudah."

"Ya, sangat mudah sampai-sampai Günther berhasil menyembunyikan peralatan kebersihanmu, Pendek."

"Diam!"

Hanji tertawa lagi. "Mereka cepat besar ya. Pasti tidak akan terasa lama sampai akhirnya mereka dewasa, menikah, punya anak, meninggalkan kita."

"Aku tidak akan melepaskan Petra pada siapapun."

"Dasar ayah overprotektif!"

Tanpa berkata apa-apa lagi, Levi langsung mengejar ketiga anaknya dan membawa mereka ke kamar, memaksa mereka tidur. Setelah yakin ketiganya sudah tertidur, Levi duduk di kasur mereka dan menatap anak-anaknya tanpa kata. Kemudian Hanji masuk ke kamar itu.

"Mereka sudah tidur?"

"Aa."

Hanji mendekati Levi dan turut menatap ketiga anak mereka. "..Idemu bagus untuk menamai mereka seperti anggota SOS-ku dulu." kata Levi tiba-tiba.

"Kau sangat menyayangi mereka 'kan? Semua almarhum anggota SOS? Anak-anak kita, secara aneh, memiliki fisik yang sangat mirip dengan mereka. Begitu Erd dan Günther lahir, aku menyadarinya dan langsung teringat mereka. Rasanya senang karena kau bisa bertemu mereka lagi, meski tidak secara langsung 'kan?" ujar Hanji sambil mengelus rambut lebat Erd.

"Ya. Aku sempat merasa sangat bersalah saat aku menemukan catatan harian Petra.."

"Itu karena Levi tidak peka. Rasanya dulu, hampir semua orang di Survey Corps tahu kalau Petra menyukaimu."

"..." Levi menatap putrinya dan tersenyum kecil. "Tapi Petra sudah kembali. Sebagai malaikat kecil kita. Dan kali ini, aku sangat mencintainya, sebagai putriku satu-satunya."

Hanji ikut tersenyum mendengarnya. Kemudian Levi berdiri dan mengajak Hanji kembali ke kamar mereka, untuk menutup hari mereka dengan istirahat yang damai.

.

.

.

End of Omake

.

.

Author Talk!

Astaga, akhirnya selesai juga! Baru kali ini bisa bikin fic yang ngedrama begini! Meski Ao ga yakin ini bisa disebut angst, sih.. Gimana, hime? Ga terlalu parah 'kan? Malahan disini Levi jadi ngehargain Petra banget, di bagian omake.

Mohon review ya!

P.S : Ao bakal translate ini ke Bahasa Inggris.