Lie to Me
Story by Dyaz
Masashi kishimoto own all character
Haruno Sakura masih menggunakan pakaian pasukan elit, hanya rompi yang terlepas , menggunakan cap baseball hitam berlogo instansi Delta Force, rambut merah muda sebahu yang sedikit ombre dengan orange melambai lambai pelan ditiup angin. Dirinya sudah duduk di gerai McDonalds ini kurang lebih setengah jam hanya untuk menunggu Yamanaka Ino, sahabat seumur hidupnya.
"Whoaa, lihat pakaian serba hitam ini, forehead. Aku rasa kita perlu shopping mengitari Westfield World Trade Center, bukan?"
Sakura dengan mudah mengenali aroma parfum mahal ini. Ia menatap Ino tanpa minat. Mengaduk espressonya, "Kau tau aku tidak punya banyak waktu, Pig. What happened?"
"Aku tidak mengerti dirimu, Sakura."
"Kau memang tidak pernah mengerti diriku, lalu apa masalahnya?"
Gadis aquamarine itu memutar bola matanya jengah. Haruskah ia gunakan hal yang sama dengan yang Sakura lakukan terhadap teroris di luar sana?
Menatap wajah Sakura, Ino sudah menyadari sejak hari pertama bahwa teman gilanya ini cantik tanpa perlu repot repot menggunakan make up. Oh god, lihatlah bulu mata Sakura yang seperti bulu mata unta. Siapa yang tidak akan terpesona?
"Sai sudah menceritakannya padaku. Apa yang ada di otakmu itu, hah?" Ino tidak lagi bisa mengontrol intonasi suaranya, berharap bisa menghidupkan sel pintar lawan bicaranya.
Sakura menyandarkan punggung, melipat tangan di dada. Menatap melalui topi hitamnya, kedua gadis itu terdiam beberapa saat.
"I always dreaming about amnesia when i wake up. Start to forgetting those who hurt me."
Datar, tanpa emosi. Seakan akan Sakura sudah melafalkan kalimat itu berkali kali.
"Sounds great, Sakura."
Hanya itu balasan yang mampu Yamanaka Ino suarakan, kemampuan bicaranya hilang sementara.
Ponsel Sakura di meja bergetar, membuat keduanya menatap benda tersebut. Sama sama tau bahwa panggilan tersebut menuju ke satu hal; ambang kematian Sakura.
"Aku harus pergi, Ino. Sampai bertemu di ulang tahun Hinata."
Sakura berdiri, merapikan pakainnya sedikit dan menatap Ino sarat akan senyuman. "Jangan minta aku untuk keluar dari Delta Force lagi, Pig. Kau tau sekarang hanya ini persembunyian rasa sakitku."
Ino tertawa pelan, menggeleng gelengkan kepala terhadap kebodohan Sakura. Mengangkat kepalanya sedikit menatap Sakura yang berdiri, "Kau punya senjata terlengkap, mengapa tidak kau pecahkan saja kepala Uchiha sialan itu, huh?"
Harusnya tidak ada lagi getar menyangkut prodigy Uchiha tersebut, tidak ada lagi sesak yang membelenggu disetiap tarikan nafasnya. Latihan bertahun tahun Delta Force telah membuat Sakura jadi manusia minim emosi, selalu bertindak logis, dan berkepala dingin. Dan dia akan jadi lemah hanya karena seorang bajingan, dunia pasti sudah gila.
"Jadi di mana kau akan menggali kubur kali ini?" Ino bertanya sarkastik, merutuki pekerjaan gila yang dipilih teman gilanya (ayolah, ia baru mengucapkan ini dua kali). Gadis mana di dunia ini yang ingin menjadi barisan terdepan militer, bergabung dengan Delta Force untuk keluar masuk rimba mengejar teroris laknat, turun tangan saat penyanderaan? Maka jawabannya adalah Haruno Sakura.
"Kau tanya saja pada kekasih pucatmu. Dia atasanku jika kau lupa. Aku pergi dulu." Sakura berjalan melewatinya sampai,
"forehead" langkah Sakura terhenti, berbalik menatap Ino yang berdiri di belakangnya. "Pulang dengan bernafas, sialan."
"Tentu saja." seulas senyum Sakura berikan, pertanda semua akan baik baik saja.
Ketukan sepasang sepatu pantofel menggema di lorong sepi itu, diikuti beberapa orang berseragam lengkap di belakang. "Chief, kami benar benar tidak tau kalau Presiden memerintahkan mereka langsung."
Pemuda tersebut masih bergeming meneruskan langkah, mengabaikan ucapan anggotanya. Rahang pria itu mengeras, arangnya menatap nyalang pada lorong yang dingin. Jas bagian bawahnya mengepak pelan seiring cepatnya langkah yang diambil.
Diantara dua orang yang mengikuti tadi tidak lagi buka suara, paham betul dengan kemarahan sang kepala divisi.
Membuka pintu kasar, lalu menghempaskan badannya ke kursi. Mulai menatap mereka layaknya king cobra.
Uchiha Sasuke
Chief of investigation division.
Papan nama serta jabatan menegaskan Sasuke atas kuasa yang dimilikinya, mutlak.
"Bagaimana bisa dia ikut?" lamat lamat pria duapuluh enam tahun tersebut berkata, memberi setiap penekanan.
Berbulan bulan mencari cara agar tunangannya keluar dari arena berbahaya ini, tapi dengan mudah dihancurkan.
Pagi tadi Sasuke mendapat telepon dari Uzumaki Naruto yang mempertanyakan keberangkatan Delta Force ke Pegunungan Tora Bora, bak keledai dungu yang tidak tau apapun kemudian ia memaki Shimura Sai yang dengan mudahnya menandatangani izin misi untuk Haruno Sakura, gadis yang masih diragukan statusnya untuk Sasuke.
"Persembunyian Abu Al Daud telah diketahui, dan Presiden langsung mengirim Delta Force ke Tora Bora, capt. Tentu saja mereka tidak ada pilihan lain."
Sasuke masih diam, sibuk dengan pikirannya yang berspekulasi tentang keadaan Sakura. Sasuke menegakkan kepalanya, "Kalian boleh keluar." Dua orang tadi saling berpandangan ragu sebelum keluar dengan tegas.
Setelah pintu tertutup, Sasuke mengacak rambut hitamnya frustasi, selangkah lagi dia berhasil mengeluarkan Sakura, hanya selangkah lagi. Dan semuanya hancur hanya karena misi tiba tiba ini.
Sasuke tidak akan mengeluarkan pembelaan atau pembenaran apapun, dari awal memang ini salahnya. Menghancurkan Sakura, katakan ia bodoh, karena itulah nyatanya. Membuat Sakura menangisi pengkhianatan yang telah dia lakukan, sikap dingin yang Sasuke berikan, bahkan di malam pertungan mereka Sasuke sengaja tidak datang dan malah sibuk dengan gadis gadisnya di bar.
Sampai pada suatu saat, hari dimana dia melihat Sakura yang sebenarnya, dan juga berbagai luka yang gadis itu coba tutupi sendiri. Maka itu adalah hari di mana Sasuke bersumpah bahwa ia telah menyadari perasaannya sendiri. Tapi Uchiha tetaplah Uchiha, dengan segala pride dan ego.
Sasuke lebih memilih mengawasi Sakura dari jauh, karena jujur saja ia tak tau ingin memulai dari mana.
Getaran di saku celananya mebawa Sasuke kembali ke dunia nyata. Keningnya berkerut menatap nama penelepon , lalu dengan cepat menekan layar.
"Apalagi, sialan!" Ia mendengus di akhir.
"Easy man, mission canceled." Seketika itu Sasuke menegakkan punggungnya, "Kuharap kau tidak main main, Sai." Sasuke jengkel mendengar tawa geli Sai dari ujung telepon, menyiratkan bahwa pembicaraan mereka hanya lelucon pakaian dalam Naruto.
"Pegunungan Tora Bora hanya sebuah pengalihan, kau tau. Untung saja timku cerdas. And mission denied, and your Sakura safe."
Kali ini Sasuke bernapas lega. Sedikit kerisauannya hilang dihembus angin.
...
Suara musik menghentak hentak, semua orang turun ke lantai dansa dan mulai kehilangan kontrol diri masing masing. Aroma alkohol menyengat, asap rokok di mana mana, dan juga atmosphere pesta liar New York.
Ino, Hinata, dan Karin memilih duduk di meja melingkar dengan kursi tinggi , memperhatikan lantai dansa dari atas sini. Karin meghisap rokoknya dalam dalam lalu menghembuskan ke udara. "Pesta yang menakjubkan, Hyuuga" pujinya pada hinata yang sedang menatap Naruto di kejauhan.
"Tentu. Omong omong, di mana gadis Cleopatra kita?" Ino memberikan padangan geli.
Cleopatra
Medusa
Katniss everdeen
Hera
Itulah gelar yang mereka bertiga sematkan pada Sakura. Karin mengangkat bahunya tak tahu, "Sedang mencumbui revolvernya mungkin?". Suara karin tedengar hanyut di antara bising musik EDM.
Ino membidik padangannya pada seorang pria tampan yang sedang berbincang dengan pria pria tampan lainnya. Perkumpulan pria pria panas.
"Ayo kita pecahkan kepala Uchiha bajingan itu dengan botol wine"
Karin dan Hinata sadar ada nada berang di kalimat Ino, mereka cukup paham dengan apa yang telah terjadi. Sahabat mana yang rela melihat sahabatnya dikhinati oleh pria seperti Uchiha Sasuke.
Karin terkekeh kemudian, menekan ujung rokoknya ke asbak dan menatap Hinata juga Ino dengan berbahya, "Ayo buat perhitungan karena telah menyakiti Jalang kita"
Mereka bertiga serentak turun dari kursi, menuju meja bar sarang pria pria panas.
To Be Continued.
helooooo fellassss, dyaz is back ;)
gue kembali dengan sebuah fict yang mungkin gaje alurnya HEHEHEHE
by the way, who has ever heard Lie to Me by 5 seconds of summer?/ This song touch the bottom of my insane cells:')
oke intinya kalian harus denger tu lagu karena merupakan soundtrack dari fict ini oke. bhay
i know it really well so gaje dan mungkin byk harus diperbaiki.
review?
