Disclaimer: Member EXO dan Cast lainnya milik Sang Pencipta. Cerita ini punya saya.

Title: Two Shadows of Soul

Author: Aitalee

Genre: ...Romance dan.. ah entahlah apa.

Rate: T, maybe T+

Byun Baekhyun mempunyai dua jiwa yang sifatnya berlawanan bak Jekyll n' Hyde. Sisi jahatnya, Hyun hampir membunuh Ibu dan Sahabatnya. Hyun akan sering muncul jika ada seseorang yang ia cintai ataupun sayangi. Hingga, Park Chanyeol pun datang. Membuatnya merasakan hal yang sangat tidak boleh ia rasakan. Ia mencoba meredam rasa itu, namun percuma. Hyun pasti akan berkuasa lagi, seperti dulu..

Read and enjoy this fic ;)


Byun Baekhyun hanyalah seorang manusia biasa, tapi sungguh, dia mempunyai dua bayangan yang sangat berbeda. Bak Jekyll dan Hyde. Bak hitam dan putih.

Dia, memiliki kepribadian ganda- atau dua jiwa. Dirinya sendiri, dan Hyun, begitulah ia menyebutnya. Ada kalanya kedua kepribadian itu saling membantu, namun kepribadiannya yang buruk selalu saja membuatnya dalam masalah. Dia pernah hampir memperkosa seorang siswi, dia hampir membunuh kucing peliharaannya, dia hampir memotong kakinya sendiri dengan pisau daging, bahkan dia hampir membunuh ibu dan sahabatnya sendiri.

Dia sangat membenci Hyun karena akibat si Iblis, Baekhyun hampir membunuh Ibunya sendiri. Hyun membuat Ibunya kehilangan tangan kanannya yang dulu selalu membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang. Orang tuanya memutuskan meninggalkan Baekhyun di sebuah rumah, seorang diri. Sementara mereka tinggal di Jepang. Walaupun Ibunya bersikeras bahwa ia tidak ingin meninggalkan Baekhyun, sang Ayah dan Baekhyun tetap memaksa. Ayahnya tidak ingin sang istri terluka, apalagi anaknya yang akan sangat terluka batinnya kalau Baekhyun sadar, ia melukai keluarganya lagi, lagi, dan lagi.

Hanya satu yang ia ketahui tentang Hyun. Hyun akan sering muncul kalau dia mencintai atau menyayangi seseorang. Karena itu dia tidak mau lagi menyayangi seseorang. Percuma kalau kau mencintai seseorang namun pada akhirnya kau melukai orang itu. Dia tidak mau, dia tidak mau membuat orang yang ia cintai terluka karenanya- tepatnya karena Hyun

Terakhir kali ia menyayangi seseorang, dia hampir membunuh sahabatnya sendiri. Namun, anehnya setelah itu, Hyun menerima sahabat Baekhyun dan tidak melukainya lagi setidaknya sampai saat ini, karena sesuatu di ucapkan sahabatnya kepada Hyun saat itu. Entahlah, keduanya tidak mengingat secara rinci tentang kejadian mengerikan tersebut.


"Two Shadows of Soul"

Angin dingin berhembus tanpa izin memasuki kamar seorang pemuda bersurai hitam yang sedang terlelap. Mentari pagi menyinari kamar luas nan sunyi itu melalui celah-celah gorden yang terbuka. Jendela kamar pemuda itu terbuka lebar. Membuat pemilik rumah mau tak mau bangkit dari tidurnya dan memulai kegiatan hari ini.

"Ah, jam enam." Pemuda itu menatap jam dinding selama beberapa detik sebelum kemudi berdiri dan merenggangkan badannya.

Byun Baekhyun, seperti biasa. Memulai rutinitas paginya dari bangun-cuci muka-gosok gigi- mandi- ah, kau pasti tahu selanjutnya, toh hanya rutinitas biasa seorang siswa SMA.

Setelah menyelesaikan rutinitas paginya di kamar mandi dan memakai seragam sekolahnya, Baekhyun mulai membuat sarapan. Ia membuat dua porsi sarapan, dan tidak lupa dua porsi bento. Kenapa dua porsi? Satu porsi lagi untuk sahabat karibnya. Baekhyun sangat bersyukur mempunyai seseorang di dekatnya yang bisa ia jaga dan sayangi, walaupun itu bukan Ibu, Ayah atau Kakaknya yang jauh di Jepang.

Dok dok dok'

"Hyung! Hyung! Hyung! Hyung!"

"Astaga! Berhenti memanggilku berkali-kali, aku bisa mendengarmu dengan jelas." Baekhyun berteriak dari dapurnya, membuat suara berisik itu berhenti seketika.

Dua menit kemudian, Baekhyun selesai dengan kegiatannya di dapur. Ia melepaskan apron lalu bergegas membuka pintu depan.

"Yak! Hyung, kau membuatku menunggu."

Di depannya, berdiri seorang perempuan dengan rambut pendek layaknya laki-laki. Berkacak pinggang, memakai seragam sekolah dengan blazer merah plus dasi putih yang menghiasi kerah, dan juga rok putih bergaris merah.

"Kau ini cerewet sekali, cepat masuk. Sudah kubuatkan sarapan." Ucap Baekhyun sambil memutar bola matanya bosan.

Yang disuruh pun, menerobos masuk dengan tidak sopan dan langsung duduk di meja makan. Baekhyun melihatnya maklum, lalu menyusul gadis tersebut dan duduk di hadapannya. Tanpa menunggu tuan rumah berkata- gadis ini langsung melahap sarapan hangat di hadapannya.

"Soon- ah- Sunny, bisakah kau makan dengan sedikit beradab? Astaga kau seperti bebek saja."

Yang dibicarakan menghentikan sejenak kegiatannya, berkata "Aku lapar." Lalu melanjutkan kegiatannya.

Lee Soonkyu merupakan satu-satunya sahabat sekaligus satu-satunya hal berharga yang ia miliki. Walaupun Hyun hampir membunuh gadis pendek ini, gadis ini tetap setia menemani Baekhyun. Ia yang tidak ingin dipanggil Soonkyu- karena terdengar seperti nama cowok, memaksa Baekhyun untuk memanggilnya Sunny, dan Baekhyun tidak bisa menolak- atau tepatnya ia dipaksa.

Baekhyun dan Sunny hanya sekedar sahabat, tidak lebih. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka tentang hubungan romantis sekalipun.

Sunny adalah seorang yatim piatu, orang tuanya sudah meninggal lima tahun yang lalu dan kini ia hidup seorang diri. Sebenarnya ia mempunyai tiga orang saudara, namun mereka diadopsi oleh keluarga yang berbeda dan Sunny lebih memilih hidup sendiri. Sunny bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Kehidupannya terlihat menyedihkan- ya, menyedihkan. Namun ia tidak ingin berlarut-larut, ia mulai membangun dirinya yang ceria dan mampu mengukir senyuman bahagia di wajah seseorang.

Mereka seumuran, hanya berbeda beberapa hari saja dan itu membuat Baekhyun lebih tua dari Sunny. Sehingga entah kenapa, Sunny memanggilnya hyung-. Dan, mereka juga satu sekolah walaupun berada di kelas yang berbeda. Berangkat ke sekolah bersama adalah rutinitas sepasang sahabat ini. Dan entah sejak kapan, menumpang sarapan di rumah Baekhyun juga menjadi rutinitas wajib Sunny.

"Hyung, terima kasih makanannya." Sunny sudah menyelesaikan sarapannya. Ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum. Tidak perlu izin kepada sang empunya karena ia sudah menganggap rumah ini sebagai rumah sendiri.

"YA! Jangan minum jus itu, YA! BERHENTI SEKARANG JUGA YAHHH!"


Baekhyun memasuki ruangan kelas 11.A yang masih sepi, dia datang paling pertama lagi. Ya, dia suka datang pertama, ia suka saat sekolah tidak banyak orang yang berlalu lalang. Tapi Baekhyun tidak suka hujan.

Kaki kurusnya menuntun tubuhnya menuju tempat duduk miliknya di samping jendela. Ia memandang ke luar jendela. Awan mendung semakin terlihat, matahari yang tadinya bersinar, kini tertutupi awan-awan gelap yang tidak memperbolehkan sang surya menghangatkan bumi ini.

"Datang pagi lagi?" seorang siswi memasuki ruangan kelas, berjalan menuju ke sebuah bangku.

"Kau juga Jinri-ya." Jawab Baekhyun ramah.

Setelah beberapa pembicaraan ringan, keduanya larut dalam pikiran masing-masing, sekali lagi keheningan tercipta.

Baekhyun merogoh tasnya untuk mengambil ponsel miliknya. Tanpa sengaja mata sipitnya menangkap seseorang siswa tinggi sedang berdiri di tengah lapangan sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Dia dapat melihat wajah orang itu dengan jelas walau dari jauh. Tidak kenal. Baekhyun tidak pernah melihatnya di sekolah ini.

'Murid pindahan? Sedang apa si bodoh itu? Jelas-jelas akan turun hujan tapi malah berdiri di tengah lapangan.'

Baekhyun memutuskan untuk tidak peduli, toh hal itu tidak ada pengaruhnya bagi kehidupannya.

Satu persatu siswa dan siswi memasuki kelas. Bangku yang tadinya kosong mulai terisi satu persatu. Keadaan mulai ramai, dan itu menunjukkan bel sebentar lagi akan berbunyi. Benar saja, bel berbunyi beberapa menit kemudian.

Saat seorang guru memasuki kelas, selurus siswa mulai riuh duduk di tempatnya masing-masing. Mereka berhenti berbicara karena yang datang kali ini adalah guru sejarah yang terbilang killer bersama guru etika tersenyum ramah di sampingnya.

"Kau boleh masuk." Im seongsangnim, sang guru etika angkat bicara.

Bersamaan dengan tatapan penasaran seluruh siswa, seorang siswa memasuki ruangan kelas tersebut. Siswa tinggi dengan rambut cokelat gelap yang ditata sedemikian rupa, tersenyum dalam langkahnya.

"Perkenalkan dirimu."

"Annyeonghaseo, Park Chanyeol imnida." Siswa itu membungkuk sebentar lalu kembali tegap.

Sapaannya disambut bisik-bisik seisi kelas.

"Aku pindahan dari Jepang. Mohon terima aku di kelas ini." Lanjutnya.

"Anak-anak, ini teman sekelas baru kalian yang baru pindah dari Jepang. Dia tinggal di Jepang hanya tiga tahun, jadi jangan heran kalau dia fasih berbahasa Korea," jelas Im seonsaengnim singkat, "Kau bisa duduk di belakan Baekhyun. Byun Baekhyun-ssi angkat tanganmu."

Seorang siswa mengangkat tangannya. Chanyeol dapat melihat seorang laki-laki mengacungkan tangannya. Dia pun berjalan ke arah siswa yang mengangkat tangannya, menunduk tanda hormat dan tersenyum tipis. Chanyeol menaruh tasnya dan menduduki kursinya.

"Im Seonsaengnim. Aku tidak bisa melihat papan tulis, dia terlalu tinggi." Suara tegas terdengar dari belakang Chanyeol. Ia menoleh, mendapati seorang siswa pendek dengan mata besar berbicara dengan wajah kaku.

"Yak! Kyungsoo, kau yang terlalu pen-" yang diejek melemparkan tatapan sinis pada siswa yang berbicara- tepatnya mengejek dirinya, membuat siswa tersebut diam seketika. Kemudian tawa pun pecah di kelas.

"Ya, baiklah. Maafkan aku, Park Chanyeol. Kau harus bertukar tempat duduk dengan Do Kyungsoo." Im seonsaengnim akhirnya mengabulkan permintaan Kyungsoo.

"Maaf." Ucap Kyungsoo.

"Tak apa." Balas Chanyeol ramah.


Rintik-rintik air satu persatu jatuh membasahi bumi, sebelum akhirnya hujan deras tercipta. Angin dingin berhembus menyejukkan sekaligus menusuk raga. Terlihat siswa – siswi SMA Yeongduk berlari mencari tempat teduh, mereka yang tadinya hendak pulang harus mengurungkan niat mereka karena hujan sangat deras dan dingin, sesekali kilat bersahutan di langit- menimbulkan bunyi petir yang keras.

Byun Baekhyun, menunggu hujan reda seperti siswa lainnya, dia berada di belakang gedung sekolah berharap tidak ada siapa pun. Ia terlihat was-was kali ini, sambil memeluk dirinya sendiri, ia melihat ke sekelilingnya. Berharap tidak ada siapa - siapa di sekitarnya. Setelah menelusuri daerah sekelilingnya dan tidak mendapati seseorang pun hadir. Baekhyun menghela nafas lega.

Baekhyun takut, dia akan kembali. Ia takut Hyun kembali mengacau, ia tidak ingin melukai siapa pun lagi. Hyun kerap kali menguasai Baekhyun saat hujan petir, karena Baekhyun takut akan petir. Ketakutannya memancing Hyun untuk keluar dari persembunyiannya dan bangun untuk mengontrol tubuh Baekhyun.

JDERRRR

'DEG'

Baekhyun memegang dada kirinya, ia memukul dadanya kasar. Tubuhnya merosot, matanya terpejam, ia menunduk, dan menyeringai.

"Ah, kau lemah sekali Baekhyun. Hanya suara petir saja kau takut." Baekhyun bangkit- dengan jiwanya yang lain. Ia berdiri dan keluar dari tempatnya berteduh. Membiarkan tubuh kurus itu basah dan menggigil akibat hujan.

"Baekhyun!"

Mendengar namanya dipanggil, Baekhyun menoleh dan menyeringai. Mendapati seorang siswi dengan rambut panjang ikal terurai sedang menatapnya khawatir.

"YA! Byun Baekhyun! Jangan hujan-hujanan seperti itu! YAH!"

"Minhee-ah," Baekhyun menyebutkan nama siswi tersebut. Ia menghampiri Minhee dengan langkah cepat dan tatapan tajam yang menusuk.

"Ya! Baekhyun- jangan menatapku seperti itu. Kau menakutiku." Minhee mundur, hingga punggungnya tertahan tembok.

"Minhee-ya, bagaimana kalau kau bersenang-senang denganku di bawah hujan." Baekhyun meraih dagu Minhee, mengecupnya singkat lalu ia mencengkram erat pudak Minhee. Menariknya menuju hujan.

Minhee berteriak, ia mengelak. Namun suara teriakannya teredam oleh suara hujan dan petir, perlawanannya pun sia-sia, mengetahui bahwa ia hanyalah seorang wanita dan yang menyerangnya adalah seorang pria. Ia bingung, panik, dan takut terhadap Baekhyun di hadapannya. Ia tak kenal Baekhyun yang seperti ini, ke mana teman sekelasnya yang ramah, lucu, dan baik?

Baekhyun memojokkan Minhee ke pohon Mapple tanpa daun di dekat mereka. Ia mengunci lengan Minhee dengan tangan kanannya yang mencengkram erat kedua tangan Minhee di atas kepala. Tangan kirinya menahan pundak Minhee dengan kasar. Dan ia mulai memaksakan ciumannya kepada Minhee, memaksa lidahnya memasuki mulut sang empunya sambil terus menggigit bibir bawah Minhee hingga mengeluarkan darah.

Keduanya basah dalam hujan, pohon yang daunnya jarang itu tidak dapat meneduhkan mereka dari hujan. Minhee sudah pasrah, ia tidak dapat melawan lagi. Perlahan, air mata jatuh dari sudut matanya, namun hal itu disamarkan oleh hujan.

'BUGH'

"YA! Hentikan kau berengsek!"

Baekhyun terjatuh setelah menerima pukulan dari seseorang, ia menahan tubuhnya dengan kedua tangan, terlihat seringai muncul di wajahnya.

"Oh ya, berusaha menjadi pahlawan?" Ucapnya sakarstik.

Baekhyun bangkit sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan punggung tangan kirinya.

Di sana, terlihat seorang siswa tinggi dengan amarah yang meledak-ledak dan nafas yang tidak beraturan. Oh, nampaknya Park Chanyeol. Dia melemparkannya pandangan tak suka sambil memopoh Minhee untuk berdiri.

"Sebaiknya kau cepat pergi, aku punya urusan dengan orang ini." Titah Chanyeol kepada gadis yang sudah terlihat acak-acakan ini. Yang di suruh pun berjalan tertatih menjauh dari mereka.

"Park Chanyeol, kau mengganggu urusanku." Baekhyun berjalan menuju Chanyeol dengan kedua tangan di sakunya, seringainya makin jahat.

'Siapa dia? Apa dia Baekhyun yang tadi? Auranya berbeda..'

Hujan masih terus mengguyur, petir masih meyambar sana-sini. Kedua pemuda ini masih melihat satu sama lain dengan sinis.

"Siapa kau?"

"Apa kau lupa dengan teman sekelasmu sendiri Park Chanyeol?" Baekhyun menjawab sambil meraih kerah Chanyeol. Namun itu percuma, Baekhyun yang dirugikan di sini, karena ia lebih pendek.

"Cih," Chanyeol membuang ludahnya tepat di wajah Baekhyun, "Dasar bajingan tengik, kau berani sekali melakukan itu di sekolah. Kau tahu sendiri kalau wanita itu lemah."

Baekhyun menutup mata sejenak sebelum menonjok Chanyeol dengan tinju kanannya. Chanyeol terjatuh, ia tak menyangka tinju orang ini sangat kuat sehingga mampu membuatnya terjatuh.

"Punya hak apa kau meludahi wajah-"

"YAH! HYUNG HENTIKAN!" Sunny berteriak saat melihat Baekhyun hendak menginjak perut Chanyeol, teriakan itu berhasil membuat Baekhyun teralihkan dan menghentikan kegiatannya.

Gadis pendek itu berlari menuju Baekhyun, tidak peduli hujan yang mengguyurnya, membuat badannya basah kuyup.

"CUKUP HENTIKAN, HYUN!" Sunny menepuk kedua pipi Baekhyun keras hingga berbunyi. Ia menyatukan dahinya dengan dahi Baekhyun sambil bergumam, "Semuanya akan baik-baik saja." Berkali – kali.

"BYUN BAEKHYUN! Aku tahu kau ada di sana. Dengarkan aku, kau akan baik-baik saja, aku di sini. Kau akan baik-baik saja. Kau akan-"

"Hei, jauh-jauh dari si berengsek itu." Chanyeol bangkit dari jatuhnya, menghampiri mereka berdua.

Mata Chanyeol membulat, ia memisahkan dua orang itu dengan mendorong Baekhyun kasar hingga terjatuh, "YAH- sudah ku bilang jauh-jauh darinya, dia itu berbahaya."

"Semua akan baik-baik saja," terdengar suara kecil dari mulut Baekhyun. Dia menaikkan kepalanya menghadap langit, "Semua akan baik-baik saja," lalu beralih kepada dua orang yang sedang bersamanya.

Chanyeol mengerenyitkan dahinya heran. Orang yang tadi liar, kini terlihat menyedihkan. Membuatnya Iba, apalagi ia melihat darah mengalir dari sudut bibir Baekhyun dan pipinya yang memar keunguan.

"Chanyeol-ssi.. apakah aku tadi mengerikan?" tanya Baekhyun dengan wajah menyedihkan dan senyum miris yang terpatri di ujung bibirnya.

"Aku mengerikan... dan menyedihkan." Lirihnya.

Kalimat itu membuat Chanyeol tercekat, apalagi melihat wajah Baekhyun sekarang ini- seperti anak kucing yang sedang terluka, tidak sepeti tadi- seperti seorang bajingan yang menjijikan.

"Ba-Baekhyun-ssi?" Chanyeol ragu-ragu memanggil nama itu, takut-takut sesuatu yang tidak diinginkan kembali terjadi.


-Chapter 1 end-


Fyuhhhhh, akhirnya selesai juga chapter satu dalam beberapa jam :D

Ide ini masih anget loh, langsung author tulis pas dapet ilham pas inget sebuah lagu.

Saya masih bingung genre cerita ini apaan ._. romance dan.. apa?

Btw, How was it?

Bagus? Jelek? Atau biasa aja?

Lanjut atau tidak? Silahkan jawab di review ya~

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.

Akhir Kata.

*Review*