FRIENDZONE
DISCLAIMER : Masashi K. I do not own Naruto
WARNING : OOC maybe, AU, Semi-canon, Typo
.
.
Ini fic kedua saya, Just enjoy the story ^.^
.
.
.
Chapter 1 – Chunin Exams
Suasana cerah nan sejuk dipagi hari desa Konohagakure. Hujan baru saja mengguyurnya semalam, meninggalkan butir-butir embun di dedaunan. Aroma khas hujan menyeruak ditemani mentari yang baru menunjukkan sisinya.
Suasana yang pas seperti ini sangat cocok untuk pergi latihan. Kira-kira begitu menurut pemikiran gadis bermata coklat, rambut yang menjadi ciri khasnya cepol dua dengan poni-poni pendek yang jatuh diatas pelindung dahinya. Dengan segera Tenten beranjak dari tempat tidurnya, membereskan futon yang ditempatinya semalam. Lalu pergi membersihkan diri agar terlihat lebih segar.
Tenten mengenakan pakaian khasnya, blus putih dengan lengan panjang dan kerah yang tinggi serta pengikat berwarna merah dan ujung-ujungnya dipasangkan dengan warna senada. Dan mengenakan celana seperti hakama berwarna coklat tua. Rambutnya yang sedikit basah tergerai indah, ia menyisirnya perlahan dan menguncirnya dengan model khasnya cepol dua. Lalu mengenakan pengikat kepala kebanggaannya sebagai seorang kunoichi Konoha. Sarung tangan tanpa jari juga ia kenakan. Dan yang paling penting ia selalu membawa gulungan besar yang dapat mengeluarkan senjata dipunggungnya.
Tenten berjalan menyusuri Konoha sambil menikmati sejuknya udara pagi. Mencari tempat yang pas untuk latihan. Lalu ia tertarik untuk melangkahkan kakinya dekat hutan Konoha. Menurut Tenten itu tempat yang tepat untuk latihannya.
Tenten mengeluarkan gulungan kecil di tempat penyimpanan senjata dekat sakunya. Lalu membuka gulungan.
"Kusarigama" seru Tenten.
Munculah senjata Rantai Sabit. Tenten mengayunkan senjatanya itu ke beberapa pohon. Tenten berputar. Mengayunkan kembali senjatanya itu, tanpa diduga ternyata dekat arah ayunannya ada seseorang sedang mendekat.
"Kaiten"
Tenten terkejut senjatanya tadi hampir mengenai seseorang. Untung saja dengan mudah pria itu menepisnya. Dia berasal dari klan Hyuuga, sekaligus rekan dalam satu tim Tenten. Hyuuga Neji.
Tenten berlari mendekat. Ekspresi wajahnya sedikit khawatir.
"Dai jou bu Neji?" tanya Tenten cemas.
Neji menarik salah satu sudut bibirnya, lalu mengangguk. Tenten bernafas lega.
"Sedang latihan Tenten?" tanya Neji sambil melihat sekelilingnya, beberapa pohon berlubang hasil latihan Tenten.
"Hm... Aku sedikit gugup karena sebentar lagi ujian Chunin kan? Makanya aku memperbanyak latihan." Senyum semangat Tenten mengembang.
"Hn..Kau benar. Diangkatan kita yang sudah lulus ujian Chunin hanya Shikamaru. Kita tim Gai juga tidak boleh ketinggalan." Ujar Neji. Dibalas Tenten dengan anggukan.
Hyuuga Neji. Pria bermata lavender ini dulunya adalah pria yang dingin dan sombong. Suka meremehkan kemampuan orang lain. Dia bersikap seperti itu bukan karena tanpa alasan. Kematian ayahnya yang sulit ia terima membuat sikap Neji berubah. Menurutnya seorang Bunke sepertinya sehebat apapun kemampuannya tidak akan bisa lepas dari takdirnya sebagai bawahan Souke. Neji masih tidak bisa menerima nasib ayahnya yang mati ditangan Pamannya, Ayah Hyuuga Hinata. Sampai akhirnya Neji berubah setelah mendengar kebenaran tentang Ayahnya dari Hyuuga Hiashi. Juga karena ceramah Naruto di ujian Chunin dulu.
.
.
- oOo -
Shikamaru tampak sibuk mengecek kelas yang akan digunakan untuk ujian Chunin besok. Memang Shikamaru sendiri adalah salah satu pengawas di ujian Chunin tahap pertama ini.
"Shikamaru-niisan.."
Shikamaru menoleh kearah suara itu. "Oh..Kau Konohamaru. Ada apa?" tanyanya dengan nada malas.
"Shikamaru-niisan sedang apa?" tanya Konohamaru heran melihat Shikamaru begitu sibuk.
Shikamaru melihat-lihat lagi kondisi gedung dan mencatatnya.
"Mempersiapkan ujian Chunin." Jawab Shikamaru singkat tanpa mengalihkan pandangan pada note miliknya.
Mendengar kata ujian Chunin Konohamaru bersama teman-temannya menjadi bersemangat.
"Jadi kita juga boleh ikut mendaftar, Shikamaru-niisan?" tanya Konohamaru bersemangat.
"Tidak. Kalian ini bahkan belum lulus dari akademi." Ujar Shikamaru.
Seketika wajah Konohamru dan temannya berubah kecewa. Tiba-tiba Konohamaru ingat sesuatu dan langsung menanyakannya pada Shikamaru.
"Ah...berarti Naruto-niisan bisa ikut serta kan?" Konohamaru memasang wajah penuh harap.
Shikamaru mengangkat sebelah alisnya. Wajahnya tampak berfikir. "Dia belum pulang kedesa sampai sekarang. Aku saja tidak tahu dia dimana sekarang." Shikamaru mengedikkan bahunya.
Sekali lagi Konohamaru merasa kecewa. Dia pesismis jika Naruto tidak bisa ikut ujian Chunin pasti tingkatan Naruto akan tertinggal jauh dengan teman seangkatannya. Dan itu membuat Konohamaru harus berbuat sesuatu agar Naruto tetap bisa ikut ujian Chunin ini. Iya harus.
Para peserta dari berbagai desa telah berkumpul didepan gedung untuk menyerahkan formulir peserta ujian Chunin mereka. Karena pesertanya sangat banyak, membuat antriannya cukup panjang. Lee mengeluh karena ingin segera memasuki ruang ujian dan menyelesaikan ujian ini. Tenten yang mendengar Lee terlalu bersemangat jadi sedikit sebal. Berbeda dengan rekan timnya yang lain, Hyuuga Neji. Dia selalu menampakkan ekspresi tenang tapi tidak dingin tanpa senyum seperti dulu. Neji memang sangat berkarisma dimata Tenten.
Tiba saatnya giliran Neji dan kawan-kawan menyerahkan formulir mereka pada panita ujian Chunin. Mereka terkejut karena ditempatkan dengan ruangan yang terpisah dangan rekan satu timnya. Tapi Neji berusaha setenang mungkin memasuki ruang ujian.
Ujian tahap awal adalah ujian tulis. Dan pengawas ujian Chunin tahap awal ini berbeda dengan ujian Chunin terdahulu, Shikamaru selaku pengawas tidak berada didalam satu ruangan. Dia mengawasi dari ruangan lain. Dan saat pembacaan instruksi soal peserta ujian mulai riuh karena peraturan untuk lulus mengerjakan soal adalah dalam satu kelompok tim harus mendapat point rata-rata 100. Jika lebih atau kurang dari itu, mereka dinyatakan gagal.
Peserta mulai panik. Neji seperti biasanya dia bersikap tenang berusaha memikirkan suatu celah untuk menyelesaikan masalah ini. Ia berjalan mendekati jendela untuk memastikan sesuatu, ternyata. Jendela terkunci rapat, bahkan serangga pun tidak dapat keluar dari tempat ini. Jendela dibuat dua lapis agar peserta tidak bisa dengan mudah berkomunikasi dengan rekan satu timnya ditempat lain.
Dan akhirnya Neji mendapat cara untuk memberikan kode pada rekan satu timnya di tempat lain dengan memukul dinding. Awalnya Lee dan Tenten tidak menyadari bahwa itu kode dari Neji. Tapi lambat laun akhirnya mereka bisa memahami kode yang diberikan Neji. Setelah mereka bisa melalui tahap ini, Shikamaru membuat pertanyaan tambahan untuk dijawab. Dan mereka berhasil menjawabnya, lulus tahap selanjutnya. Shikamaru memberi nilai plus untuk Neji.
Tahap kedua ujian Chunin diadakan di desa Sunagakure, kali ini pengawasnya adalah kakak dari Kazekage, Sabaku no Temari. Tanpa memberi instruksi yang jelas Temari sebenarnya langsung memulai ujian itu. Neji yang jenius tentu dengan cepat menyadarinya dan mengajak Tenten dan Lee agar bergegas berangkat menuju Suna. Lalu disusul tim-tim yang lain.
Neji dan tim berhasil sampai di Suna lebih awal daripada yang lain. Mereka tidak sampai di diskualifikasi. Setelah sampai di Suna, para peserta yang tidak terdiskulalifikasi dipersilahkan untuk memasuki mess untuk beristirahat terlebih dahulu.
Malamnya para peserta disuruh berkumpul di ruang makan, untuk makan malam. Awalnya acara makan malam itu berlangsung lancar sampai ada insiden yang menyebabkan makan malam mereka kacau. Dan mereka semua justru terlibat perkelahian konyol.
Saat perkelahian itu terjadi, Tenten nyaris celaka karena ia tidak tahu bahwa ada kunai yang melesat kearahnya. Dengan sigap Neji melindungi Tenten dengan mengangkat ujung meja yang terbalik didepannya, sehingga kunai yang mengarah pada Tenten terhalau meja itu.
"Kau tidak apa-apa Tenten?" Tanya Neji tanpa mengalihkan pandangannya pada peserta lain.
Tenten tercengang. "I..iya. aku baik-baik saja Neji."
Anehnya insiden pertengakaran konyol ini justru dihentikan dengan kehadiran peserta wanita bernama Fuu. Lalu meninggalkan Fuu sendirian disana. Fuu sendiri merasa kesal karena gagal mendapatkan teman.
Menjelang pukul 10 malam Tenten keluar dari kamarnya. Perutnya bergolak karena lapar. Ia memang gagal menikmati makan malam gara-gara insiden konyol itu. Sambil memegangi perutnya Tenten berjalan keluar. Badai pasir malam itu cukup besar di Suna.
"Tenten apa yang kau lakukan disini?"
Suara baritone itu membuyarkan lamunan Tenten. Tenten menoleh kearah suara itu berasal, ia mendapati Neji yang berjalan menghampirinya. "Ah..iya Neji. Aku tidak bisa tidur."
"Kenapa? Apa kau sakit?" tanya Neji dengan nada cemas.
Tenten menggeleng. "Aku lapar." Jawabnya sembari nyengir.
Neji terkikik mendengarnya. Lalu mengajak Tenten ke kamarnya untuk mengajaknya makan bersama. Kebetulan ia dapat ramen instan dari Gai-sensei. Ketika sudah sampai didepan kamarnya Neji membuka pintu dan mempersilahkannya masuk. Awalnya Tenten sedikit kikuk tapi ia berpikir kalau kesini hanya untuk makan saja harusnya tidak apa-apa kan?
Neji memberikan ramen instan yang sudah diseduhnya pada Tenten. Tenten tidak langsung memakannya, ia menatap Neji heran karena tidak ikut makan ramen juga.
"Kau tidak makan juga Neji?"
Neji menggeleng. "Aku tidak lapar."
"Jangan bohong. Mana mungkin tidak lapar? Kita semua kan gagal menikmati makan malam karena kejadian tadi." Sergahnya. Tenten melihat sumpit lain di meja dekat mereka makan, lalu mengambilnya dan memberikannya pada Neji.
Neji mengernyitkan dahi. "Eh..tidak perlu Tenten. Aku sudah bilang kalau akau tidak lapar." Neji melambai-lambaikan tangannya didepan dada.
Ekspresi Tenten berubah menjadi kesal. "Kalau kau tidak ikut makan, aku juga tidak makan." Tenten mendengus kesal, meletakkan sumpitnya kembali ke meja makan.
Neji terperangah dibuatnya. Neji menghela nafas berat, lalu mengambil sumpit yang tadi diberikan. Tenten melirik kearah Neji. Ia tersenyum lega akhirnya Neji mau juga ikut makan ramennya.
1 cup ramen untuk berdua. Mungkin bukan porsi yang cukup untuk berdua tapi setidaknya perut Tenten tidak lagi kosong. Ramennya sudah hampir habis. Waktu akan menyumpit ramen terakhir, sumpit mereka berudua terkait. Neji dan Tenten terkejut, mereka saling menatap cukup lama. Rona merah sedikit menghiasi wajah Tenten. Tenten begitu saja meletakkan sumpitnya. Neji sedikit terkejut karena tiba-tiba saja Tenten langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Eh..terima kasih Neji buat ramennya. Aku rasa aku harus segera kembali ke kamar." Pamit Tenten dengan sedikit tergesa-gesa.
Belum sempat Neji menjawab, Tenten sudah melesat pergi meninggalkan kamar Neji. Neji sendiri masih membeku ditempat menatap Tenten bingung.
Dia kenapa ya?
Tenten mempercepat langkahnya menuju kamarnya. Rona merah masih belum hilang dari wajahnya. Dengan cepat ia membuka pintu kamarnya, lalu menutupnya sedikit keras. Tenten bersandar dipintu itu sambil mengingat kejadian barusan. Nafasnya sedikit tersengal.
Kenapa aku lari ya? Aku benar-benar bersikap tidak sopan
.
Author's Note:
Entah kenapa saya tiba-tiba tergelitik buat bikin fic pair Neji-Tenten. Mungkin karena saya sedikit kecewa dengan kepergian Neji *nangis bombay* *digampar Masashi-senpai*
Padahal sebelumnya ngga ada ide mengarah kesana sama sekali. Idenya muncul dadakan, langsung saya tulis takut ngilang hahahah :D
Bagi para pecinta pair Neji-Tenten dan para readers lainnya, bagaimana fic ini Continue or Discontinue?
Kalau saya dapat 10 review utk lanjut, akan saya lanjutkan :D *Author byk maunya*
Oh ya...bagi yang belum baca fic pair KakaSaku saya, Kakashi Love Story. Boleh mampir lalu RnR xixixi *promo
