Disclaimer
Naruto ~ Masashi Kishimoto
High School DxD ~ Ichiei Ishibumi
Koneko, Please Be My Girlfriend Again! ~ Hikari Syarahmia
Genre : humor/romance/hurt/comfort
Pairing : Naruto x Koneko
Jumat, 31 Juli 2015
Kelanjutan dari season 1 yang berjudul "Koneko, My Cute Girlfriend". Hanya beberapa chapter saja. Setuju nggak kalau cerita ini cepat ditamatkan. Setidaknya 5 chapter aja?
.
.
.
KONEKO, PLEASE BE MY GIRLFRIEND AGAIN!
Chapter 1 : Tingkah kelompok Akatsuki
.
.
.
Kota Ame. Kota metropolitan yang indah dan terbebas dari polusi. Kota yang disebut juga dengan kota hujan. Karena hampir setiap hari kota ini diguyur air dari langit. Sehingga menyebabkan suasana kota sangat dingin. Ditambah kota ini berada di dataran tinggi. Jadi, cuaca sering tidak menentu di kota ini.
Pagi ini, hujan tetap mengguyur kota Ame. Walaupun cuma rintik-rintik saja. Tapi, semua orang tetap menjalani aktifitas sehari-harinya dengan senang. Tanpa merasa terganggu sedikitpun. Karena sudah terbiasa dengan keadaan cuaca di kota tersebut.
Di antara perumahan elit yang berdiri teratur di tengah kota Ame. Tampak seorang gadis berambut perak model bob dan bermata kuning emas keluar dari rumahnya. Ia mengenakan mantel hujan berwarna krem dan memegang payung yang berwarna kuning. Ia menyandang tas biru bertali dua. Ia bersiap-siap akan pergi ke sekolah.
Namanya Toujou Koneko. Umur 16 tahun. Dia masih duduk di kelas satu SMA.
"Aku pergi, Kaasan, Kuroka-nee," serunya sambil mengembangkan payung miliknya.
"Ya, hati-hati di jalan ya, sayang!" balas sang ibu dari dalam rumah.
"Hn," gadis itu mulai melangkahkan kakinya keluar dari teras rumahnya.
Tapi, langkahnya terhenti sesaat menemukan setangkai bunga mawar putih yang terletak di pot tanaman bonsai, tepatnya di teras rumah. Koneko langsung memungut bunga itu.
"Bunga ini lagi," gumamnya dengan wajah yang datar."Masih dengan nama yang sama. Menma."
Di pembungkus plastik bunga itu, tertempel sebuah kertas berwarna kuning yang berisi sebuah tulisan satu kalimat yaitu "Menma."
Koneko tidak habis pikir. Entah siapa yang telah mengirim setangkai bunga mawar putih di setiap paginya. Dengan secarik kertas yang berisi nama Menma. Entah apa maksudnya. Koneko tidak tahu.
Sudah dua bulan belakangan ini, Koneko mendapatkan kiriman bunga dari seseorang yang misterius. Dia hanya menuliskan namanya saja. Selain itu, dia juga tidak menulis sebuah pesan lain untuk Koneko. Cuma sebuah nama panggilan yaitu Menma.
Koneko menatap datar secarik kertas itu. Lalu langsung membuang bunga itu ke dalam tong sampah yang terletak di teras rumahnya.
"Hah, orang iseng. Menyebalkan!" umpat Koneko. Ia langsung pergi sambil melindungi dirinya dengan payung dari terjangan hujan rintik-rintik. Ia memilih berjalan kaki karena jarak sekolahnya cukup dekat dengan rumahnya.
Tanpa Koneko sadari, di seberang jalan di bawah pohon besar. Ada seseorang bermantel hitam dan mengenakan topi yang berdiri di balik pohon besar itu. Ia terus mengawasi pergerakan Koneko mulai dari keluar rumah hingga sampai Koneko pergi ke sekolah.
Ia tersenyum simpul sambil memegang depan topinya.
Lalu ia melangkahkan kakinya ke arah Koneko pergi. Ia mengikuti Koneko.
Aneh. Siapa orang asing itu?
.
.
.
Di kelas 10-C, kelas di mana Koneko berada. Kelas baru yang ia tempati selama tiga bulan di sekolah yang bernama Ame High School.
Sudah tiga bulan juga, Koneko tinggal di kota Ame itu. Ia menjalani kehidupan barunya di kota itu. Setelah pindah dari kota Konoha karena ibunya pindah dinas kerja. Sehingga Koneko dan kakaknya ikut dengan sang ibu.
Kini Koneko menjadi gadis yang dingin, pendiam dan penyendiri setelah pindah di Ame High School itu. Sekolah biasa dan orang-orangnya sangat aneh. Koneko mendapatkan banyak teman yang baik di sana. Mereka memperlakukan Koneko dengan baik. Tidak ada yang dendam padanya. Tidak ada yang membencinya. Tidak seperti di sekolahnya dulu yaitu Konoha International School itu.
Ya, dulu di Konoha International School, Koneko pernah berpacaran dengan seorang ketua OSIS yang bernama Namikaze Naruto. Seorang laki-laki yang terkenal di sekolah dan banyak gadis yang menyukainya. Hingga pada puncaknya, ada seorang gadis bernama Shion yang berniat membunuh Koneko lewat ruang tertutup yang sangat dingin. Sehingga membuat Koneko mendapatkan penyakit hipotermia dan harus masuk rumah sakit. Lalu Naruto melakukan berbagai upaya agar Koneko tidak disakiti lagi oleh orang-orang di sekolah itu. Karena banyak orang yang membenci Koneko. Mereka tidak suka melihat Naruto berpacaran dengan Koneko.
Kemudian ibu Koneko mendesak Koneko memutuskan hubungannya dengan Naruto. Sebelum pindah ke kota Ame itu. Namun, pada akhirnya Koneko putus juga dengan Naruto. Hal itu membuat hati Koneko terguncang dan amat sedih. Padahal di dalam hatinya yang paling dalam, ia tetap mencintai Naruto. Sampai sekarang pun, Koneko masih mencintai Naruto. Naruto adalah cinta pertamanya yang tidak akan pernah hilang di hatinya.
Itulah masa lalu Koneko di Kota Konoha itu. Masa lalu yang sangat pahit dan menyedihkan. Koneko tidak dapat melupakannya. Meskipun dia berusaha melupakannya selama tiga bulan ini. Tapi, tetap terbayang-bayang kenangan bersama Naruto di ingatannya.
Hari yang masih pagi, sebelum bel masuk berbunyi. Koneko menatap pemandangan di luar jendela dengan perasaan yang tidak menentu. Ia duduk di bangku yang terletak di dekat jendela. Entah apa yang ia pikirkan.
Ia selalu begitu ketika sudah tiba di sekolah. Ia selalu mengenang masa lalunya yang indah bersama Naruto yang dicintainya. Kenangan lama selalu terbayang-bayang di ingatannya.
'Naruto, apakah dia baik-baik saja di sana? Semoga dia bisa menjalani kehidupannya dengan baik di kota Konoha itu. Lalu aku berharap aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Semoga saja,' batin Koneko yang berwajah datar tapi sayu. Ia terus menatap ke arah luar jendela.
Tiba-tiba ...
"Ohayou, Kone-chan!" terdengar suara lembut yang menyapa Koneko. Koneko pun tersentak dan menoleh ke arah asal suara tersebut.
Tampak seorang gadis berambut pirang panjang tergerai datang menghampiri Koneko. Ia datang bersama seorang laki-laki berambut hitam dan selalu memakai kacamata hitam. Mereka berdua adalah teman dekat Koneko di sekolah baru tersebut.
"Ohayou juga, Asia-chan dan Shino-kun!" balas Koneko dengan nada datar.
Gadis berambut kuning itu bernama Argento Asia. Sedangkan laki-laki berambut hitam itu bernama Aburame Shino. Mereka berdua suka memanggil Koneko dengan panggilan "Kone-chan."
Kemudian Asia meletakkan tasnya di atas meja. Tempat duduknya berada di samping Koneko. Sedangkan si Shino. Ia duduk di belakang Koneko.
"Oh iya, hari ini kita pulang sama-sama ya, Kone-chan!" kata Asia tersenyum lebar."Kamu juga ya, Shino-kun."
"Maaf, aku sibuk. Sehabis pulang sekolah, aku harus segera pergi ke suatu tempat," ujar Shino langsung membuka sebuah buku."Ada eksperimen yang harus kubuktikan. Eksperimen ini membutuhkan beberapa macam jenis serangga. Aku harus menangkap serangga-serangga itu di hutan."
Begitulah kata Shino. Dia memang orang paling aneh dan dikenal sebagai "maniak serangga" di kelas itu.
Asia menjadi cemberut.
"Dasar, tidak setia kawan," gumam Asia.
"Aku paling setia pada semua serangga. Itu melebihi kesetiaanku pada manusia. Kalian berdua hanyalah teman di dunia sekolahku. Lalu serangga adalah temanku jika di dunia luar. Aku memujamu wahai serangga."
Membuat Koneko dan Asia sweatdrop mendengarnya. Benar, kan? Shino memang aneh dan maniak serangga.
Tapi, ada orang kacau lainnya di kelas 10-C itu. Mereka adalah anak emas yang sudah pernah tinggal kelas selama dua tahun. Seharusnya mereka sudah duduk di kelas 12 sekarang. Mereka juga dikenal sebagai kelompok yang ditakuti dan disegani di sekolah itu. Karena mereka adalah kelompok preman yang bernama Akatsuki.
BRAK!
Benar saja. Pintu kelas terbanting kuat secara tiba-tiba. Koneko dan Asia kaget. Tapi, Shino tidak kaget sama sekali. Ia asyik membaca buku tanpa mempedulikan keadaan sekitar.
Lalu beberapa orang masuk ke dalam kelas 10-C itu. Orang-orang yang bertampang serius dan sangar yaitu Akatsuki.
Koneko dan Asia memperhatikan kelompok itu dengan seksama. Para Akatsuki meletakkan tas masing-masing ke atas meja. Kemudian sang ketua duduk di bangkunya sambil membuka sebuah buku. Entah buku apa itu. Tapi, buku itu bukan buku pelajaran.
Sang ketua Akatsuki bernama lengkap Yahiko Pain. Rambutnya orange. Bermata ungu pola riak. Berpakaian serba urakan. Umurnya 18 tahun.
Sejenak wajah sang ketua merona merah ketika membaca sebuah buku atau lebih tepatnya majalah dewasa. Ia tersenyum terkekeh sendiri dengan wajah yang kemerahan.
Gadis berambut biru pendek dan bermata merah. Sangat tomboi tapi feminin. Namanya Konan. Ia duduk di samping Pain.
Konan langsung memukul kepala Pain dengan sapu ijuk.
"DASAR, COWOK GENIT! KAMU MASIH SAJA MEMBACA MAJALAH TERKUTUK ITU! AYO, SERAHKAN MAJALAH ITU PADAKU!" seru Konan marah sambil memanggul sapu ijuk di bahunya.
Pain meringis kesakitan. Ia memegang kepalanya yang sudah mengeluarkan benjolan sebesar telur ayam.
"Aduh, Konan-chan. Sakit, tahu!" sahut Pain mengelus kepalanya."Aku tidak mau menyerahkan majalah suciku ini padamu."
"MAJALAH SUCI KATAMU? MAJALAH ITU ADALAH MAJALAH TERKUTUK SEHINGGA MEMBUAT PIKIRANMU MENJADI TIDAK WARAS. KAMU JUGA SELALU TINGGAL KELAS KARENA WAKTUMU SELALU KAMU HABISKAN UNTUK MEMBACA MAJALAH ITU. WAKTUMU SELALU TIDAK ADA UNTUK BELAJAR. LALU ..."
BLA ... BLA ... BLA ...
Konan berceramah panjang lebar. Para anggota Akatsuki sweatdrop melihatnya. Begitu juga dengan Koneko dan Asia.
"Suami istri berulah lagi," kata laki-laki berambut pirang diikat satu seperti samurai. Namanya Deidara. Ia sedang merakit sebuah bom berbentuk pisang.
"Biarkan saja. Mereka selalu begitu setiap hari," tukas laki-laki berambut merah. Namanya Sasori. Ia sedang membuat boneka berbentuk kupu-kupu.
"Siapa yang mau taruhan? Nanti jika jawabanmu benar, aku akan memberimu uang seratus juta rupiah secara cuma-cuma," seorang laki-laki bercadar mengeluarkan sebuah koper yang berisikan lembaran-lembaran uang kertas berwarna merah.
Laki-laki yang mengenakan topeng orange seperti bentuk lollipop, datang menghampiri laki-laki bercadar.
"Wah, yang benar nih, Kakuzu?" tanya laki-laki bertopeng lollipop. Namanya Obito.
"Ya, itu benar anak bawang," jawab laki-laki bercadar bernama Kakuzu.
"Gila. Kamu malah membawa uang kas kelompok ke sekolah. Kamu akan mendapatkan masalah besar jika bos mengetahuinya," ucap laki-laki berambut putih."Demi jashin, kamu telah melanggar peraturan, Kakuzu."
Kakuzu melirik ke arah laki-laki berambut putih yang bernama Hidan itu. Ia tersenyum simpul.
"Tidak apa-apa. Biar aku yang bertanggung jawab. Tidak usah khawatir," Kakuzu memasang wajah cool.
"Ah, aku tidak mau ikut-ikutan. Lebih baik aku pergi berdoa."
Hidan menggelar tikar di depan kelas. Lalu meletakkan sesajian di depannya. Ia pun mengatupkan kedua tangan di depan dadanya.
"Wahai jashin yang terhormat. Izinkan aku mengikuti taruhan itu. Karena aku membutuhkan uang untuk mengirim ongkos untuk emakku di desa. Kumohon izinkanlah sekali ini saja."
Obito sweatdrop melihat Hidan.
'Katanya tidak mau ikut-ikutan taruhan. Ternyata minta izin dulu sama jashin-nya. Dasar, orang aneh!' batin Obito.
Kakuzu meletakkan koper itu di atas meja. Obito duduk berhadapan dengan Kakuzu. Hidan juga ikut duduk di sebelah Obito.
Dengan muka serius, Kakuzu menatap dua orang di depannya itu. Obito dan Hidan juga bersikap serius.
"Coba tebak. Setelah ini, apakah ketua akan dipukul dengan sapu ijuk atau tidak oleh Konan? Ayo, jawab sekarang juga," Kakuzu melipat tangan di atas meja. Cadarnya berkibar-kibar sebagai efek horrornya.
Obito dan Hidan diselimuti hawa kegelapan yang sangat mengerikan. Karena menatap muka Kakuzu seperti mayat yang bergantung di pohon kelapa. Sehingga membuat wajah Obito dan Hidan menjadi pucat pasi. Ditambah tawa Kakuzu yang meringkih seperti kuntilanak. Membuat suasana semakin mencekam saja.
Adegan horror yang berlangsung lama di antara Kakuzu, Obito dan Hidan. Dialihkan ke arah sudut lain.
Adegan lain tertancap pada dua laki-laki yang duduk di paling belakang. Mereka adalah sahabat sejati yang tidak dapat dipisahkan.
"Hei, Itachi. Kenapa kamu tinggal kelas lagi? Padahal kamu paling pintar di antara kami. Sedangkan adikmu sudah naik kelas dua sekarang. Itu tidak masuk akal. Aku bingung," tanya laki-laki berwajah seperti hiu. Ia sedang menopang dagunya dengan tangan yang tertahan di atas meja. Namanya Hoshigaki Kisame.
Laki-laki berambut hitam diikat satu itu, hanya berwajah datar.
"Itu karena aku tidak bisa meninggalkan kalian."
"Maksudnya?"
Kisame penasaran. Itachi tetap berwajah datar.
"Ya, karena kalian adalah sahabat sejatiku. Aku ingin tetap bersama kalian walaupun apa yang terjadi. Jika kalian tinggal kelas, maka aku juga harus tinggal kelas. Kalau kalian idiot, maka aku juga harus idiot. Itu semua kulakukan demi kalian. Begitulah."
Kisame terpana mendengar kalimat Itachi yang begitu puitis. Seketika matanya berkaca-kaca.
"Itachi, kamu memang sahabat yang baik dan pengertian. Huhuhu!" mendadak Kisame merangkul pundak Itachi. Ia menangis tersedu-sedu.
Itachi menepuk pelan pundak Kisame.
"Cup, cup, sudah. Jangan menangis Kisame sayang," ujar Itachi berwajah datar.
Adegan yang miris dan sangat laknat. Benar-benar membuat orang bisa terkena serangan jantung jika melihatnya.
Koneko dan Asia ternganga habis melihat tingkah para kelompok kacau ini. Sementara Shino masih berkutat dengan buku penelitiannya tentang serangga.
Kemudian ada satu orang yang sedang berdiri di dekat jendela. Dia adalah manusia langka dan unik. Karena kulitnya berwarna putih setengah hitam. Ia adalah laki-laki yang bernama Zetsu. Ia menyiram tanaman kaktus yang sengaja dipeliharanya dan diletakkan di dekat jendela. Persis di dekat tempat duduknya.
"Selamat pagi, kaktus. Hari yang indah ya. Semoga kita mendapatkan keberuntungan dan kebaikan di hari cerah ini. Lalu aku akan selalu mencintaimu, kaktus. I love you so much. Muaaah!"
Saking sayangnya pada kaktus peliharaannya, Zetsu memperlakukan tanaman kaktus itu seperti pacarnya sendiri. Bahkan dipeluk dan diciumnya beberapa kali. Sungguh keterlaluan.
Para anggota Akatsuki terus melakukan hal-hal yang aneh dan konyol hampir setiap hari. Sehingga membuat orang-orang di sekolah itu bingung menyaksikannya. Padahal mereka adalah kelompok preman yang ditakuti di kota Ame itu.
Kembali ke arah Kakuzu, Obito dan Hidan yang sedang tegang.
"Bagaimana? Apakah kalian bisa menebaknya?" tanya Kakuzu dengan tampang mengerikan.
Hidan melipat tangannya. Sedangkan Obito menunjuk hidungnya.
"Aku menebak pasti ketua dipukul sama sapu ijuk lagi," sahut Obito.
"Hm, atau mungkin majalah milik ketua dibakar oleh Konan," ungkap Hidan.
Kakuzu manggut-manggut.
"Oke, kita lihat apa yang terjadi selanjutnya."
Terlihat Konan merampas paksa majalah milik Pain itu. Pain menangis ala air terjun dan sembah sujud di kaki Konan.
"Konan-chan, aku mohon. Jangan bakar majalah itu. Majalah itu adalah hidupku. Majalah itu adalah nyawaku. Jika kamu bakar majalah itu, maka kamu telah membakar hatiku. Konan-chan, kamu telah membuat jiwaku terguncang."
Pain menangis dengan dramatis. Penuh kata-kata puitis yang mengguncang hati. Membuat Konan terpaku mendengarnya.
Konan berlutut dan memegang kedua bahu Pain. Pain menatap wajah Konan. Konan tersenyum manis ke arahnya. Membuat wajah Pain memerah rona.
"Konan-chan ..."
"Aku mau memberikan majalah ini padamu lagi. Asal kamu mau membakar sendiri majalah milikmu ini. Kamu mau melakukannya demi aku?"
Pain membatu karena terpesona dengan senyuman manis Konan. Ia pun mengangguk setuju.
"Iya, Konan-chan."
"Bagus."
Konan memegang pipi Pain. Wajah Pain semakin memerah. Ia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Konan.
Konan kaget. Secara langsung ia melayangkan tongkat baseball ke arah Pain.
BUAAAAK!
Pipi Pain terhantam keras oleh pukulan keras Konan. Sehingga membuat Pain terpelanting dan menabrak kaca jendela.
PRAAAANG!
Kaca jendela hancur berkeping-keping. Pain terlempar seperti bola ke langit biru sana. Ia menghilang ditelan awan.
TIIING!
Sejenak kelas itu menjadi hening. Semua orang ternganga lebar kecuali Konan dan Shino.
Konan terengah-engah. Ia memasang wajah garang sambil memanggul tongkat baseball itu.
"Dasar, cowok mesum! Kamu memang pantas mendapatkannya."
"GOL!" seru Kakuzu."AKU YANG MENANG!"
"Lho, kenapa begitu? Memangnya pertandingan sepak bola sekarang?" sembur Hidan dan Obito bersamaan.
"Kalian kalah. Kalian berhutang padaku sebanyak satu juta rupiah dan dipotong pajak," Kakuzu mencatat bon hutang pada buku catatannya.
Hidan dan Obito terperanjat.
"Kenapa bisa begitu?" Obito mengerutkan keningnya.
"Aku tidak terima. Itu namanya penipuan!" Hidan menggebrak meja.
Kakuzu menggeleng-geleng.
"Hohoho, tetap tidak bisa. Kalian tetap berhutang padaku. Kalian harus membayarnya bulan ini juga."
"APAAA?" Hidan naik pitam."SEPERTINYA KAMU MINTA DIHAJAR SEKARANG, KAKUZU! OBITOOOO!"
Obito memberikan senapan pada Hidan.
"Ayo, tembak Kakuzu, senior!"
"Oke!"
Hidan mengambil senapan itu. Kakuzu pun mundur beberapa langkah. Wajahnya pucat seketika.
Sedetik kemudian, terjadilah peristiwa yang mengenaskan. Kakuzu kewalahan menghindari semua serangan tembakan senapan Hidan. Suasana kelas menjadi kacau. Ditambah Deidara melemparkan bom rakitannya yang berbentuk pisang ke arah Kakuzu.
"WUAAAAH, AMPUUUUN!" jerit Kakuzu sekeras mungkin.
DHUAAAAR!
Kelas itu meledak hebat. Tapi, untung Koneko, Asia dan Shino pergi menyelamatkan diri. Sebelum bom mulai meledak.
Sungguh gawat. Begitulah keadaannya.
Semua orang yang masih berada di dalam kelas menjadi gosong. Pakaian mereka compang-camping. Tubuh mereka menghitam. Mereka membatu di tempat.
Konan pun menjadi emosi melihat kelakuan para anggotanya. Sudut perempatan sudah muncul di kepalanya.
"DASAAAR! APA YANG KALIAN LAKUKAN, HAH?"
BAK! BUK! DHUAAAAK!
Satu persatu anggota Akatsuki dibantai oleh Konan. Sungguh mirisnya.
Sementara itu, di luar kelas, Koneko dan dua temannya terkulai lemas dan terduduk begitu saja di lantai. Mereka sangat panik. Kecuali Shino yang kelihatan tenang. Ia masih sibuk membaca buku.
"Hoaah, syukurlah kita selamat," Asia menghembuskan napasnya berkali-kali.
"Iya, kalau tidak kita bisa mati karena terkena bom itu," Koneko juga menghelakan napasnya."Kelompok Akatsuki itu selalu berulah hampir setiap hari. Apa kepala sekolah dan guru-guru di sini tidak pernah menegur mereka? Seolah-olah mereka bersikap tidak acuh pada Akatsuki itu. Mereka malah membiarkannya."
"Kamu tidak tahu ya tentang Akatsuki itu?"
Koneko menggelengkan kepalanya. Tentu saja ia tidak tahu apa-apa tentang Akatsuki.
"Akatsuki itu ..."
Sebelum Asia melanjutkan kata-katanya, muncul seseorang yang datang. Ia adalah laki-laki berambut hitam dan bermata ruby merah. Ia berjalan menghampiri Koneko dan teman-temannya.
"Hei, ada apa? Kenapa kalian bisa duduk di sini?" tanya laki-laki berambut hitam itu.
Koneko terpana memandangi laki-laki itu. Rasanya ada sesuatu yang berdetak di hatinya.
'Laki-laki ini mirip dengan seseorang yang kukenal. Ada tiga garis di dua pipinya juga. Dia mirip sekali dengan ...' batin Koneko di dalam hatinya.
Laki-laki itu tersenyum ramah. Lalu Asia bangkit berdiri dan langsung memeluk laki-laki itu.
"MENMA-KUN!"
Saat itu juga Koneko melebarkan kedua matanya. Ia ternganga habis.
'Menma ...'
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N :
Inilah season kedua dari fic Koneko, my cute girlfriend. Mohon maaf ya jika ada kesalahan pada season pertama. Karena ada beberapa orang yang bilang saya harus mempelajari kosakata, ejaan, kalimat baku dan kalimat tidak baku. Kata-kata yang saya pakai belum efektif. Lalu masih banyak lagi.
Saya memang tidak pantas membuat sebuah fic. Karena cerita saya gak masuk akal. Ada yang bilang jelek, buruk, bodoh dan idiot. Ya, itu memang benar. Saya juga merasakannya.
Maaf, saya sudah lama tidak menulis lagi sejak masa kuliah dulu. Hingga lamanya saya hiatus dari dunia FFN ini. Sehingga saya kehilangan cara penulisan dengan gaya saya sendiri. Apalagi tidak ada laptop waktu itu. Karena laptop saya rusak. Jadi, saya sangat jarang menulis fic lagi.
Lalu saya mencoba menulis di buku dulu. Berharap nanti jika ada laptop lagi, saya tinggal menyalinnya aja. Tapi, gak ada tanda-tanda laptop kembali lagi. Ya, nunggu dan nunggu.
Pada akhirnya saya senang bisa menulis lagi karena mendapatkan hp android dari abang saya. Lalu melalui hp android inilah, saya mencoba membangkitkan hobi menulis saya ini. Meskipun saya rasa memang agak beda dari yang dulu. Saya benar-benar lupa cara menulis cerita fic itu.
Untuk itulah, saya terus berusaha mengembangkan cara penulisan saya. Meskipun banyak kritikan pedas tentang karya-karya aneh saya ini. Tapi, saya tetap semangat untuk terus menulis. Saya gakkan down soal ini-itu. Yang penting saya terus belajar dan belajar agar menjadi lebih profesional seperti penulis yang terkenal seperti Raditya Dika. Saya memang banyak ngayal. Hehehe ...
Saya jadi kebanyakan curhat. Tapi, begitulah kenyataannya. Kalian bisa tahu gimana saya sebenarnya. Saya memang bukan orang yang baik. Namun, belum tentu saya jahat. Saya masih manusia yang banyak sekali kekurangannya dan tidak luput dari kesalahan.
Saya orangnya juga bukan humoris. Saya ini orangnya serius dan dingin seperti Toujou Koneko. Saya ini lolli.
Ok, sampai di sini ocehan dari saya. Terima kasih banyak telah membaca cerita ini. Saya menunggu kritik pedas dari kamu. Saya juga menunggu saran dan pendapatmu tentang fic ini.
Saya membutuhkan karakter oc untuk meramaikan cerita ini. Karena banyak orang kacau yang meramaikan Ame High School. Ada yang mau membantu saya?
Tinggalkan review-mu. Pasti akan saya balas.
Sankyuu ~~~
Hikari Syarahmia ~~~
New week ~~~
