Disclemer : Masashi Kishimoto

Genre : Family / Romance

Pairing : SasuFemNaru

Rate : T

Warning : FemNaru, newbie, OOC, OC, Tipo's, dll

.

Miss Stalker

Chapter 1 : Ide Briliant

By : Uchy Nayuki

.

Summary : Karena kalah taruhan dengan kakak dan adiknya. Naruto terpaksa menjadi stalker pemuda keturunan Uchiha. Seorang yang paling terkenal disekolahnya. Dan dia harus mendapatkan foto pemuda itu yang sedang… tersenyum? Berhasilkah ia? Warning : SasuFemNaru

.

DON'T LIKE

DON'T READ

.

Cuaca sore dikota Konoha hari ini cukup cerah. Angin bertiup sepoi, menghembus dan menyentuh dedaunan, membuatnya melambai dengan suara gemerisik pelan. Menjadi pengiring setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat kota tersebut. Banyak dari mereka yang berlalu lalang menikmati suasana sore, bermain ditaman, atau hanya sekedar bersantai-santai dirumah mereka. Suasana yang benar-benar damai.

Hampir semua orang merasa bahagia hari ini. Yah, hampir. Karena semua orang merasakannya, terkecuali pemuda ini.

Dia menekuk wajahnya kesal. Laki-laki dengan rambut merah, mata hezel, serta wajahnya yang terkesan baby face ini hanya bisa menggerutu didalam hati. Menatap seorang didepannya sekarang dengan benci.

Seorang didepannya ini memiliki rambut merah pendek serta wajah yang bisa dikatakan cukup sangar untuk gendernya yang sebagai perempuan. Ya, perempuan. Tapi bagi pemuda bermata hezel ini wanita itu adalah kakak yang hanya bisa menyusahkan dirinya.

"Eh! Eh! Kau bilang apa Pein? Kau ingin menunda pengiriman surat tantangan kita pada berandalan kampus Suna? Oh, jangan bercanda berengsek atau aku akan mematahkan lehermu"

Namikaze Kyuubi. Itulah nama wanita yang ada dihadapannya saat ini. wanita itu memiliki ciri khas rambut merah pendek, serta tindikan di bagian telinga kiri, hidung dan bagian kanan bibir bawahnya. Benar-benar penampilan berandalan. Bahkan sipemuda akan mengira kalau orang yang ada dihadapannya ini adalah laki-laki, jika seandainya dia tidak ingat bahwa orang itu adalah saudari kandungnya.

Saat ini dia sedang mendudukkan dirinya disofa ruang keluarga seraya menatap wanita didepannya tajam. Tapi siwanita malah terus mondar-mandir seraya berteriak-teriak pada temannya melalui ponsel yang sedang dipakainya saat ini. Sekilas tidak ada hal yang menjadi permasalahan pemuda itu pada kakaknya sampai dia harus sekesal inikan? Tapi kalian salah jika beranggapan begitu. Karena jelas sipemuda baby face a ka Namikaze Sasori ini kesal pada kakaknya yang dengan seenak jidat meminjam ponselnya meski tahu kalau sang adik keberatan.

"HEI! PEIN! KUKATAKAN SEKALI LAGI YA! AKU TIDAK INGIN SURAT TANTANGAN ITU DI-"

Tut… Tut… Tut…

Sunyi sesaat, sampai akhirnya-

"SIALAN KAU PEEEEIIN"

TRAK

Eh!

"…"

"…"

"A… apa yang?"

"O-ow, maaf otouto. Aku tidak sengaja"

"APANYA YANG TIDAK SENGAJA HAH? LIHAT! KAU MEMBANTING PONSELKUUU"

Teriakan membahana keluar mulus dari mulut sibungsu Namikaze. Tangannya menunjuk kearah ponselnya yang sekarang tergeletak tak berdaya diatas lantai dengan tidak berbentuk lagi. Sukses membuat emosinya naik sampai ubun-ubun. Padahal itu adalah ponselnya satu-satunya. Dan sekarang hancur ditangan seorang Kyuubi.

"Oh, ayolah otouto. Itu hanya posel" tapi teriakannya hanya ditanggapi Kyuubi dengan santai. Seakan ponsel sang adik sama sekali tak berharga. Dan lagi-lagi dengan mudahnya dia membuat sipemuda bersurai merah ini kalang kabut karena emosi.

"Oh, begitu? Baiklah, jadi sekarang ganti poselku" ujar Sasori mengeram kesal dengan penekanan pada kata 'ganti ponselku'.

"Kau memintaku mengganti ponselmu? Kau bercanda ya otouto. Aku mana punya uang untuk itu" Kyuubi mendudukkan dirinya disofa, berhadapan langsung dengan sang adik. Dia terlihat sangat santai menghadapi Sasori yang mengamuk saat ini.

Tapi dia salah jika beranggapan kalau Sasori tidak punya cara lain untuk mendapatkan kembali ponselnya.

"Hmm, begitu ya?" Sasori bertanya ambigu, lebih terlihat pada dirinya sendiri. Dia mengusap dagunya seraya menerawang. Tapi yang menjadi masalahnya adalah seringaian itu tercetak jelas diwajahnya. Seringaian yang Kyuubi tahu betul apa yang tersembungi dibaliknya.

"Terpaksa aku harus memberi tahu Otou-san kalau kau pernah-"

"Baiklah, baiklah aku akan mengganti ponselmu. Tapi aku perlu waktu, jujur aku tidak punya uang sekarang" cepat-cepat Kyuubi bicara, menyela perkataan Sasori. Lebih baik berkerja banting tulang untuk mengganti ponsel adiknya ini, dari pada dia harus diadukan pada Minato karena pernah mematahkan tongkat golf kesayangan ayahnya itu. Dia merinding saat membayangkan ekspresi apa yang akan ditunjukkan Minato saat mengetahuinya, terlalu mengerikan.

Sasori berfikir sejenak. Dia memandang Kyuubi intens. Mengira-ngira apa Kyuubi akan menipunya. Tapi tidak, dia yakin kakaknya ini pasti akan menepati janjinya.

"Hah, baiklah aku akan memberikanmu waktu Kyuu-nee. Tapi ingat jangan terlalu lama" ujar Sasori mengalah, meskipun sedikit berat tapi mau bagaimana lagi? Dia juga yakin kalau kakaknya ini sama sekali tidak mempunyai uang sepeserpun.

"Hm, aku akan coba secepatnya" sahut Kyuubi mantap. Ini jauh lebih baik dari dia yang harus dipotong uang sakunya oleh Minato.

"Tadaima"

Mereka mengalihkan mata mereka kearah pintu masuk yang terbuka. Dan tak lama seongok kepala kuning menyembul dari sana. Sosok itu mulai melangkah masuk kedalam rumah, Kyuubi dan Sasori pun dapat melihat banyak sekali kertas kresek digenggaman sosok itu.

"Kyuu-nee, Sasori, jangan hanya duduk santai disana. Setidaknya bantulah aku membawakan belanjaan ini, kalian tahu- uh, berat sekali"

Sosok itu sekarang menyodorkan belanjaannya kearah Kyuubi dan Sasori. Dan mau tidak mau, mereka pun mulai bangkit dan mengambil belanjaan itu dari genggaman sisosok kuning. Melangkah menuju dapur dan memasukkan belanjaan tersebut kedalam lemari es.

"Naruto, kau tidak beli apel?"

Sosok yang dipanggil Naruto itu mendelik tajam kearah Kyuubi. Bisa-bisanya kakaknya ini menanyakan hal yang macam-macam seperti itu. Dia tidak tahu apa kalau sekarang keluarga Namikaze sedang krisis keuangan? Oh, mana mungki Kyuubi tahu, kerjaannya setiap harikan hanya adu jotos dengan anak kampus sebelahan, atau nongkrong dengan anak-anak segenknya. Jelas membuat Naruto frustasi.

"Tidak! Dan mulai sekarang tidak akan ada apel selama sebulan"

Kyuubi terdiam, dia menatap Naruto lamat-lamat. Memastikan bahwa adiknya itu sedang bercanda. Oh ayolah, bercanda tentang apapun, tapi jangan bawa-bawa apel.

"A…apa? Kau tidak bercandakan Naruto?" Kyuubi mangap-mangap, matanya melotot lebar. Hidup tanpa apel selama sebulan? Hell No

"Hm" Naruto hanya bergumam singkat, kemudian melangkah pergi dari sana, memasuki kamarnya. Meninggalkan Kyuubi yang sekarang mewek dalam pelukan Sasori, yang hanya ditanggapi Sasori dengan menghela nafas lelah. Oh sungguh, kakaknya ini bisa menjadi seorang drama queen dalam sekejab, jika itu menyangkut dengan apel kesayangannya itu.

.

.

.

Diluar sana gelap, yah tentu saja karena sekarang sudah menjelang larut malam. Bintang bertebar diatas sana, menghiasi langit. Sangat indah melihatnya dari dalam sini. Dan karena itulah dia sama sekali tidak mengalihkan tatapannya kearah lain.

"SUDAH KUKATAKAN BERAPA KALI, BERHENTI MENGURUSI URUSANKU"

"SEHARUSNYA KAU YANG BERHENTI MENGURUSI PEKERJAANMU DAN MEREKA FUGAKU, AKU INI ISTRIMU"

"ISTRI? JANGAN MEMBUATKU TERTAWA. APA AKU BISA MEMANGGILMU ISTRI SETELAH MELIHATMU BERMESRAAN DENGAN LAKI-LAKI LAIN?"

"ITU JUGA KARENA KAU FUGAKU"

Menghela napas, dia menatap kearah pintu masuk kamarnya. Tidak perlu ditanyakan lagi siapa yang berteriak diluar sana. Tentu saja, sang ayah serta ibunya yang lagi-lagi bertengkar hebat.

Dia menyumbat telinganya dengan earphone, mendengarkan alunan musik yang bisa menghalangi masuknya suara-suara menyebalkan itu kedalam gendang telinganya. Tapi tidak berhasil, suara itu masih terdengar, walau tidak sekeras sebelumnya, namun masih bisa mengganggu.

Dia tidak tahan, berada disini serasa seperti berada di neraka. Setiap hari mendengar mereka yang akan terus berteriak tanpa ada siapa yang akan mengalah, membuatnya jengah. Dia pun mulai melangkahkan kakinya kelemari, mengambil sebuah jaket yang ada disana, kemudian memakainya. Sepertinya dia akan pergi ketempat itu, yah setidaknya tempat itu lebih baik dari mansion mewah tapi memuakkan ini.

Menuruni setiap anak tangga, dia bisa melihat ayah ibunya yang masih tetap berteriak, menyalahkan satu sama lain. Tapi kemudian adu teriakan itu terhenti saat dia yang akan mulai membuka pintu, berniat keluar rumah

"Kau mau kemana Sasuke?" ayahnya, Uchiha Fugaku bertanya padanya, sedangkan ibunya menatapnya dengan mata yang basah, terlihat sehabis menangis. Dan itulah kenyatannya

"Bukan urusanmu" apa dia anak yang durhaka karena sudah berlaku lancang kepada ayahnya sendiri? oh tidak, menurutnya itu sudah lebih dari kata sopan. Setidaknya, itu cukup sopan untuk menghormati ayahnya yang bajingan ini.

"Jaga mulutmu ketika kau berbicara pada ayahmu sendiri, Uchiha Sasuke" ayahnya mengeram murka, berdesis mengerikan. Tapi sama sekali tidak menggoyahkan pertahanannya, setiap hari mendengar teriakan yang menyakitkan gendang telinga itu, sudah cukup menguji mentalnya.

Dia mendengus, dan tanpa peduli apa-apa lagi menggenggam knop pintu lalu membukanya. Melangkah keluar tanpa memperdulikan ayahnya yang memerintahkannya untuk kembali kekamar. Dia tidak akan peduli lagi pada dua Uchiha itu. Jelas, untuk apa memperdulikan mereka. Bahkan mereka sendiri tidak pernah memperdulikannya, terlalu larut dalam dunia sendiri. Bukankah mereka orang tua yang egois? Jadi jangan salahkan anaknya jika bersikap seperti ini.

Dia masih melangkah santai ditepian jalan, sesekali menendang kerikil kecil yang ada dihadapannya. Jaraknya dengan rumah terkutuk itu sudah lumayan jauh sekarang. Dan tujuannya saat ini adalah tempat itu.

Mengingat tujuan utamanya, dia pun mulai melihat sekeliling. Dan ketika mendapati sebuah taxi yang melaju kearahnya, dia memberhentikan taxi itu. Memasukinya sebelum berbicara dengan si supir taxi, memberitahu tempat tujuannya. Dan setelah mengangguk singkat, sang supir taxi mulai melajukan kendaraannya menuju tempat yang dimaksud.

Didalam taxi, yang dilakukannya hanya memandang keluar jendela, mengamati pemandangan yang tersaji dibalik benda transparan itu. Mobil-mobil yang berlalu lalang, atau toko-toko amperan yang barada dipinggiran jalan entah kenapa terlihat jauh lebih indah dari pada mansion mewah yang selama ini ditinggalinya.

"Tuan, kita sudah sampai"

Ah, sepertinya dirinya terlalu banyak melamun sehingga tidak menyadari kalau dia sudah sampai ketempat tujuannya. dan setelah membayar beberapa yen untuk ongkos taxi tersebut. Dia pun melangkah keluar dan mulai memasuki bangunan yang berada dihadapannya.

Menunggu beberapa saat sampai lift yang ditunggunya turun kembali kelantai bawah. Dan setelah mendengar bunyi yang berdenting, dia bersama beberapa orang lain mulai memasuki ruang yang bisa dikatakan sempit itu. Menyandarkan pungungnya pada dinding lift, dia menunggu benda naik-turun ini sampai pada lantai tujuh, tempat tujuannya.

Ting

Kakinya mulai melangkah keluar setelah melihat pintu lift yang terbuka. Berjalan santai seraya memasukkan tangannya kesaku celana, sesekali dia memperhatikan nomor-nomor yang tertera di setiap pintu, mencari tempat tujuannya. dan ketika matanya mendapati nomor 201. Dia pun mulai mengetuk pintu tersebut.

Tok… Tok… Tok

Perlu waktu beberapa saat untuk menunggu seseorang didalam sana untuk menjawab

"Tunggu sebentar"

Dia dapat mendengarnya, suara yang berasal dari balik pintu itu. Suara yang sangat familiar di telinganya.

Cklek

"Oh, ternyata kau otouto, tumben kau mampir kesini"

Pria didepannya saat ini tersenyum lebar. Dia memiliki penampilan fisik kurang lebih hampir sama seperti dirinya. Pria itu memiliki rambut hitam sepunggung yang diikat longgar, wajah pria ini pun hanya beda sebelas-dua belas dengan dirinya. Hanya saja yang membedakan, pria didepannya ini punya tanda lahir yang seperti keriput yang berada di dua bagian pangkal hidungnya.

"Hn" bergumam singkat, dia tidak perlu banyak basa-basi. Dia lelah dan sekarang waktunya istirahat. Apalagi besok dia harus kesekolah. Hah, benar-benar melelahkan

Mendudukkan dirinya di sofa seraya melirik jam dinding yang bertengger manis di sisi ruangan. Jarum jam itu sekarang menunjukkan pukul 11: 47 malam. Bagus, sekarang benar-benar sudah larut malam. Dia hanya berharap semoga besok dia tidak kesiangan untuk berangkat sekolah

"Sudah kukatakan berapa kali padamu otouto. Sebaiknya kau tinggal saja disini"

Dia menolehkan kepalanya kearah orang yang berbicara tadi. Orang itu sekarang duduk nyaman disofa dihadapannya, kemudian menatapnya intens, menunggu jawaban.

"Aku hanya tidak ingin merepotkanmu dan Shiro, aniki" seseorang yang dipanggilnya aniki sekarang menghela napas. Entah sudah berapa kali dia menanyakan hal ini kepada otoutonya itu. Tapi tetap, jawabannya selalu saja sama.

"Dengar ya otouto, aku dan Shiro-kun sama sekali tidak merasa terepotkan jika kau tinggal disini. dan aku yakin kalau Shiro-kun juga akan merasa senang pamannya tinggal seatap dengannya. Lagipula, bukankah sangat menyebalkan tinggal serumah dengan dua orang tua itu. Jadi, kusarankan kau tinggal saja disini otouto"

Duda satu anak itu bicara panjang lebar. Merasa iba pada adiknya yang dia yakin merasa tertekan karena harus mendengarkan pertengkaran kedua orang tua mereka setiap saat. Dia bersyukur sekarang dirinya sudah bisa menjalani hidup sendiri. dan karena itulah dia lebih memilih tinggal di apartemen sederhana ini bersama dengan anaknya.

"Entahlah aniki, aku akan memikirkannya"

"Berapa lama lagi kau harus berfikir otouto. Dengarlah, kau adikku, dan aku sebagai anikimu merasa bertanggung jawab penuh terhadapmu. Tinggallah disini otouto, aku mohon"

Dia menatap anikinya. Pria didepannya ini tidak pernah memohon sebelumnya. Sesuatu yang membuat pria itu memohon pasti adalah hal yang sangat berharga bagi anikinya ini. dan tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman tulus. Yah, sejauh ini hanya kakaknya inilah yang bisa membuatnya tersenyum seperti ini.

"Hn, aku mengerti. Aku mungkin akan tinggal disini, tapi bukan sekarang"

Dan lagi-lagi hanya helaan nafas yang bisa dikeluarkan oleh si Uchiha sulung. Sungguh, adiknya ini sangat keras kepala.

"Otou-chan?"

Dua Uchiha itu mengalihkan mata mereka kearah pintu yang terbuka. Menampakkan sesosok bocah bersurai hitam, dengan kulit seputih porselen. Dari tinggi badan si bocah, bisa diprediksikan jika dia berumur sekitar lima tahunan.

Bocah itu kini sedang asik mengucek-ucek matanya, dan sesekali menguap lebar. Dilihat dari segi manapun, jelas kalau bocah itu baru saja terjaga dari tidurnya. Apa volume suara yang di keluarkan dua Uchiha ini terlalu besar sehingga membuat sang bocah terbangun?

"Ya? Ada apa Shiro-kun? Apa Shiro-kun haus? Kalau iya, biar tou-san ambilkan minum" Itachi baru saja ingin kedapur, ketika melihat sang anak menggeleng, pertanda kalau bocah yang dipanggil Shiro olehnya itu tidak haus sama sekali. Bocah itu sekarang malah memandang Sasuke seraya menelengkan kepalanya kesatu sisi, bingung.

"Suke-jiichan? Kenapa jii-chan ada disini?"

"Hn, jii-san hanya rindu padamu bocah. Tidak apakan, kalau jii-san menginap disini?" Sasuke melangkah mendekat kearah si bocah, kemudian mengacak surai kehitaman bocah tersebut, gemas.

"Tentu saja tidak apa. Ayo, jii-chan tidur denganku, temani Shiro tidur" dan sekarang bocah itu malah menarik-narik tangan Sasuke. Menyeretnya sampai memasuki kamar sang bocah. Menghasilkan kekehan geli dari si Uchiha sulung yang melihatnya. Ah, anak dan adiknya itu benar-benar menggemaskan

Tapi sedetik kemudian kekehannya itu lenyap, digantikan oleh raut wajah sedih. Dia pun menengadah, menatap langit-langit. Sepertinya dia kembali teringat dengan ayah ibunya yang selalu bertengkar, belum lagi Sasuke yang masih bersikeras untuk menolak ajakannya tinggal di apartemennya ini. Ha, masalah hidupnya seperti tidak ada habis-habisnya saja.

"Apa yang harus kulakukan?… Shion?"

.

.

.

"Tck, berapa lama lagi kita harus menunggu Kyuu?"

Kyuubi menatap wanita disampingnya, jengah. Apa wanita itu tidak tahu kalau telinganya seakan ingin meledak saat mendengar ocehan-ocehan yang selalu wanita itu keluarkan? Uh, hidupnya selalu saja dikelilingi orang-orang menyebalkan

"Bukannya kau bilang akan mendiskusikan cara mengalahkan kampus Suna denganku? Jadi karena itulah aku mengajakmu kesini"

"Itu kau tahu kalau niatku akan mendiskusikan tentang hal itu denganmu. Lalu kenapa aku harus ikut-ikutan menunggu adikmu juga hah?"

Yah, dia sekarang memang sedang menunggu adiknya Naruto pulang sekolah. Mumpung dosen dikampusnya tidak hadir karena ada kepentingan, dia pun berniat pulang dengan adiknya itu. Jarang-jarangkan ada momen seperti ini?

Tapi, wanita berambut biru sebahu disampingnya ini malah mengoceh tiada henti. Membuatnya hanya bisa memutar bola matanya menanggapi sifat sang teman.

"Ayolah Konan, ini tidak akan lama. Beberapa menit lagi adikku juga keluar, jadi bersabarlah sebentar" ujar Kyuubi malas. Sekarang dia sedang menyandarkan punggungnya pada dinding gerbang sekolah, tidak jauh berbeda dengan wanita yang disebelahnya yang sekarang hanya bisa menggerutu dalam hati, menyerah adu mulut dengan Kyuubi.

Teng… Teng… Teng…

"Nah itu suara bel pulang sekolahnya. Sudah kukatakan kan kalau ini tidak akan lama" Kyuubi kembali buka suara setelah beberapa menit terdiam. Dia menatap wanita disampingnya yang hanya bisa menekuk wajahnya dalam. Masih kesal dengan Kyuubi.

"Kyaaaa… Sasuke-kun mau tidak kencan denganku?"

"Kyaaa… Sasuke-kun kencan denganku saja"

"Sasuke-kuuun… terimalah hadiah dariku ini"

Dua wanita itu menolehkan kepala mereka kearah teriakan berisik yang berasal tidak jauh dari posisi mereka saat ini. Lalu mengerutkan dahi saat melihat ada segerombolan siswi yang sedang berdesak-desakkan. Seperti mengerubungi sesuatu atau… seseorang?

"Itu kenapa?" Tanya Kyuubi pada Konan tanpa mengalihkan wajahnya, masih tetap menatap kerumunan itu.

Konan diam. Dia lebih fokus pada kerumunan itu. Ah, tapi sepertinya bukan kerumunan itu yang menjadi perhatiannya sekarang. Melainkan apa yang ada ditengah-tengahnya, sesuatu yang menjadi perebutan para siswi. Ya, dia seperti familiar dengan sosok laki-laki berambut mencuat yang tengah melangkah santai diantara para siswi itu.

"Ah, aku tahu dia!"

Seru Konan seraya mengacungkan telunjuk, sukses mendapat perhatian dari Kyuubi. Konan kemudian beringsut mendekat, memberi tahu apa yang diketahuinya.

"Itu! Seseorang yang sedang dikerumuni para siswi itu. Kalau tidak salah namanya Uchiha Sasuke. Dia-"

"Uchiha Sasuke? Aku tidak kenal"

"Aku belum selesai bicara bodoh"

Dan Kyuubi hanya bisa menggosok telinganya saat Konan berteriak dengan suara yang baginya tidak normal itu. Ah, seharusnya dia tahu, lebih baik menunggu wanita ini selesai bicara dari pada telinganya harus menjadi korban penganiayaan

"Baiklah-baiklah, silahkan kau lanjutkan" ujar Kyuubi mengalah.

Konan menarik napas dalam sebelum bicara "Dia namanya Uchiha Sasuke. Kau pasti pernah dengar nama marga Uchiha-kan?" Tanya Konan pada Kyuubi, tapi hanya gelengan kepala yang didapatinya dari yang bersangkutan.

"Ayolah, mana mungkin kau tidak tahu. Coba ingat-ingat lagi, kau pasti pernah mendengar nama marga itu, terserah apa mau ditelevisi, surat kabar, majalah, yang pokoknya ingat saja" lanjutnya lagi ketika mendapati respon yang negative dari sang teman

Kyuubi lantas mengerutkan dahinya, mengingat-ingat dimana dia pernah mendengar nama marga yang Konan sebutkan tadi. Lalu tiba-tiba sekelebat bayangan pria paruh baya dengan setelan jas mahal dan rambut reven yang tertata rapi memenuhi pemikirannya. Dia pun menganggukkan kepalanya, tanda kalau dia sudah mengingat nama marga itu. membuat Konan yang melihatnya tersenyum senang.

"Uchiha yang sering kita lihat itu namanya Uchiha Fugaku. Dan bocah laki-laki yang dikerubungi para siswi itu adalah putranya" ujar Konan memperjelas. Ditanggapi Kyuubi dengan 'oh' pelan. Namun sedetik kemudian si rambut merah menatap kembali ketempat kerumunan para siswi tadi, yang sekarang menghilang entah kemana. Memperhatikannya dalam

"Dia pasti sangat terkenal ya?" tanyanya entah pada siapa, tapi hal itu didengar jelas oleh Konan

"Tentu saja, jika kau mendapatkan fotonya kau pasti bisa jadi orang kaya dalam sekejab" Konan menatap wanita didepannya dengan wajah sumringah. Entah apa yang dipikirkannya.

"Kenapa begitu?" kembali Kyuubi memusatkan perhatiannya pada Konan. Mendengar kata kaya tadi entah kenapa membuat telinganya berdenging

"Tentu saja, dia kan memiliki banyak penggemar. Jika kau menjual foto-foto Uchiha itu pada penggemarnya, kau pasti akan dapat uang banyak"

Mata Kyuubi berbinar saat mendengar kata 'dapat uang banyak' dari mulut Konan. Tapi tak lama, karena setelahnya kerutan di dahinyalah yang muncul. Dia sepertinya baru menyadari sesuatu

"Konan, tadi kau bilang kalau dia punya banyak penggemarkan" Konan mengangguk. "Lalu, untuk apa aku menjual foto Uchiha itu? aku yakin kalau para penggemarnya itu sudah punya puluhan atau ratusan fotonya. Mana mungkin mereka akan membeli dariku juga, kalau mereka bisa mendapatkannya sendiri"

Konan terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Kyuubi. Para penggemar Uchiha itu pasti sudah mempunyai lebih dari puluhan fotonya. Dan untuk apa menjual lagi pada mereka? Ah, sepertinya dia melupakan tentang hal itu

Tapi tiba-tiba suatu informasi tentang para Uchiha yang pernah didengarnya dari banyak orang melintas dikepala birunya. Dan tanpa bisa ditahan lagi, senyumnya pun merekah lebar. Tck, kenapa dia baru ingat sekarang sih, batinnya.

"Ya, mereka mungkin tidak akan membeli foto Uchiha itu. Jika… foto itu, hanya foto biasa yang sudah mereka miliki"

Kyuubi menatap bingung Konan saat mendengar kata-kata yang dikeluarkannya itu. Oh ayolah, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh si rambut biru yang sekarang malah asik-asiknya tersenyum

"Aku tidak mengerti"

"Ingin kuberi tahu satu hal?" tawar Konan seraya makin merapat kearah Kyuubi. Tapi Kyuubi hanya diam, menunggu apa yang akan dikatakan Konan

"Kau tahu, para Uchiha itu minim ekspresi dan jarang tersenyum. Jadi, jika kau bisa mendapatkan fotonya yang sedang tersenyum itu, kau pasti akan kaya mendadak Kyuu. Tentu saja, jika kau menjual foto itu pada gadis kaya yang menjadi salah satu penggemar si Uchiha"

Kyuubi mengedipkan matanya beberapa kali, lalu tersenyum lebar. Akhirnya, ada kesempatan untuknya mendapat uang dan menggantikan ponsel Sasori. Oh, dan jangan lupakan membeli apel untuk persediaan selama sebulan.

Tapi tak lama kemudian kerutan kembali muncul didahinya. Dia sedang berfikir, bagaimana cara mendapatkan foto Uchiha itu? bukankah tadi Konan mengatakan kalau Uchiha itu jarang tersenyum? Ini pasti akan menjadi hal yang sulit. Belum lagi dia punya banyak urusan yang sangat penting. Oh ayolah, tanpa dirinya genk Akatsuki pasti tidak akan berdaya menghadapi berandalan kampus Suna, itu pikirnya.

"Eh, hei Kyuu! Itu adikmu Naruto, dia sudah keluar"

Menolehkan kepalanya kearah gerbang sekolah, dan mendapati adiknya yang terlihat sedang mengobrol dengan seseorang, temannya mungkin?. Kyuubi menyipitkan matanya, menatap adiknya dalam. Sebelum sebuah ide berlian muncul diotaknya. Dan tanpa bisa ditahan lagi, sebuah seringaian licik bertengger di wajahnya.

"Naruto ya?"

"Kau kenapa Kyuu?"

Merasakan seseorang bertanya padanya, dia pun menolehkan kepalanya keasal suara. Dan mendapati Konan yang sekarang menatapnya takut-takut, serta wajah pucat yang kentara sekali dengan kulitnya yang putih

Tapi Kyuubi masih tidak menghilangkan seringaiannya. Tak tahukah Konan kalau dia sekarang sedang merasa bahagia? Ah, sepertinya Sasori juga harus tahu tentang hal ini.

"Kyuu-nee? Kenapa Kyuu-nee ada disini?"

Dua wanita itu mengalihkan tatapan mereka kearah sesosok gadis blonde yang sekarang sedang menatap mereka bingung. Dan sesegera mungkin Kyuubi menghilangkan seringaian di wajahnya. Tidak ingin rencananya ketahuan.

"Kami sedang menunggumu imouto"

"Menungguku? Bukankah Kyuu-nee harusnya ada dikampus sekarang? Apa jangan-jangan… Kyuu-nee bolos ya?" Tanya sekaligus tuduh Naruto seraya mengacungkan telunjuknya kearah Kyuubi.

"Eh! enak saja. Aku tidak membolos. Kau-nya saja yang punya pikiran negative pada nee-san mu yang tampan ini"

"Aku tidak percaya. Dan apanya yang tampan? Tampang penuh tindikan begitu dibilang tampan? Seharunya kau sadar, kau itu wanita Kyuu-nee. Dan harusnya kau memuji dirimu sendiri cantik, bukannya tampan"

"Terserah jika kau tidak percaya. Dan kukatakan sekali lagi padamu, aku ini tampan. Apa kau tidak tahu kalau piercing itu sedang trend sekarang? Oh, mana mungkin kau tahu, kau-kan kampungan"

"Apa nee-san bilang?"

Konan menghela nafas saat melihat adegan adu mulut antara Kyuubi dan Naruto sekarang. Sungguh, dia berani bersumpah kalau ini bukanlah kali pertama dia melihat pertengkaran adik kakak ini. Saking seringnya dia jadi jengah sendiri

"Sudahlah kalian berdua hentikan! Dan Naru-chan, Kyuubi benar, kami tidak membolos. Kebetulan dosen yang harusnya mengajar kami ada kepentingan. Karena itu, jadilah kami pulang lebih awal, sekalian juga menunggumu untuk pulang bersama" ujar Konan menengahi, membuat dua wanita dihadapannya berhenti adu mulut

"Oh, begitu ya? Maaf, aku tidak tahu" dan Naruto hanya bisa nyengir lebar kearah kakaknya, yang sekarang sedang menatapnya melalui ekor mata, sinis.

"Hn, ayo Konan kita pulang" tangan Kyuubi menggapai tangan Konan, kemudian menariknya ikut bersamanya. Meninggalkan Naruto yang sekarang mengedipkan matanya, lucu. Sebelum akhirnya sadar kalau dia baru saja dicueki oleh kakaknya itu. dan tanpa harus menunggu lama lagi dia pun mulai berlari, mengejar kakaknya yang sudah berada beberapa meter didepannya

"Kyuu-nee tunggu aku!"

.

.

.

Sasori menatap wanita tampan yang sekarang sedang menduduki kursi belajarnya ini bingung. menunggu hal apa yang akan dikatakan oleh sang kakak. Entah kenapa kakaknya ini langsung masuk sembarangan kekamarnya, dan mengatakan kalau dia punya berita bagus. Membuat Sasori yang sedang asik-asiknya tiduran harus menghentikan aktivitasnya itu.

"Jadi, apa berita bagusnya?" mulainya

"Hn, berita bagus yang tentu saja bersangkutan dengan ponselmu otouto"

Mendengar kata ponsel, segera saja Sasori mempertajam indra pendengarannya. Apa Kyuubi akan menggantikan ponselnya? Dia bertanya-tanya dalam hati

"Bersangkutan dengan ponselku? Apa itu berarti Kyuu-nee akan segera menggantinya?" tanyanya antusias, mengubah posisinya yang sedari tadi berbaring menjadi terduduk di tepi ranjang.

Kyuubi menyeringai lebar "Ya, aku akan segera mengganti ponselmu. Tapi, tentu saja, jika kau ingin secepatnya mendapatkan ponsel itu, kau harus membantuku"

Sasori mengerutkan dahinya saat mendengar penuturan sang kakak. Bantuan? Bantuan apa yang di butuhkan oleh kakaknya ini?

"Bantuan apa? Jika itu bersangkutan dengan aku yang harus patah tulang untuk membantumu bekerja. Maaf saja, aku tidak mau" ujar Sasori mengangkat dua tangannya di atas udara seraya menatap Kyuubi malas.

Kyuubi memutar dua bola matanya ketika mendapati sifat sang adik. Apa dia belum mengatakan pada adiknya ini kalau dia juga tidak mempunyai pekerjaan? Hah, jika bukan karena takut diadukan pada Minato, dia juga tidak sudi untuk ini.

"Tidak, bukan tentang itu. Karena yang kubutuhkan darimu hanya bantuan kecil" jelas Kyuubi seraya menekuk sebelah kakinya, masih dengan menatap si bungsu Namikaze.

"Baiklah, bantuan apa yang kau perlukan?" merasa kalau kakaknya ini memang tidak akan menyuruhnya yang macam-macam, Sasori pun menanyakan bantuan apa yang dibutuhkan sang kakak dari dirinya.

"Hm, aku butuh bantuanmu untuk memikirkan bagaimana cara agar Naruto mau mematuhi semua perintahku"

Menautkan alisnya bingung, Sasori benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh sang kakak. Memikirkan bagaimana cara agar Naruto mau mematuhi semua perintahnya? Untuk apa itu semua?

"Baiklah, jujur aku tidak mengerti apa maksudmu Kyuu-nee. Kenapa nama Naruto harus dibawa-bawa? Kau ingin menjadikannya budak, dan menyuruhnya untuk mendapatkan uang begitu? Sebagai seorang kakak, kau benar-benar kejam" Sasori melipat kedua tangannya didepan dada seraya menatap Kyuubi tajam. Merasa kemungkinan pemikirannya hampir mencapai seratus persen. Harus diingat kalau tidak ada wanita yang lebih kejam didunia ini selain Kyuubi, rapalnya dalam hati

Kyuubi terdiam untuk sesaat, dan akhirnya menghela nafas. Terpaksa dia harus mengakui kalau prediksi otak dari subungsu Namikaze benar-benar luar biasa. Tapi dia tidak boleh berhenti hanya karena mendapat pelototan dari sang adik, tidak, rencana ini harus berhasil.

"Ya, kau benar otouto, aku memang akan menyuruh Naruto untuk mendapatkan uang" jeda sesaat, dan Kyuubi dapat merasakan intensitas tatapan dari sang adik semakin tajam "Tapi ini sama sekali berbeda dari yang kau pikirkan. Oh ayolah, aku ini masih punya perasaan untuk menjadikan Naruto sebagai budak. Yang kuinginkan hanya agar Naruto mau mengerjakan sebuah pekerjaan kecil dariku"

Sasori kembali mengerutkan dahinya, semakin bingung dengan arah pembicaraan sang kakak "Tck, ayolah Kyuu-nee, jangan bicara terbelit-belit. Langsung keintinya saja, sebenarnya mengarah kemana pembicaraan kita saat ini?"

Kyuubi menarik kursi yang didudukinya mendekat ketepian ranjang, kemudian kembali memposisikan dirinya dengan dagu yang bertopang pada sandaran kursi, posisi duduknya terbalik saat ini. berpikir sejenak sebelum akhirnya mulai menjelaskan "Kau tahu Uchiha?"

Meskipun agak sedikit membingungkan, tapi akhirnya Sasori hanya bisa mengganggukkan kepala ketika mendengarkan pertanyaan dari sang kakak.

"Bagus jika kau tahu, karena ini bersangkutan dengan salah satu dari para Uchiha itu, lebih tepatnya anak dari Uchiha Fugaku, pengusaha ternama Jepang" Sasori diam, menunggu sang kakak menyelesaikan penjelasannya "Anak dari Uchiha Fugaku itu bernama Uchiha Sasuke, dan dia satu sekolah dengan Naruto"

Kyuubi menghentikan penjelasannya sejenak dengan masih memusatkan perhatiannya pada Sasori. Dapat dilihatnya sang adik balik menatapnya dengan tatapan bingung, sepertinya Sasori masih menunggu Kyuubi melanjutkan penjelasannya

"Dan aku ingin Naruto mendapatkan foto Uchiha itu. Karena ak-"

"Apa?" perkataan yang dilontarkan Kyuubi sukses membuat Sasori terlonjak kaget. Tatapan matanya yang semula penuh kebingungan sekarang berubah menjadi keterkejutan yang sangat kentara "Kau ingin mendapatkan foto Uchiha itu? Ummm, aku tidak tahu kalau kau juga salah satu penggila para Uchiha Kyuu-nee"

"Sialan! Siapa yang bilang kalau aku penggila para Uchiha itu hah? Makanya dengarkan dulu penjelasanku baru bicara bodoh"

Sasori hanya bisa meringis seraya menggosok belakang kepalanya yang menjadi korban geplakan Kyuubi. Apakah salah jika dia terkejut dengan perilaku Kyuubi yang tiba-tiba menginginkan foto seorang Uchiha yang terkenal itu? Sebagai seorang adik yang tahu betul tentang sifat kakaknya yang seorang berandalan, itu hal yang wajar, iyakan?

Menghela napas lelah, Sasori kembali memusatkan perhatiannya pada Kyuubi "Baiklah, kau bisa lanjutkan" ujarnya lemas

"Hm, dengarkan baik-baik, dan jangan potong perkataanku" Sasori mengangguk "Aku menginginkan foto Uchiha itu bukan karena aku salah satu penggemarnya, melainkan karena aku ingin menjualnya" Kyuubi mengakhiri ucapannya dengan seulas seringaian di wajah. Oh, ini benar-benar ide brilian, pikirnya

Sasori kontan saja mengerutkan kembali dahinya, memikirkan maksud perkataan sang kakak. Dan sedetik kemudian matanya sukses membola sempurna, dia menatap Kyuubi yang masih menyeringai dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Berkedip untuk beberapa kali, dan akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, seulas senyuman bahagia tercetak jelas di wajahnya.

"Kau benar-benar jenius Kyuu-nee" serunya dengan tatapan berbinar. Tetapi kemudian digantikan dengan raut wajah kebingungan. Dia hanya belum mengerti satu hal "Jika kau ingin mendapatkan foto Uchiha itu, kenapa harus melibatkan Naruto? kenapa tidak kau saja yang memotretnya langsung?"

Seringaian Kyuubi lenyap, dan kemudian dia hanya bisa menghela nafas "Nah, itu dia masalahnya" dia terdiam sejenak, menarik napas dan kembali bicara "Kau tahu, si Uchiha itu minim ekspresi, dan jika aku memotretnya begitu saja, yang kudapatkan hanya fotonya yang bertampang jalan tol. Dan jelas saja, foto seperti itu tidak akan laku. Jadi, aku butuh Naruto untuk mengawasi si Uchiha itu, dan memotretnya jikalau si Uchiha itu nanti tersenyum. Begitu!" jelasnya panjang lebar

Sasori mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Dia memang pernah mendengar jika para Uchiha itu minim ekspresi, jadi tidak salah jika untuk mendapatkan foto Uchiha itu akan menjadi hal yang sulit. Butuh seseorang yang selalu berada di sekitar Uchiha itu untuk mendapatkannya. Dan ya, mungkin Naruto memang cocok untuk tugas ini, batinnya menyeringai. Ah, kakak dan adik memang sama saja

"Kau sudah mengerti otouto?" lamunan Sasori buyar ketika kakaknya kembali buka suara. Dan dia pun hanya bisa menggangguk kecil untuk itu.

"Jadi, bagaimana? Apa hal yang bisa membuat Naruto mau mengerjakan tugas ini?" Kyuubi menatap fokus pada Sasori, menunggu jawaban dari sang adik. Apakah Kyuubi tidak memikirkan rencana sendiri untuk membuat adiknya mau mengerjakan tugas itu? tidak, dia sudah memikirkannya, hanya saja belum ada yang cocok untuk dilaksanakan sama sekali. Entah kenapa, semua rencana yang dipikirkannya selalu berakhir dengan kekerasan. Dan karena itulah, dia membutuhkan Sasori untuk membantunya memikirkan tentang hal ini.

"Mungkin cara ini bisa berhasil" mendengar penuturan Sasori, kontan saja membuat Kyuubi terlonjak senang. Dia semakin beringsut mendekat kearah sang adik

"Apa itu?" tanyanya penasaran, tanpa bisa menyembunyikan raut bahagianya

"Hmmm, kita harus-"

.

TBC

.

Satu lagi fic pasaran dari uchy#miris#. Entah kenapa ide cerita ini nemplok gitu aja dikepala. Jadinya… yah, beginilah.

Oke, saya tidak akan banyak curcol disini, jadi, karena itu saya akan langsung keintinya saja

NEXT or NOT?

REVIEW