Chapter 1
Still Remember About You
Bulir air mata menetes di pipi bocah laki-laki dengan rambut coklat yang jingkrak, mata biru itu berlinangan. Tangan kecilnya berusaha meraih pundak sang kakak yang tengah berdiri tepat di depannya. Kakak laki-laki yang tak begitu jauh perbedaan umur dengannya, rambut perak lurus, dengan tatapan mata tajam namun lembut. Tangan hangat sang kakak membelai lembut rambut Sora, adik kecil yang menangis itu.
"Kenapa harus kamu kak? Kenapa kakak yang terpilih untuk melawan heartless itu? Kenapa bukan orang lain saja?" tanya Sora bertubi-tubi dengan buliran air mata yang tak bisa berhenti menyebrangi pipinya. "Karena hanya aku yang bisa, Sora. Nanti kamu juga harus menyusul ku ya?" jawab sang kakak lembut, ia membungkuk dan menatap kedua bola mata adiknya lekat. "Bagaimana jika nanti aku ketakutan kak? Kalau malam hari kan gelap." Sora, merengek agar kakaknya tidak meninggalkan dia. "Kau ini. Di dalam gelap pasti masih ada terang. Kalau kamu benar-benar terdesak, panggil nama ku saja." Sora hanya terdiam dan memelas pada kakaknya, "Panggil, Riku."
"Riku?..."
Tiba-tiba dunia Sora menjadi gelap gulita, rasanya sepi, hening. Ia merasakan permukaan benda yang lembut dan hangat. "Sora," seseorang memanggilnya. Suara itu sepertinya Sora kenal."Sora," suara itu datang lagi, dan kini Sora mencoba untuk membuka matanya. "Sora, bangun!"
"Ahh!" Sora bangun terperenjat karena suara seseorang yang memanggilnya itu. "Tidus?!" pekik Sora kesal, "Yap, ayo main! Kenapa tidur di pantai siang-siang, mau berjemur?" tanya Tidus polos. Sora hanya diam kebingungan, sedangkan Tidus mulai merasa kesal karena pertanyaannya tidak di jawab, dan ia meninggalkan Sora begitu saja. "Dasar aneh," gerutu Tidus.
Sora masih saja diam kebingungan, ia melihat ke sekitarnya. Hanya ada Wakka, Selphie, dan Roxas yang sedang bermain voli, Tidus yang sedang berlari ke arah ombak laut, dan Kairi bersama dengan Namine sedang membangun istana pasir. Yang barusan ia alami hanyalah mimpi? Kenapa begitu nyata?
"Riku..." Sora menyebut nama kakaknya lirih. "Sora," tiba-tiba terdengar seseorang memanggilnya dari belakang. Dengan cekatan Sora menoleh, dan matanya menangkap sesosok bayangan, matanya melebar seperti sedang melihat hantu, "Kakak?" ucapnya.
BUK!
Kepala belakang Sora terasa sakit, ternyata ketika ia sedang menoleh, bola yang di mainkan Wakka dan kawan-kawan terlempar kearah kepala Sora. "Sakit, tau!" teriaknya sambil mengusap belakang kepalanya yang kesakitan, lalu Sora melempar balik bola itu ke arah Wakka. Beberapa saat Sora lengah, lalu ketika ia mencari lagi bayangan yang seperti kakaknya, kini telah lenyap. "Kakak?" teriak Sora, tak ada jawaban Sora hanya diam. "Mungkin hanya perasaan ku saja," Sora mencoba meyakinkan dirinya, kalau itu bukan bayangan kakak yang paling di sayanginya.
Kini Sora berlari menghampiri Tidus yang sedang asik bermain ombak. "Tidus, tadi kamu tau aku bermimpi apa?" tanya Sora to the point, "Aku tidak tau. Tetapi kamu menyebut nama Riku beberapa kali," jawab Tidus polos. Sora hanya tersenyum untuk membalasnya, kini ia mengikuti Tidus bermain dengan ombak. Kaki-kaki mereka menendang ombak yang datang dengan kuat, sensasi yang di rasakan Tidus benar-benar membuatnya senang, tidak begitu dengan Sora yang menendang dengan mimik wajah serius. Ia masih memikirkan apa arti mimpinya tadi, dan bayangan apa tadi itu?
"Apa kak, apa yang inginkankau sampaikan pada ku? Beberapa hari ini aku selalu memikirkan mu kak," ucap Sora dalam hati. Sejenak ia menghentikan gerak kakinya, kini ia menatap langit dengan tatapan bertanya-tanya, lalu meredupkan sepasang mata biru itu.
