.


PROLOGUE

THE CONFESSION

You know our love would be tragic
So you don't pay it, don't pay it no mind


.

Hal itu bermula dari percakapan kasual. Hubungan sebatas sahabat dekat yang mendadak menjadi lebih ketika Kyungsoo—dengan segala keberanian, mengungkapkan perasaannya kepada Jongin.

"Kau tahu," suara lirih bernada getir mengiris sunyi, dua pasang mata yang tidak saling tertambat menyaksikan gambar di layar kaca yang terus-menerus berganti. "Aku sudah lama jatuh cinta padamu."

Bergeming, jemari Jongin memainkan puntung yang tergantung bebas di antara telunjuk dan jari tengah. Ia meresapkan sekali lagi nikotin ke dalam paru-paru, membiarkan hening mengendap lebih lama untuk menemani hela napas tertahan Kyungsoo.

Kemudian, "aku tahu."

Balasan tersebut lepas dengan begitu datar, tanpa adanya setitik keterkejutan. Belum ada satupun dari mereka yang sekiranya sudi untuk menoleh.

Keduanya tahu permasalahan utama mengapa kisah cinta ini akan menjadi sesuatu yang rumit. Terlepas dari hubungan persahabatan mereka, titik berat yang lebih mengancam adalah sesuatu yang lain.

Kim Jongin tidak pernah menetap.

Hatinya merupakan nomaden yang mengembara tanpa ingin singgah bahkan untuk sementara.

Berpindah untuk meraup prespektif baru. Mengingkari jemu dengan dalih bahwa manusia bukan termasuk tempat tinggal.

Perasaan Kyungsoo—bagaimanapun, selalu nyata bagi Jongin.

Biasnya tidak pernah luput berada di sana—di dua kornea yang menatapnya lembut entah seberapa larut dan mabuk ia kembali ke apartemen mereka, entah seberapa berkarut dan buruk keadaannya ketika menggelayut di bahu Kyungsoo.

Menghancurkan rokok yang telah mencapai pangkal, Jongin akhirnya berpaling. Menatap sosok yang menyiratkan teduh bahkan dalam balutan pakaian tidur lusuh dan kedip remang cahaya televisi.

"Kau boleh berhenti."

Tawa pahit Kyungsoo mengudara sesaat setelah Jongin mengucapkan kalimat itu—untaian tawa terpaksa yang menyiratkan ironi serta simpati kepada diri sendiri sebab Jongin tentu tidak mengerti.

"Bukan aku yang memiliki kuasa atas itu."

Kim Jongin tentu tidak akan mengerti bahwa jatuh cinta adalah ketidaksengajaan paling brengsek yang dibebankan ke manusia tanpa kemudi pengendali.

"Kau akan menyesal." Jongin membalas, berharap kalimatnya akan menciptakan sejumput ketakutan lalu merampas tenang yang menaungi aura Kyungsoo sekarang.

Namun lelaki di sampingnya menengadah, senyum memancarkan damai seolah hari esok tidak akan pernah cukup kuat untuk meremukkannya.

"Menyesal karena jatuh padamu?" tanya Kyungsoo, mata berkaca-kaca—mungkin karena air mata, mungkin karena perasaan lega. "Aku tahu."

Jeda panjang tanpa suara, Kyungsoo mengulang. "Aku tahu."

"Good."

Kemudian, percakapan itu beranjak padam.


THE CONFESSION: TO BE CONTINUED


Author's Note

AKUTUH YA, KURANG SAYANG APA COBA SAMA KALIAN.

Kalian banyak yang bilang jangan pindah, yaudah aku crossposted di sini juga selain di Wattpad (username: redsherr).
Da pokonya mah buat kalian apa atuh yang engga mah :(
Jadi jangan lupa review, kritik, ataupun sarannya ya.

Aku ga janji bisa update cepet, cuma kangen ya jadi gimana atuh :(
Mana pendek banget chapter-nya. Tapi semoga kalian tertarik yaws!

XOXO
Sher.