My Overprotective Brother by

CherryKnight23

.

.
.

Hai semua… aku author newbie disini.

Ini fanfict. Pertama aku. Jadi buat para reader

Yang udah sempat luangkan waktu untuk membaca fict. Abal ini,

Mohon koreksinya ya…

Flame juga boleh, asalkan yang mendukung ^_^.

.

.

.

.

Naruto Masashi Kishimoto

Story CherryKnight23

Rate : T

Pairing : SasuSaku and other

Genre : Romance, Drama, dan SEDIKIT Humor(maybe)

Warning : OOC, AU, Typo's, Crack Family, dan mungkin masih banyak lagi

.

.Don't Like Don't Read !

Chapter 1

Pagi hari yang cerah. Seorang gadis cantik yang sedang terlelap menggeliat dalam tidurnya. Cahaya matahari pagi itu benar-benar mengganggu tidurnya yang indah. Gadis itu terbangun dan merubah posisinya menjadi duduk. Seandainya jika dia tidak ingat bahwa hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, mungkin gadis itu sekarang masih terus bergelut dengn selimut hangatnya.

"Sudah pagi ya? Hoaamm… cepat sekali." Gumam gadis itu sambil menguap.

"Sakura-sama, sekarang sudah saatnya anda mandi dan bersiap-siap menuju sekolah." Ucap seorang maid yang baru saja masuk kedalam kamarnya. Dengan malas-malasan, gadis yang di panggil Sakura itu melangkahkan kakinya mengambil handuk yang di sediakan oleh seorang maid yang memang bertugas untuk membawa handuk, kemudian masuk ke kamar mandi.

Di Ruang Makan…

"Gaara-kun, apa adikmu sudah bangun? " Tanya seorang wanita muda yang sangat cantik kepada seorang pemuda tampan yang sedang mengolesi rotinya dengan selai coklat.

"Entahlah Kaa-san, bilang saja pada Ayame-san agar membangunkannya." Sahut pemuda tampan yang bernama Gaara itu. Ibunya cuma mengeleng-ngeleng melihat kelakuan anaknya itu.

Tak lama kemudian, Sakura berjalan pelan memasuki ruang makan ditemani dengan seorang pemuda tampan berwajah baby face yang saat itu sedang menggodanya. Sedangkan Sakura cuma menanggapinya dengan wajah cemberut yang malah terlihat sangat imut. Membuat Sasori, pemuda tampan tadi pun gemas dan mecubit pipinya.

" Awww… sakiit baka Nii-chan!" Rintih Sakura sambli melepaskan cubitan maut Sasori di pipinya yang putih bersih tanpa noda sedikit pun. Seperti porselen saja.

"Ehm ! Sudahlah, Sakura, Sasori, cepat duduk dan sarapan. Nanti kalian terlambat. " Ucap sang kepala keluarga, Akasuna Kaito. Sasori dan Sakura segera duduk di tempat masing-masing kemudian melanjutkan sarapan yang seharusnya sudah di lakukan sejak beberapa menit yang lalu.

Selesai sarapan. Sakura, Gaara, dan Sasori pun berangkat ke sekolah mereka. Ayah Sakura juga sudah berangkat sejak 5 menit yang lalu.

Sakura POV

Benar-benar menyebalkan ! awas saja mereka berdua, aku akan ngambek seharian. Enak saja menyuruhku berangkat sendiri. Padahalkan sekolahnya kan sama. Menyebalkan. Oh iya, aku lupa, Kenalkan namaku Haruno Sakura. Aku anak dari Akasuna no Kaito dan Haruno Rin. Aku mempunyai dua kakak. Kakak pertamaku bernama Akasuna no Sasori, itu loh yang tadi mencubit pipiku. Kata orang sih dia sangat tampan dan imut. Kalau menurutku sih, dia sangat, sangat, sangat menyebalkan. Kerjanya setiap hari cuma menggodaku saja. Dasar !

Kakak keduaku namanya Sabaku no Gaara. Orang juga bilang kalau kakakku ini juga sangat tampan dan keren. Dia itu pendiam dan irit bicara. Tapi itu menurut orang-orang, kalau menurutku dia itu sama menyebalkannya seperti Sasori Nii-chan. Sama-sama playboy, selalu saja gonta-ganti pacar. Memang sih mereka berdua itu sangat populer di sekolah. Apalagi dengan marga keluarga yang mereka pakai. Tapi dari itu semua yang paling, paling, paling, paling aku benci dari mereka yaitu sifat mereka yang terlalu OVERPROTECTIVE padaku. Bayangkan saja, mereka selalu menyewa mata-mata untuk mengawasiku setiap hari. Ayah saja tidak begitu. Makannya, sejak Sekolah Dasar aku memilih untuk tinggal di Amerika bersama dengan Bibi Kushina, saudara ibuku. Lalu setelah SMP, aku kembali ke Jepang, dan Homeschooling. Aku pernah mengadu kepada ayahku atas sikap mereka berdua. Kalian tau apa yang di katakannya ? ayahku bilang, " Hahaha, itu artinya kedua kakakmu itu sangat sayang padamu. Dulu saja, waktu masih SMA ayah juga biasanya menyuruh mata-mata untuk mengawasi ibumu. Kau tau waktu itu….. bla…bla….bla…..blaa…. Hahaha. Rasanya ingin kembali seperti dulu." Kalian benar, ayahku malah asyik menceritakan masa lalunya dan membuat aku tambah stress saja. Haaahh… begitulah nasibku. Makanya sampai sekarang aku jarang mempunyai teman.

END POV

Sakura melajukan mobilnya memasuki gerbang sekolah yang akan menjadi rumah kedua baginya. Dia pun turun dari mobilnya dan membarikan kuncinya kepada seorang petugas yang memang ditugaskan untuk memarkirkan kendaraan setiap siswa maupun guru. Disana dia dapat melihat seuah mobil Bugatti Veyron Super Sport berwarna merah metalik yang dia yakin itu adalah mobil Gaara. Dia ingat kalau mobil yang seharga $ 2.400.000 atau sekitar Rp. 23 milyar lebih itu adalah hadia ulang tahun dari Ayahnya. Apalagi dia melihat Sticker nomor 19 di sudut kanan atas kaca depan mobi itu. Karena dia tahu, kalau Gaara selalu memberi Sticker yang khusus dipesannya pada barang-barang kesayangan miliknya. Misalnya Laptop, I-Pod, I-Phone, dan lain-lain. Alasannya sih supaya tidak di ambil orang. Ckckckckck.

Lalu di samping mobil Gaara, dia melihat sebuah mobil Koenigsegg Agera R berwarna putih yang harganya sekitar $ 1.600.000 atau Rp.15,5 Milyar. Mobil itu adalah mobil yang di beli oleh Sasori saat mereka pergi ke Inggris untuk berlibur.

Memang, bagi mereka mobil-mobil seperti itu bukan apa-apa. Mengingat status mereka sebagai orang kayak ke dua di dunia setelah keluarga Uchiha. Selain itu, Ibu dari Ayah Sakura adalah Anak tunggal dari Keluarga Akasuna, yang merupakan Bangsawan Jepang yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia. Selain itu, Ibu dari Ibu Sakura juga meruapakan anak bungsu dari Keluarga Sabaku yang merupakan keturunan darah biru murni yang masih sangat berhubungan dengan keluarga-keluarga kerajaan di Konoha dan Suna. Selain itu, Mereka juga orang yang sangat di hormati di masyarakat baik di Jepang maupun di luar negeri sekalipun.

Setelah petugas itu selesai memarkirkan mobil Volvo putih milik Sakura. Petugas itu pun memberikan kunci mobil tersebut kepada Sakura. Sambil menenteng tas punggungnya, Sakura pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang Kepala Sekolah untuk menanyakan kelas mana yang akan di tempatinya.

Sakura berjalan dengan anggun melewati koridor sekolah. Semua mata memandangnya penuh dengan kekaguman. Siapa sih yang tidak kagum jika kau melihat seorang gadis yang bagaikan bidadari berjalan melewati kalian ?

Rambut sakura yang panjang sepinggang di biarkan tergerai. Poninya yang sudah cukup panjang dibirkan menyamping kemudian di jepait dengan sebuah jepitan berbentuk pita berwarna coklat caramel. Sewarna dengan seragam yang digunakannya saat ini. Seragam yang digunakan Sakura berupa kemeja berwarna putih, kemudian dasi berwarna coklat kemerah-merahan. Setelah itu ditutupi dengan blazer hitam dengan lambang KEHS dibagian dada kanannya. Roknya berwarna sama dengan dasinya bermotif kotak-kotak berada 5 cm di atas lutut. Kemudian dipadukan dengan kaos kaki hitam panjang sampai lutut dengan renda-renda berwarna putih dipadukan dengan sepatu balet berwarna hitam dengan pita (Ga bisa menerangkan penampilan jadi bayangkan saja seragamnya itu seperti seragam sekolah di Drama Korea Boys Before flower. Hehehehe *ditimpukBuku*).

"Maaf, apakah kau tahu jalan menuju ke ruang kepala sekolah ?" Tanya Sakura dengan lembut kepada sorang siswa perempuang yang memang sedang menatapnya.

"E..eh.. ru..ruang kepala sekolah ya… ada di lantai delapan. Kalau mau ayo ku antar." Ucap gadis cantik bercepol itu. Sakura tersenyum dan mengangguk.

Mereka pun berjalan menuju kea rah lift yang tidak jauh dari situ. *ckckck…sekolah elite banget sampai naik ke lantai atas pake lift segala*. Memang sekolah itu bukan sekolah sembarangan. Hanya dari kalangan atas saja yang bisa masuk ke sana. Sekolah itu menggabungkan tiga tingkatan yaitu tingkat SMP, SMA, dan Universitas. Semua tingkatan memiliki fasilitas yang sama lengkapnya. Hanya gedung kelasnya saja yang berbeda. Untuk tingkat Junior, gedung kelasnya berlantai 21. Senior berlantai 32, sedangkan untuk universitas berlantai 56. Itu pun masih bukan termasuk ruangan-ruangan ekskul dan lab. Ckckckck mewah bener.

"Eh, kalau boleh tahu, nama kamu siapa ?" Tanya gadis bercepol itu pada Sakura.

"Haruna Sakura. Kalau kau ? " Tanya sakura balik. Dia memang sengaja menyembunyikan marganya agar tidak diperlakukan seperti orang bangsawan pada umumnya.

"Namaku Tenten Fay, yoroshiku onegaishimasu" Jawab Tenten. Sakura tersenyum. Dia kenal siapa Clan Fay itu. Mereka itu adalah pemilik perusahaan pembuat senjata yang paling terkenal di seluruh dunia. Cabangnya saja sudah ada di mana-mana. Tidak salah Mereka menjadi orang terkaya urutan ke Delapan.

Tak lama kemudian, mereka sampai pada sebuah pintu yang bertulisakan 'Tsunade Senju Room'. Sakura mengucapkan terima kasih kepada Tenten yang telah mengantarnya. Dengan senang hati. Tenten yang memang suka membantu orang itu hanya tersenyum kemudian kembali ke kelasnya Karena sebentar lagi bel tanda masuk jam pertama akan berbunyi. Dengan perlahan-lahan, Sakura pun mengetuk pintu yang terlihat mewah itu.

"Siapa ?" Tanya sebuah suara yang diyakini Sakura sebagai suara kepala sekolah mereka.

"Ini aku Baa-chan." Jawab Sakura . Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka. Seorang pelayan menyambut Sakura sambik terkagum melihat Sakura yang begitu cantik.

"Selamat pagi nona, Tsunade-sama meminta saya untuk menyambut anda." Ucap pelayan tersebut

"Terima kasih. Dimana dia ?" Tanya Sakura sambil mengalihkan pandangannya menyapu seluruh ruangan bercat coklat caramel tersebut. Berbagai fasilitas mewah menghiasi ruangan itu.

"Silahkan ikuti saya nona." Ucap sang pelayan sambil barjalan menuju sebuah pintu yang penuh dengan ukiran yang sangat indah. Sakura pun mengikuti pelayan tersebut.

Disana, dia melihat seorang wanita yang usianya sebenarnya sudah memasuki 40-an tahun, tapi masih terlihat sangat muda sedang menduduki sebuah kursi sambil menopang dagu denga kedua tangannya yang dilipat. Sakura tersenyum senang. Dia kemudian berlari dang langsung menghambur ke pelukan Tsunade.

"Apa kabar gadis manis ?" Tanya Tsunade sambil mengacak-ngacak rambut Sakura penuh sayang. Sakura memanyunkan bibirnya.

"Baa-chan, jangan diberantakin dong…" Ucapnya dengan nada manja. Tsunade tersenyum. ' Tingkah bocah ini memang tidak pernah berubah' Batin Tsunade. Tsunade Senju adalah bibi Sakura, Ayah dari Ayah Sakura bersaudara dengan Ibu dari Tsunade. Selain itu, Tsunade sangat menyayangi Sakura dan sudah menganggap Sakura sebagai anaknya sendiri karena Akanya sendiri sedang menempuh pendidikan di Belanda.

"Oh iya, dimana Orochimari Jii-san ?" Tanya Sakura.

"Dia sedang mengajar, Sakura. Kau bisa menemuinya nanti." Jawab Tsunade. Orochimaru adalah suami dari Tsunade. Dia juga sangat menyayangi Sakura. Selain itu, Orochimaru juga meruapakan pemimpin Yakuza. Bukan Yakuza yang sering melakukan kejahatan. Tapi Yakuza yang berperan dalam meringkus criminal-criminal yang meresahkan masyarakat.

"Hmm… Sakura, kau akan kutempatkan di Diamon-class. Nanti wali kelasmu yang akan mengatarmu." Ucap Tsunade sambil menyuruh pelayannya memanggil wali kelas Sakura.

"Baa-chan, memang disini ada berapa kelas ?" Tanya Sakura sambil memiringkan kepalanya membuatnya semakin imut.

"Disini, kelas XI memiliki delapan belas kelas, Tiga kelas dari delapan kelas tersebut adalah kelas istimewa. Yang pertama, Silver-class. Disana terdapa muris-murid yang sangat berprestasi di sekolah ini. Yang kedua, Gold-class, disana terdapat murid-murid yang cerdas dan memiliki peran penting untuk sekolah. Dan yang terakhir, Diamond-class. Itu adalah kelasyang sangat diincar oleh setiap tingkatan. Karena disana tempatnya para murid yang jenius yang IQ nya melebihi 200, selain itu. Semua yang berada di Diamond-class berasal dari keluarga-keluarga terpandang dan memiliki paras bagaikan bangsawan." Jelas Tsunade panjang lebar. Sakura mengangguk-anggukan kepalanya.

Tak lama kemudian, pelayang yagn di perintahkan Tsunade tadi telah kembalii bersama dengan seorang Pria bermasker, berambut silver melawan gravitasi sambil tersenyum di balik maskernya.

"Selamat pagi Tsunade-sama, ada apa ?" Tanya pria bermasker tersebut sambil memandang kagum kearah Sakura.

"Kakashi-san, kelasmu kedatangan murid baru. Namanya Harun-"

"Haruna Sakura." Jawab Sakura cepat memotong perkataan Tsunade. Tsunade sendiri mengerutkan keningnya. 'Kenapa dia menyembunyikan marganya ?' Batin Tsunade.

"Ehm.. Ba..baiklah Haruna-san. Sekarang kau ikutlah denganku. Aku akan mengantarmu ke Diamond-class." Ucap Kakashi berusaha untuk menutupi kegugupannya. Sakura mengedipkan sebelah matanya kearah Tsunade sebelum melangkahkan kakinya mengikuti Kakashi yang udah berjalan duluan.

"Hahhh… Apalagi yang direncanakan anak itu…" Gumam Tsunade sambil memijit pelipisnya.

Tok..tok…tok…

Kakashi mengetuk Sebuah pintu tang terbuat dari kaca dan berlapiskan emas di setip ukirannya. Sakura tersenyum. Sekolahnya kali ini benar-benar mengesankan.

Pintu pun terbuka, dan muncul seorang wanita muda berambut ikal panjang dan bermata ruby. Cantik sekali.

" Ada apa Kakashi ?" Tanya wanita itu.

"Tsunade-sama menyuruhku untuk mengantar murid baru ke Diamond-class." Jawab Kakashi sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dan membacanya.

'Hah ? bukankah itu novel yang dibuat oleh Jiraiya-Jii…' Batin Sakura. Jiraiya adalah saudara Tsunade.

Kurenai -wanita itu- mengalihkan pandangannya kea rah Sakura. Dia kagum sekali dengan kecantikan Sakura.

"Baiklah, siapa namamu gadis manis ?" Tanya Kurenai sambil tersenyum.

"Namaku Haruna Sakura." Jawab Sakura sambil membungkuk.

"Baiklah, karena keperluanku sudah selesai, aku pergi dulu." Ucap Kakashi meninggalkan Kurenai dan Sakura sambil terus membaca bukunya itu.

"Tunggu disini ya, Haruna-san." Ucap Kurenai smbil memasuki ruang kelas tersebut.

Ruang kelas Diamond-class begitu tenang. Para siswa sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kurenai-sensei. Bagi mereka, tugas tersebut bukanlah sesuatu yagn sulit. Padahal soalnya bagaikan soal yang ada di olimpiade yang sering mereka ikuti. Yah, namanya juga anak-anak jenius.

" Ehm… Anak-anak kelas kalian kedatangan seorang murid baru. "Ucap Kurenai yang berdiri di depan kelas. Para siswa perempuan mulai berbisik-bisik. Tidak biasanya kelas mereka kedatangan murid baru. Atau bisa dikatakan sangat jarang sekali. Tidak heran jika jumlah siswa yang ada di Diamon-class hanya berjumlah 30 orang. Padahal di kelas lainnya berjumlah 60-70 orang.

"Haruna-san, silahkan masuk." Ucap Kurenai sambil memandang kearah pintu. Sakura pun melangkahkan kakinya memasuki kelas yang mewah tersebut dengan anggun. Semua yang ada dikelas itu memandang kagum dan iri pada Sakura. Gadis itu benar-benar cantik bagaikan bidadari. Seorang siswa berambut pirang jingkrak bermata sapphire memandang gadis itu dengan kening berkerut. 'Sakura-chan ? Dia sudah diizinkan masuk sekolah ?' Batin laki-laki itu, sebut saja Naruto.

Sedangkan pemuda tampan yang berada di samping Naruto terus memandangi gadis itu tanpa berkedip. Dia merasakan sesuatu getaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. 'Gadis itu benar-benar cantik' batinnya.

"Hajimemashitte minna-san, watashi no namae wa Haruna Sakura desu. Dozo yoroshiku onegaishimasu…" Ucap sakura sambil membungkuk sedikit.

"Haruna-san, silahkan duduk di samping Hyuuga Hinata." Ucap Kurenai. Yang disebut namanya hanya mengangkat tangan dengan pipi merona. Sakura mengangguk dan berjalan menuju bangku yang disebutkan tadi.

"Ke..kenalkan na..namaku Hyu..Hyuuga Hi..Hi..Hinata." Ucap Hinata gugup sambil mengulurkan tangannya. Baru kali ini dia melihat gadis yang begitu cantik.

"Ha'i. Namakuu Sakura. Kita berteman ya…" Ucap Sakura sambil menjabat tangan Hinata. Hinata tersenyum lembut.

Pelajaran pun kembali lanjutkan.

Kriiiiiiiiiiinnggggg…

Bel istirahat telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar. Sakura masih membereskan bukunya.

"Sakura-chan… kau mau kantin ?" Tanya Hinata. Sakura mengangguk. Setelah selesai membereskan bukunya mereka melangkah keluar kelas. Tapi baru saja mereka mencapai pintu. Tiba-tiba mereka dihalangi oleh Seorang gadis cantik berambut pirang pucat bermata violet yang memandang mereka dengan tatapan sinis. Di ikuti oleh beberapa gadis yang Sakura yakin berasal dari kelas ini juga.

" Shion… izinkan kami lewat." Ucap Hinata pelan. Sepertinya dia sudah tahu kalau sebentar lagi mereka akan kena semprot(?) dari Shion.

"Heh ! Anak baru, dasar sok cantik ! aku heran kenapa bisa ada clan Haruna yang namanya bahkan belum pernah aku dengar masuk ke Diamond-class ? Kau masuk karena beasiswa ya…?" Ejek Shion sambil menyeringai. Sakura Cuma tersenyum sedikit. 'ck, dasar sok !' Batin Sakura. Merasa tidak dihiraukan Shion pun mendorong bahu Sakura dan membuat Sakura sedikit terhuyung kebelakang.

"akh !" Sakura merintih sedikit.

"Shion ! maumu apa sih ?" Bentak Hinata geram. Dia memang dari dulu tidak menyukai sifat Shion yang seenaknya. Mentang-mentang keluarganya merupakan penyumbang terbesar di sekolah setelah Uchiha dan Senju.

"Owww… aku lupa kalau kau ada di sini Hinata-chan…" Ucap Shion dengan nada yang dibuat sedih. Malah membuat Hinata semakin kesal.

"Sudahlah, Hinata. Biarkan saja, anggap saja ada jin yang berbisik begitu kencang di telingamu." Ucap Sakura pelan sambil terkekeh kecil. Membuat Hinata menahan tawa. Shion pun geram.

''Hei Haruna ! Kau tidak tau siapa aku ?" Tanya Shion angkuh.

"Kau Shion. " Jawab Sakura dengan wajah Innocent. Membuat Shion menyeringai. Dia mengibaskan rambutnya bak model membuat Hinata mau muntah.

"Hahaha… Asal kau tahu ya, aku ini anak dari penyumbang terbesar di sekolah ini setelah Senju dan Uchiha." Jawab Shion dengan sombong. Sakura memutar bola matanya.

"Terus maumu apa ?" Tanya Sakura sambil melipat tangannya di depan dada membuat Shion merasa tertantang.

"Tentu saja menindasmu." Jawab Shion.

"Memang apa untungnya menindasku ?" Tanya Sakura lagi berpura-pura lemot.

"Yahh… Tentu saja untuk membuktikan padamu bahwa kau gadis yang paling berkuasa di Diamond-class ini !" Ucap Shion dengan bangganya.

"Sudahlah, kalau itu memang tujuanmu semoga tercapai. Kami mau ke kantin dulu, apa kau mau ikut ?" Tanya Sakura ramah. Dia tidak mau mencari masalah apalagi di hari pertamanya di Sekolah ini.

"Cih, dasar. Jijik aku pergi ke kantin bersamamu. Clan Haruna kan klan miskin. Dasar murid beasiswa. Girls ayo pergi !" Setelah mengatakan itu, Shion dan pengikutnya pun pergi sambil engibaskan rambutnya.

"Grrr…. Dasar bebal !" Geram Hinata. Membua Sakura tertawa kecil. Dia tidak menyangka ternyata Hinata gadis yang cukup garang juga. Mereka pun melangkahkan kakinya meninggalkan kelas dan menuju kantin.

Sepanjang perjalanan, siswa-siswi melihat mereka berbisik-bisik sambil menatap kagum kearah Sakura dan Hinata. Setidaknya mereka sudah biasa melihat Hinata, tapi Sakura ?

"Hinata, kantinnya ada di mana ?" Tanya Sakura sambil melihat sekeliling dan tersenyum kepada orang yang tidak sengaja berpapasan mata dengannya.

"Kita ke kantin khusus Diamond-class." Jawab Hinata. Sakura Cuma mengangguk-anggukan kepalanya.

"Memang setiap kelas punya kantin sendiri ya ?" Tanya Sakura lagi.

"Hm… tidak, di sekolah ini setiap tingkatan memiliki 20 kantin. 3 dari 20 kantin tersebut memang khusus untuk Diamond-Class, Gold-class, dan Silver-class." Jelas Hinata.

"Wah… begitu istimewa ya…" Gumam Sakura.

Di Kantin Diamond-class tingkat XI

Terlihat beberapa murid laki-laki menduduki sebuah meja yang sangat mewah di dalam kantin tersebut. Seorang pemuda berambut biru donker duduk melamun. Mengundang tanda Tanya besar bagi para sahabatnya. Tidak biasanya pangeran dingin itu melakukan hal yang dianggapnya tidak penting.

" Hoi Teme ! kau kenapa ? tidak biasanya kau melamun, bukankah hal itu kau anggap tabu eh ?" Godan Naruto seraya menyeringai. Sasuke tersentak kaget dan memberikan deathglare andalannya kepada sahabat pirangnya itu.

"Urusai !" Geram pemuda itu. Naruto dan kawannya yang lain tertawa melihat tingkah tuan muda yang satu itu.

"Hahaha, Naruto benar Sasuke. Tidak biasanya kau melamun, ada yang engkau pikirkan ?" Tanya seorang pemuda tampan berambut nanas sambil menopang dagunya dan melirik kearah pemuda yang bernama Sasuke itu.

"Hn. Bukan urusanmu." Jawab Sasuke dingin sambil menyeruput jus tomatnya. Membuat Shikamaru dan Narutto memutar bola matanya.

"Dasr Teme, selalu saja menyimpan masalhnya sendiri." Ucap Naruto sambil melanjutkan makannya yang sempat tertunda gara-gara menjahili sahabatnya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba suasana kantin menjadi riuh oleh teriakan-teriakan para siswa laki-laki. Membuat Naruto, Sasuke, dan Shikamaru menoleh malas ke arah mereka.

"Wuihh… cantik duduk disini saja!"

"Jangan dengarkan dia ! kau bersamaku saja!"

"Mereka berisik, lebih baik kalian duduk dengan kami saja. Tenang aku yang traktir kok"

Kira-kira begitulah teriakan-teriakan tidak jelas itu. 'Sebenarnya kenapa sih?' batin ketiga cowok tampan yang duduk di meja paling sudut tersebut.

Ternyata Sakura dan Hinata baru saja memasuki kantin dan membuat seisi kantin tiba-tiba heboh.
"Eh… Hinata, kita mau duduk dimana ?" Tanya Sakura sambil tersenyum tipis kearah para pemuda yang menawarinya tempat.

"Ehm… Dimana ya?" Hinata melihat ke sekeliling kantin. "Ah, disana saja, Sakura-chan!" Seru Hinata senang sambil menarik tangan Sakura menuju ke sebuah meja kosong yang berada tepat di samping meja ketiga pemuda itu. Mata Sasuke tidak pernah lepas dari sosok Sakura yang berjalan begitu anggun menghampiri meja kosong yang berada di samping meja yang sedang mereka tempati sekarang. Naruto yang memang sedari memperhatikan Sasuke pun mengalihkan pandangannya ke arah pandang Sasuke. Sebuah seringai khas Namikaze Naruto pun terpatri di bibirnya.

"Hooohh…. Jadi Saku-chan penyebab kau melamun dari tadi?"Goda Naruto dengan seringai yang terpampang jelas di wajahnya. Membuat kesan seksi bagi para fans-nya yang melihatnya.

"Apa maksudmu, aku bahkan tidak mengenalnya, Dobe?" Sasuke memberikan deathglare mematikan padan Naruto. Namun itu tidak membuat Naruto berhenti untuk terus menggodanya.

"Ck, Urusai!" Sasuke yang merasa risih akhirnya menjitak kepala pirang Naruto.

BLETAKK

"Teme ! kau selalu kejam padaku!" Jerit Naruto sambil pura-pura menangis seperti anak kecil, membuat Sakura dan Hinata yang sedang mengobrol mengalihkan pandangannya ke arah Sasuke dan kawan-kawan. Muka Hinata langsung memerah mengetahui suara itu berasal dari Naruto. Sakura yang menyadari bahwa sahabat barunya itu sedang berblushing ria hanya tersenyum. Sakura sudah bisa menebak pemilik suara cempreng itu. Nnaruto, adalah sepupunya. Ibunya adalah saudara dari ibu sakura. Naruto juga sungguh overprotective padanya walaupun tidak se-overprotective kedua kakaknya.

"Hehehehe… Kau menyukainya ya, Hinata ?" Goda Sakura. Wajah Hinata semakin memerah.

"E..EEHHH…EHH..TI..TIDAKK!" Seru Hinata keras. Membuat seluruh pasang mata memandangnya heran.

"Sejak kapan Hyuuga Hinata yang lemah lembut itu berteriak ?' Itulah kira-kira batin mereka.

"Kau kenapa Hinata-chan ?" Tanya Naruto seraya melangkah mendekati meja Sakura dan Hinata. Hal itu malah membuat Hinata semakin gugup. Sedangkan Sakura malah cekikikan tidak jelas.

"Ehh.. Ak..aku tidak a..apa-apa, Na..Naruto-kun."Jawab Hinata gugup. Namun hali itu juga membuat Sakura gugup. Bisa-bisa identitasnya terbongkar jika Naruto ada di sini.

"Sebaiknya aku pergi. Jaa nee Hinata-chan!" Ucap Sakura sambil tersemun jahil. Naruto memandang bingung kearah Sakura yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka berdua.

"E..Ehm… Naruto-kun, se..sebaiknya aku menyusul Sakura-chan." Ucap Hinata dengan wajah yang sudah berubah warna menjadi merah padam. Dia pun segera beranjak meninggalkan Naruto yang masih terdiam gara-gara kelakuan Sakura tadi.

"Cih! Dasar bodoh." Ejek Shikamaru sambil menguap lebar. Sedangkan Naruto tambah bingung dengan sikap ketiga orang tersebut.

"Sudahlah, lebih baik kita segera kembali ke kelas." Ucap sasuke dingin sambil beranjak dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan kantin tanpa menghiraukan kedua temannya itu. Shikamaru pun mengikuti langkah Sasuke sambil menyeret Naruto malas.

"Ck, mendokusei…"

"Sakura-chaannn…" Teriak Hinata begitu melihat Sakura berjalan di koridor sambil tersenyum senang. Membuat setiap siswa maupun guru yang meihatnya terpesona. Mendengar namanya dipanggil, Sakura segera menoleh ke asal suara dan melihat Hinata berlari kearahnya dengan wajah memerah. Tiba-tiba

BRUKKK

Seseorang menabrak Sakura mebuat gadis itu sedikit meringis.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja. Tadi aku sedang terburu-buru !" Kata seorang yang menabrak sakura. Sakura mendongak dan melihat sorang gadis cantik yang membungkuk beberapa kali.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak melihat jalan. Hehehe" Ucap Sakura.

"Aku benar-benar minta maaf." Ucap gadis itu dengan nada menyesal. Sakura tersenyum sambil mengulurkan tangnnya ke arah Gadis itu untuk berkenalan.

"Sudahlah… Kenalkan, namaku Haruna Sakura, aku murid baru disini." Kata Sakura. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan sedikit terpesonga dengan kecantikan Sakura. Diapun menjabat tangan Sakura.

"Na..namaku Yamanaka Ino. Aku murid dari Gold-class. Senang berkenalan denganmu. Ngomong-ngomong kau ada di kelas mana ?" Tanya Ino ramah.

"Aku di Diamond-class. Senang juga berkenalan denganmu." Kata Sakura sambil tersenyum. Hinata pun berhasil menyusul Sakura. Nafasnya terengah-engah.

"Hah…Sa..Sakura-chan, ke..napa kau meninggalkanku tadi ?" Tanya Hinata dengan Nafas yang masih terengah-engah.

"Hehehe… maaf Hinata, aku pikir tadi aku mengganggu kalian berdua." Ucap Sakura dengan tanpa dosa.

"Kau ini, eh? Ino-chan, kenapa kau disini ?" Tanya Hinata.

"Hehe… Tadi aku baru kembali dari ruang OSIS, eh, taunya malah bertabrakan dengan Sakura." Jawab Ino sambil cengengesan. "Baiklah, aku masih banyak urusan. Sampai ketemu lagi ya…" Ino langsung mengacir pergi. Membuat Hinata dan Sakura cengo.

''Gold-class itu selalu sibuk ya ?" Tanya Sakura.

"Hm.. begitulah, mereka itu kan pengurus-pengurus organisasi di sekolah ini." Jelas Hinata. "Ayo Kita kembali ke kelas." Mereka pun berjalan menuju kelas, karena sebentaar lagi bel akan berbunyi.

Sepulangnya dari sekolah, Sakura berjalan menuju tempat parkir. Disana, dia melihat Kakaknya Gaara dan Sasori berdiri di samping mobil masing-masing. Sakura memanyunkan bibirnya. Dia masih kesal kepada kedua kakaknya itu. Tanpa memperdulikan sapaan kedua kakaknya, dia langsung saja masuk kedalam mobilnya yang memang saat itu berada di sebelah mobil Gaara.

"Saku-chan!..."

"…"

"Kau sudah mau pulang ya?"

"…"

"Kau diantar sopir, Sakura-chan?"

"…"

"Saku-chan.. kenapa kau mengacuhkan kami ?" Tanya Sasori dengan wajah yang dibuat memelas.

" Aku tidak mau !" Ucap Sakura akhirnya sambil menyalakan mobilnya. Gaar yang melihat Kakaknya yang berusaha untuk membujuk Sakura yang ngambek tanpa sebab keapada mereka cuma mengeleng-ngelengkan kepalanya.

"Hei Panda Liar ! bantu aku dong…" Bentak Sasori sambil melirik tajam kea rah Gaara. Sasori memang tidak pernah bisa jika harus betengkar dengan Sakura. Gaara yang juga sangat penasaran dengan alasan Sakura yang tidak mau memperdulikan mereka berdua. Padahal biasanya jika mereka bertiga sudah bertemu, Sakura akan langsung memeluk mereka dam mencium pipi kedua kakaknya itu.

"Saku-chan, apa alasanmu sehingga kau marah kepada kami ?" Tanya Gaara sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Sakura. Sakura yang memang masih ngambek tidak mempedulikan bujukan mereka sama sekali. Tega-teganya kedua kakakya itu meninggalkannya tadi pagi dan membuatnya nyaris terlambat di hari pertamanya masuk sekolah, apalagi tadi dia tersesat di perjalanan. Untung saja ada siswa Junior sekolahnya yang memberitahukan jalan padanya.

"Ayolah Saku-chan…" Bujuk Sasori. Dia benar-benar sudah tak tahan untu memeluk adiknya tercinta.

"Tidak !" Sakura tetap teguh pada pendiriannya. Sasori yang sudah tidak tahan dicueki Sakura ini pun nekat. Dia merentangkan tangannya di depang mobil Sakura tidak membiarkannya lewat. Gaara dan Sakura sweatdrop.

'Saku-chan ! kalau kau tidak mau turun dari mobilmu, aku juga tidak akan pergi dari tempat ini !" Ucap Sasori. Gaara yang melihat aksi anarkis(?) kakaknya itu cuma menghela nafas panjang. Siswa-siswi yang melihat kejadian itu berbisik-bisik.

"Siapa yang ada di dalam mobil itu ?"
"Aku penasaran siapa sih yang membuat Gaara-senpai dan Sasori-senpai sampai segitunya ?"

"Aku yakin pasti cewek."

'Siapa tau cowok, terus buat masalah gitu sama mereka."

Shion yang juga melihat kejadian itu ikut penasaran. Masalahnya dia sempat melihat Sakura memasuki mobil itu tadi.

"Mana mungkin si miskin itu punya mobil mewah begitu ?" batin Shion dalam hati.

Melihat kedua kakanya terus diperhatikan oleh siswa lain. Sakura pun menjadi tidak tega. Jangan sampai nama baik keluarganya hancur gara-gara peristiwa ini. Dengan berat Hati, Sakura pun akhirnya turun dari mobil itu dan melipat tangannya di depan dada.

"Kalian benar-benar menggangguku !" Ucap Sakura cemberut.

Semua yang melihat Sakura turun dari mobil itu terkejut. Termasuk Shion. Dia tidak menyangka Sakura ydang berasal dari keluarga miskin ternyata mempunyai mobil mewah. Memang, hampir setengah dari siswa-siswi KEHS telah mengenal Sakura karena kecantikan dan keramahan gadis itu. Tapi mereka banyak yang tidak mau berteman dengannya dikarenakan marga Haruna yang disandangnya. Setahu mereka, semua yang memakai marga Haruna itu berasal dari kalangan bawah. Sampai saat ini pun mereka masih bertanya-tanya kenapa Sakura bisa masuk ke sekolah ini ? bahkan sampi masuk ke Diamond-class.

Kembali ke SasoSakuGaa

" Saku-chan… kenapa kau marah pada kami ?" Tanya Gaara.

"Jawab saja sendiri !" Ucap Sakura ketus.

"Saku-chan, kau tega kepada kedua kakakmu ini ?" Tanya Sasori dengan wajah sayu. Akhirnya membuat Sakura kasihan juga. Rencananya menjahili kedua kakaknya jadi hancur dihapuskan dengan rasa kasihan. Dengan perlahan Sakura pun memeluk Sasori dan Gaara seperti biasanya.

"Hehehe… maafkan aku Nii-chan"

Sasori mengacak-ngacak rambut sakura."ayo kita pulang."

Mereka pun memasuki mobil masing-masing dan meninggalkan Sekolah. Meninggalkan para siswa yang cengo melihat kejadian tadi. Shion yang masih di liputi rasa geram pun menyeringai.

"Tunggu saja besok, Haruna !"

TBC

Fuiihhh… _, akhirnya selesai juga. Kepanjangan ya? atau malah kependekan?. Hehehe.

Maaf itu semua kesalahan author semata (w)

Buat yang udah bersedia baca fict ini, mohon arahannya ya

Akhir kata

.

.

REVIEW