Tittle : Minwoo dan Orang Asing Berambut Merah

Category : Screenplays Genre : Fantasy, Romance

Rated : T (PG-15)

Disclaimer : Boyfriend members milik Tuhan, Starship Ent., orangtua mereka, dan Bestfriends. Serta tokoh-tokoh lain yang muncul bukan milik author kecuali Shim Hyunseong #dibabat

Warnings : Yaoi, minim humor, cerita pasaran, abal, gaje, bertele-tele, author bacot

~(Let's Get It Started)~

Di suatu pagi yang cerah di Seoul, Korea Selatan. Tepatnya di sebuah rumah bercat putih yang tampak nyaman dan asri dengan beberapa batang pohon dan semak mawar di tamannya, tinggallah sebuah keluarga yang memiliki dua anak, salah satunya seorang namja muda bernama No Minwoo.

Pagi itu, dengan bersemangat, buru-buru Minwoo berlari kecil keluar dari kamarnya, ia menuruni tangga dua-dua agar cepat sampai ke bawah, lalu dengan kasar menyabet selembar roti bakar diatas meja makan, sampai saudara perempuannya terkesiap kaget.

"Minwoo-ah, kenapa buru-buru sekali kelihatannya?" Tanya kakak Minwoo, Eunbin *kalo gak salah, author lupa-lupa ingat soalnya #digetok sama Minwoo oppa*, "Padahal ini kan, hari Sabtu."

"Noona, hari ini sudah aku tunggu-tunggu dari seminggu lalu," jawab Minwoo sambil meraih jaket hitamnya dari gantungan, "Hari ini aku akan berkunjung ke rumah nenek!"

"Mwo? Kok, nggak bilang? Aku belum siap-siap, nih!" Sahut Eunbin kaget.

"Ckckck, aniya," ujar Minwoo sambil menggerakan telunjuknya seperti di Don't Touch My Girl *apa Minwoo disini juga artis? Entahlah, author juga bingung #gimana sih?*. "Makanya kubilang yang pergi ke rumah nenek itu aku, bukan kita." Kata namja imut itu dengan penekanan pada kata yang bergaris bawah.

"Jadi, kau pergi sendiri?" Konfirmasi Eunbin sambil menguyah rotinya.

"Ne, aku harus berangkat pagi-pagi, nih." Jawab Minwoo.

"Minwoo-ah!" Panggil suara seorang wanita yang ternyata adalah umma Minwoo, "Kau sudah siap? Ini ongkos dan petunjuk naik kereta-nya." Kata sang umma sambil menyodorkan selembar kertas dan sejumlah uang yang langsung diterima Minwoo.

"Kau ingat jalannya, kan? Awas, jangan sampai tersasar, nanti kalau sudah sampai di stasiun, cari loket yang-"

"Iya, iya, aku ingat, umma, lagian ini kan, bukan pertama kalinya aku kerumah nenek." Potong Minwoo sebelum umma-nya memulai pidato petunjuk jalan lagi.

Tapi umma-nya tidaklah setenang itu, "Lalu kalau sudah naik kereta dua kali kau-"

"Aku cari pertigaan dan rumah bercat hijau, kalau bingung aku tanya ke orang-orang sekitar, ya kan?" Lanjut Minwoo yakin.

Ibu anak itu menghela napas, "Satu lagi, jangan terpengaruh orang asing, kalau ada orang mencurigakan yang tiba-tiba memintamu melakukan sesuatu atau menawarimu sesuatu, jangan mau, oke? Bedakan antara orang baik dan jahat, orang baik tidak mempengaruhimu lalu membawamu ke tempat-tempat aneh dan mereka-"

"Umma, aku sudah 17 tahun, tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Ujar Minwoo, lagi-lagi memotong perkataan umma-nya, tinggal tunggu saja kualatnya (waduh...).

"Justru karena baru 17 tahun makanya aku khawatir, Minwoo." Desah umma-nya.

"Oke, aku berangkaatt~!"

Dengan berlari kecil Minwoo menyusuri jalan sampai ke jalan raya, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang memperhatikannya.

###

"Aigoo~ ini membosankan sekali~" keluh Minwoo yang duduk melorot di bangku panjang stasiun. Sudah 2 jam ia menunggu, masih belum ada konfirmasi dari pihak stasiun, karena kereta yang seharusnya melayani perjalanannya hari ini mendadak rusak dan banyak yang harus diperbaiki demi keselamatan pengguna. 'Kalau tahu bakal selama ini, lebih baik aku pulang dulu tadi.' Gerutu Minwoo dalm hati.

"Aigoo... bisa keburu mati aku disini! Lama sekalii~" keluh seorang namja yang tiba-tiba duduk disebelah Minwoo. "Hei, sudah berapa lama kau disini?" Tanya orang itu pada Minwoo.

'Dia orang asing! Jangan jawab, Minwoo!' Suruh Minwoo pada dirinya sendiri.

Namja asing berambut kemerahan itu menatapnya dengan dahi berkerut, "Aku kan, bertanya, kenapa tidak dijawab? Kau nggak bisu, kan?" Tanya namja itu lagi. Minwoo tetap diam, akhirnya namja asing itu pun menyerah. Sepertinya.

"Ya sudah kalau tidak mau jawab, aku tahu, kau pasti disuruh umma-mu supaya jangan menanggapi orang asing dan mencurigakan, kan? Yah, memang sih, jaman sekarang banyak sekali ancaman untuk anak kecil seusiamu di jalanan."

"Dua jam." Beberapa detik kemudian Minwoo membuka mulutnya.

"Mwo?"

"Dua jam." Ulang Minwoo tanpa menatap namja disebelahnya. "Sudah dua jam aku disini." Ia menambahkan.

"Ooh," ujar si namja mencurigakan, "Kau sabar sekali ya? Aku yang baru 15 menit menunggu saja sampai nyaris mati rasanya. Kalau jadi kau, lebih baik aku pulang dulu"

"Aku nggak mau setelah sampai dirumah, lima menit kemudian ada kabar kalau keretanya sudah bisa beroperasi lagi." Balas Minwoo masih dengan sikap acuh tak acuh.

"Kau sendirian? Berapa usiamu?"

'Jawab nggak ya?' Minwoo menimbang-nimbang dalam hati. "Ngg, 17."

"Wah, ternyata meleset! Kukira kau masih SD."

"Aku terlalu tinggi untuk ukuran anak SD, Ahjusshi!" Protes Minwoo, ia tahu tampangnya seperti anak kecil, tapi nggak geto juga kaleee *STOP! Author mulai lebay*.

"Jangan memangilku seperti itu, aku masih muda, tahu!" Kali ini gantian si namja asing yang protes. "Panggil saja 'hyung'."

"Baiklah, hyung." Kata Minwoo, hanya supaya orang itu berhenti mengajaknya bicara.

"Hmm, siapa namamu?"

Minwoo diam saja.

Namja itu mendesah, "Baiklah kalau kau masih menganggapku mencurigakan."

"Bagaimana mungkin namja berambut merah yang nggak kau kenal dan tiba-tiba menyanyaimu di stasiun dianggap nggak mencurigakan?" Ujar Minwoo retoris.

"Ini namanya mode!" Kata si namja sambil menunjuk rambut kemerahannya. "Baiklah, aku Donghyun, Kim Donghyun." Kata namja itu memperkenalkan dirinya.

"Aku... No Minwoo." Balas Minwoo yang entah bagaimana menghilangkan kecurigaannya.

"Nama yang lucu sekali, seperti orangnya." Goda Donghyun seraya mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi namja kecil disebelahnya, tapi dengan sigap Minwoo menghindarinya, membuat Donghyun kembali menarik tangannya.

"Mian." Ucap Donghyun pelan, kemudian keheningan melanda keduanya, sampai Minwoo mengantuk.

'Aigoo... mau sampai kapan aku begini?' Batin Minwoo menahan kantuknya, tidak terasa ia kehilangan kesadarannya dan tubuhnya terhuyung kedepan.

GREBB

Mata sipit Minwoo terbuka dan ia langsung menyadari seseorang memegangi tubuhnya, ternyata Donghyun, hal itu membuatnya langsung terkesiap.

"Hati-hati, Saeng, kau bisa jadi incaran banyak orang jahat kalau ngantuk begitu." Nasehat Donghyun sambil mengusap rambut Minwoo.

"Go, gomawo," ucap Minwoo malu, 'Kukira justru yang orang jahat itu kau,' batinnya.

"Yahh... kayaknya memang nggak ada harapan lagi, nih. Daripada aku terlambat dan semuanya berantakan, lebih baik pakai jalan alternatif saja." Donghyun berujar seraya bangkit berdiri, melihat jam di handphone-nya lalu menelepon seseorang, mau tak mau Minwoo mendengar apa yang orang asing itu bicarakan.

"Yeoboseyo, Youngmin-ah, kayaknya aku terlambat nih, ada masalah dengan keretanya. Ne, sekarang aku mau kesana, suruh Kwangmin siapkan kereta hutannya, ya? Hyunseong mana? Suruh dia pegang kendali taman hiburan, ya? Soal sirkusnya, kau dan Jeongmin saja yang urus." Donghyun bercakap dengan lawan bicaranya di telepon, diam-diam Minwoo tertarik mendengarnya.

'Taman hiburan dan sirkus? Wah, kedengarannya seru sekali.' Ujar Minwoo dalam hati.

"Ne, bye." Donghyun mengakhiri panggilannya, "Nah, aku duluan ya, Minwoo-ah." Pamit namja itu.

"Kau mau kemana?" Tanya Minwoo dengan wajah polosnya.

"Ke tempatku kerja, nggak mungkin aku meninggalkannya, kan?" Donghyun menjawab, 'Tampaknya dia mulai tertarik.' ia membatin.

"Kau... bekerja di sirkus?" Minwoo memberanikan diri bertanya.

Donghyun tersenyum ringan, Minwoo tidak tahu ada maksud tersembunyi dibalik senyumnya, "Sebetulnya, aku adalah pemilik sebuah taman hiburan, Minwoo-ah, ada sirkus didalamnya. Tempat kerjaku menyenangkan sekali, dengan banyak wahana seru, atraksi hebat, dan musik yang keren." Ia malah promosi.

"Wahh..." hanya itu tanggapan Minwoo.

"Hmm, kau tertarik?" Tawar Donghyun.

"A-aku..." Minwoo menunduk bingung.

"Kalau mau datang, ini tempatnya," Donghyun menyodorkan selembar kertas yang tiba-tiba saja ia keluarkan dari balik tangannya seperti sulap, "Aku harus buru-buru sekarang, tapi kalau pergi bersamaku, kau nggak perlu bayar, dan lagi..."

"...aku akan membawamu naik kereta hutan."

"Aku ikut!" Sahut Minwoo yang terhasut dan sudah lupa sama sekali pada nasehat ibunya *dasar anak kecil -,-a #digetok lagi sama Minwoo oppa.*

###

"Uwaa~ dimana inii?" Tanya Minwoo dengan ekspresi takjub menatap hutan rimbun yang ia lewati, padahal hutan hujan tropis biasanya ada di daerah yang dekat dengan khatulistiwa, tanaman-tanaman kanopi membentuk terowongan yang menaungi rel tanaman menjulur untuk kereta semak yang ia dan Donghyun naiki. Kereta yang berjalan tanpa masinis itu sendiri terbuat dari semak berry yang buahnya bahkan bisa dimakan, sepanjang jalan mereka bisa melihat banyak binatang hutan yang entah bagaimana tampak jinak *halah khayalan author abstrak banget*.

"Ini hutan jalan rahasia menuju ke sirkusku, Minwoo-ah, kan udah kubilang kalau kita bakal kesana naik kereta hutan." Jawab Donghyun.

"Aku nggak tahu kalau ternyata kereta hutan itu semuanya berbau tumbuhan," Minwoo berujar, "Tapi kalau punya kendaraan ajaib begini ngapain kau repot-repot naik kereta biasa, hyung?"

"Kalau naik kendaraan yang sama selama bertahun-tahun, kan, bosen juga." Kata Donghyun sambil mengangkat bahu.

Minwoo cuma tersenyum menanggapinya, ia berpikir bahwa dirinya sudah salah menilai Donghyun, 'ternyata orang aneh berambut merah ini baik juga', batin namja imut itu.

Setelah perjalanan selama 15 menit menembus hutan, akhirnya mereka tiba di depan gerbang sebuah taman hiburan yang penuh dengan lampu berkelap-kelip, yang setelah diperhatikan ternyata kunang-kunang -yang entah bagaimana- berwarna-warni. Mata sipit Minwoo berbinar menatapnya.

Donghyun tersenyum melihat ekspresi tamunya itu, "Melihat beginian aja, kau kayaknya excited banget, tipikal anak kecil."

"Enak aja, aku udah bukan anak kecil lagi, hyung!" Minwoo memprotes.

"Mau bilang udah 17 tahun pun tetep, aja, kayak anak kecil, itu udah bakat namanya, No Minwoo~" goda Donghyun, malah semakin tertarik untuk menggoda namja imut disebelahnya ini.

"Nggak akan selesai-selesai kalau begini! Masuk ,aja, deh!" Tukas Minwoo seraya melangkah kearah gerbang.

"Eeiitt, tunggu dulu, ada password-nya lho, Minwoo-ah." Cegat Donghyun.

"Password? Jangan mengada-ada, hyung."

"Eeh, nggak percaya? Kalau mau masuk harus bayar tiket dulu, berhubung kau kuberi gratis, jadi wajar dong, kalau ada password-nya."

"Gitu ya?" Kata Minwoo polos, " Trus, apa password-nya, hyung?"

"Mmm... apa ya?" Donghyun pura-pura berpikir, "Kayaknya baru kuganti deh."

"Kocak banget sih, masa' bisa lupa password sendiri?"

"Eh, manusia itu tempatnya salah dan lupa, jadi wajar dong, kalau aku lupa password-nya." Donghyun berkilah.

"Ne, ne, aku mengerti, daritadi hyung bilang "wajar dong' melulu." Keluh Minwoo.

"Kau ini cerewet juga, ya? Aku kan, jadi nggak bisa mikir.

"Ne, aku diam, nih!"

Dibalik gerbang tampak dua orang namja tinggi kurus memperhatikan kedua orang itu dengan bingung, yang satu berambut blonde dan yang satunya hitam pekat, wajah mereka tampak mirip.

"Donghyun-hyung ngapain, sih? Bukannya buruan masuk." Tanya yang berambut blonde pada namja disebelahnya.

"Nggak tahu tuh, dasar pimpinan nggak waras," jawab yang berambut hitam.

"Kayaknya dia lagi ngerjain anak kecil itu, deh."

"Iya juga kali ya? Iseng banget sih."

"Namanya juga Donghyun-hyung, aneh kalau dia nggak iseng dan kekanakan."

"Jangan-jangan anak kecil itu calon korban berikutnya? Kasian, dia terlalu imut, tampangnya polos." Kata yang blonde dengan ekspresi prihatin.

"Semoga aja, Donghyun-hyung nggak setega itu." Balas yang berambut hitam.

Kembali ke laptop depan gerbang.

"Oh iya, aku ingat password-nya!" Seru Donghyun tiba-tiba.

"Apa, hyung?" Seru Minwoo excited.

Kemudian Donghyun duduk dengan satu kaki dihadapan namja kecil itu, sehingga Minwoo harus menunduk untuk bisa menatapnya.

"Kemarikan tangan kananmu," perintah Donghyun, yang langsung dituruti Minwoo, "Ikuti kataku, ya?" Minwoo mengangguk.

"Aku adalah anak nakal," mulai Donghyun.

"Enak aja!"

"Kau nakal karena nggak menuruti apa kata umma-mu, tahu."

"Oh, oke. Aku adalah anak nakal,"

"Yang melakukan hal baik,"

"Lho? Kok, nggak nyambung, hyung?"

"Aish, ikuti aja, kenapa?"

"Yang melakukan hal baik."

"Seenggaknya baik untuk diriku sendiri."

"Itu egois namanya, hyung."

"Kau ini emang cerewet, ya?"

"Seenggaknya baik untuk diriku sendiri." Tukas Minwoo cepat.

Detik berikutnya tampak perubahan di wajah Donghyun, ia nggak tampak konyol dan childish lagi, Minwoo langsung bertanya-tanya apa itu efek dari password tadi atau bukan. Donghyun mengusap tangan kanan Minwoo yang halus, berjari panjang, dan putih, meski tidak seputih tangannya sendiri *kulit Donghyun oppa kan, putih banget, ya?*

"Mianhae, No Minwoo," ucap Donghyun pelan, tapi masih terdengar oleh namja didepannya itu.

"Mian untuk apa, hyung?"

"Ah, sudahlah, pokoknya ingat, saat aku bilang pulang, kau harus buru-buru keluar dari taman hiburan ini, oke? Dan apapun yang kau lihat terjadi didalam, jangan pernah masuk lagi, arra?" Kata Donghyun, yang semakin membuat bingung Minwoo, tapi ia mengangguk saja.

Dan mereka pun memasuki taman hiburan itu.

###

A/N : Tadaaa~! Hanji kembali dengan fict aneh lagi. Fict Fantasy abal begini... #pundung. Padahal lagi bikin FF SeongJeong (lagi) sama JunSeob, malah kepikiran DongWoo dan jadilah begini (=,='). TBC dulu yah... dilanjut nanti...^^ (semoga).