Beautiful World 1.0

Cast : 2MIN

Story By : Haruka Ciel

Rate : T+

Length : 2shoot

Status : Ongoing

Genre : Romance, shounen ai, slice of life, angst

**yang tulisan miring itu masa lalu^^

Banyak orang mengatakan bahwa aku adalah seorang penyendiri. Dan kupikir itu tak sepenuhnya salah. Aku lebih suka berdiam disuatu tempat yang sunyi dimana tak ada kebisingan yang dapat menyentuhku. Menyentuh duniaku. Aku lebih suka berkutat dengan buku atau menulis sebuah fiksi daripada bermain dengan video game atau bermain dengan teman – temanku. Dan disanalah aku membangunnya. Sebuah dunia yang tak tersentuh dan tak terjamah. Dan aku suka berada didalamnya. Setidaknya itu membuatku mampu berpikir jernih tanpa harus terpengaruh pikiran kotor manusia pada umumnya. Masa yang paling aku sukai adalah saat aku masuk sekolah menengah pertama. Disana disalah satu sudut kelas dengan sebuah jendela besar. Disitu aku membangun duniaku. Duniaku yang tak tersentuh oleh orang lain. Tempat favoritku dimana aku bisa mencurahkan segala buah pikiranku. Perasaanku, pengalamanku, semuanya kutuangkan dalam hitam diatas putih. Karena aku tak memiliki netbook ataupun laptop. Aku selalu menggunakan buku tulisku yang sudah tak terpakai untuk menuliskan sebuah fiksi yang terlintas langsung dikepalaku. Jika aku tak langsung menuliskannya maka aku akan kehilangannya dengan cepat dan tak mampu mengingatnya lagi. Karena segala sesuatu sangat berharga. Jika aku tak segera mengenggamnya aku akan kehilangan dan setelah itu menyesal. Berada disini cukup untukku. Sebuah buku dan pena serta beberapa buku sastra lama sudah cukup menemaniku. Ditambah dengan pemandangan senja yang dapat kulihat dari jendela besar disudut kelas ini. Bahkan jika musim semi datang aku sering membukanya dan membuat ribuan kelopak sakura yang tengah bermekaran masuk kedalam kelas. Sakura. Satu hal yang aku sukai saat kelopak sakura terbang terbawa angin. Indah, meskipun umurnya tak lama tapi setidaknya ia mampu memberi perasaan tenang dan membawa senyum pada siapapun yang melihatnya. Bagaikan sebuah replika..

Beautiful World…

Orang Tuaku bercerai saat aku berusia 10 tahun. Usia yang terlalu dini untuk menerima kenyataan ini. Namun aku tak membenci kedua orang tuaku. Aku hanya benci perceraian mereka karena mereka membawaku dalam sebuah pilihan. Dan akhirnya aku menjatuhkan pilihanku pada Umma karena setelah bercerai umma mengajakku pindah ke Jepang. Dan Appa tetap berada di Korea. Alasanku mengikuti Umma karena aku ingin 'out of the box'. Mengetahui apa yang belum aku ketahui. Tak lama setelah kepindahan kami Umma menikah dan memiliki seorang anak perempuan yang sekarang menjadi adikku. Dan Appa juga memiliki sebuah keluarga baru. Dan keduanya bahagia akan hal itu. Begitupun juga aku, karena keduanya baik umma dan appa masih peduli padaku dan kami masih berhubungan baik hingga sekarang. Semua sudut didunia itu indah. Setidaknya itu yang ada dipikiranku. Tapi semuanya berubah saat dia datang merasuk begitu saja dalam duniaku..Membawa sebuah senyuman yang sebenarnya sangat kunantikan dan tanpa dosa menarikku keluar dari duniaku. Dan pada akhirnya membawaku kedalam 'Beautiful World' miliknya.

"Siapa kau?",Aku terkejut mendapati seseorang tengah berada di tempat favoritku. Kupikir semua murid sudah pulang karena ini sudah sore dan pelajaran telah usai semua.

"Ah..maaf kukira ada seseorang yang meninggalkan bukunya disini..",Dia tersenyum. Aku mendekat. Seorang anak perempuan ah bukan ia terlalu tinggi untuk seorang anak perempuan. Tapi terlalu cantik untuk ukuran anak laki – laki. Jadi sebenarnya siapa dia?

"Ka-kau tidak membaca bukuku kan?",Kataku panik merebut bukuku dari tangannya. Aku takut jika ia membaca tulisanku dan membeberkan rahasiaku pada semua murid. Aku tak ingin hal itu terjadi.

"Hmm..hanya mengintip sedikit. Apa itu sebuah fiksi?",Tanyanya memasang wajah 'Innocent Calm'nya.

"Hngghh..Iya..kuharap kau.."

"Ceritanya bagus. Kenapa kau tidak membawanya ke penerbit. Mungkin akan laku dipasaran..",Ucapnya sambil tersenyum lagi.

"Jangan bicara sembarangan!Aku tidak akan mempublikasikannya!",Ketusku.

"Kalau begitu biarkan aku membacanya..",Ia merebut bukuku.

"Hey..Apa yang kau lakukan!",Aku merebutnya kembali. Siapa sebenarnya anak ini? Kenapa tiba – tiba datang mengacaukan duniaku dalam sekejab.

"Kenapa kau pelit sekali? Aku tidak akan bilang siapa – siapa kok?",Pintanya sambil memanyunkan bibirnya. Imut. Dan kemudian aku terdiam dengan posisi tanganku dan tangannya masih mengenggam erat bukuku.

Aku melepaskan bukuku."Kau harus berjanji tak akan mengatakannya pada siapapun..",Aku memandangnya takut. Jujur sebenarnya aku tak begitu mempercayainya karena kami baru saja pertama kali bertemu.

"Aku janji..",Ia mengulurkan kelingkingnya. Sedikit ragu, tapi aku menyambutnya.

Anak lelaki itu kemudian duduk diatas meja yang biasa menjadi tempat dudukku. Tempat favoritku.

"Eh kenapa kau diam?",Ia memandangku yang sedari tadi hanya diam memperhatikannya yang asik dengan bukuku.

"I..Itu..Kau duduk di tempat yang biasa kududuki..",Aku menunjuk meja yang ia gunakan duduk.

"Ohh…kita bisa berbagi untuk sementara waktu..Hora!",Ia mengulurkan tangannya. Anak ini kenapa bisa sesantai itu mengatakan hal seperti ini padaku.

"Terima Kasih!",Ucapku masih dengan nada ketus. Dan akhirnya kami berbagi tempat duduk. Dan tanpa kusadari aku membiarkannya masuk kedalam duniaku secara perlahan – perlahan.

Hening…

Hanya ada suara semilir angin sore dengan matahari senja yang perlahan terbenam.

Anak itu asik membaca bukuku, dan aku hanya diam tak tahu apa yang harus kulakukan untuk membunuh kebisuan ini.

"Apa kau senang sekali berada disini?",Anak lelaki itu bertanya padaku. Memecah keheningan diantara kami.

"Hmm..iya. Ini adalah tempat favoritku..",Jawabku memilin – milin penaku.

"Pantas aku sering melihatmu berada disini..",Anak itu menatapku. Ia tersenyum. Dan benar wajahnya terlalu cantik untuk ukuran anak laki – laki.

"Hheh?",Aku salah tingkah.

Anak laki – laki itu menutup bukunya. "Aku mengikuti kelas musik, jadi aku sering pulang sore karena harus berlatih. Saat akan mengambil biola diruang musik aku tak sengaja lewat sini dan melihatmu yang duduk disini. Awalnya aku hanya cuek. Tapi setelah tiap hari aku lewat sini. Aku selalu menemukanmu duduk sendiri disini. Bahkan aku melihatmu membuka jendela dan membuat kelopak sakura masuk kekelas saat musim semi. Dari situ aku jadi sering memperhatikanmu. Dan satu yang tak pernah berubah aku selalu melihatmu sedang asik menulis sesuatu dibuku. Sejak saat itu aku selalu penasaran dengan apa yang sedang kau tulis dan ingin membacanya. Tapi aku melihat mungkin akan terlalu sulit menembus atmosfir yang ada disekitarmu. Atmosfir yang tak mengijinkan siapapun untuk masuk. Bagaikan dunia yang tak tersentuh…Tapi aku tahu pasti ada sesuatu yang bisa memecahkan perisai ini. Dan disinilah aku..Bersamamu dan duniamu..",Aku tertegun mendengar cerita anak laki – laki ini. Ternyata ia..ia mengenalku jauh sebelum ia disini.

"Apa kau marah setelah mendengar ceritaku?",Ia tersenyum.

"Tidak..",Aku memalingkan wajahku. Lagian untuk apa aku marah toh semuanya sudah terlanjur.

"Tapi kedengarannya kau marah?",Tanyanya penuh selidik.

"Kalau aku bilang tidak ya tidak!"

"Hehe..Tapi terima kasih ya sudah mengijinkanku membaca bukumu…",Ia tersenyum lagi.

Aku hanya diam.

"Rasanya sangat senang jika kita mempunyai dunia sendiri yang menyenangkan..Tapi akan lebih menyenangkan jika kita bisa membaginya dengan orang lain..",Lirihnya pelan. Tapi aku bisa mendengar apa yang ia bicarakan.

'Berbagi dunia..'

"Ah..maaf maaf aku bicara yang bukan – bukan. Nih bukumu..lanjutkan ceritamu. Aku menunggunya..",Ia turun dari posisi duduknya.

"Hey..Siapa namamu?",Langkahnya terhenti dan ia menoleh kearahku.

"Lee Taemin..",Ia tersenyum dan langsung berlalu.

"Kita bertemu lagi besok..",Ia melambaikan tangannya dengan posisi yang membelakangiku.

Tidak sopan sekali pergi begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk memperkenalkan lagian juga tidak penting ia tahu namaku. Dia hanya seorang penganggu yang dalam sekejap merusak duniaku.

'Penganggu?'

'Benarkah ia seorang pengganggu?'

...

"Minho!",Aku mendengar seseorang berteriak padaku.

"Oi..bangun!Kau ini bukannya bekerja malah asik tertidur!",Sepertinya aku mengenal suaranya.

Aku mengerjapkan mataku dan mendapati seorang wanita menatap tajam kearahku. Kedua tangannya tersilang didada.

"Gwee..Apa yang kau lakukan disini?",Ucapku setengah sadar. Aku meraih kacamataku. Dan mendapati laptopku masih menyala dan beberapa lembar manuskrip yang bertebaran dimeja.

"Hhh…Nanda omae wa(Apa- apaan kau ini)?Ini..cepat ganti manuskripmu. Itu ditolak! Ceritanya membosankan!", Wanita itu meletakkan beberapa lembar kertas tepat didepanku.

"Hheh..Ngomong – ngomong kenapa kau bisa masuk kesini?",Tanyaku menatapnya tajam. Oh ya aku baru ingat. Tak ada seorangpun yang boleh masuk kedalam ruang kerjaku. Tak peduli siapapun itu.

"Apa – apaan kau ini Minho!",Wanita itu meronta saat aku menyeret lengannya keluar dari ruang kerjaku.

"Aku tak mengijinkan siapapun masuk kesini!",kataku tegas.

"Hheh..Sebaiknya kau bersihkan dulu ruangan yang seperti gudang itu, sebelum kau menyebutnya ruang kerja!",Teriaknya bersamaan dengan pintu yang kututup.

"Sopan sekali kau pada editormu Choi Minho!OMAE GA!Bakka janai no!",Ia menendang pintu dan setelah itu aku tak mendengar suaranya. Mungkin ia sudah pergi.

Aku memijit keningku. Pusing juga menghadapi editor cerewet macam Kim Gweebon. Bisakah sedikit saja ia berkata tenang. Mana seenaknya masuk keruangan privasiku.

'Rasanya sangat senang jika kita mempunyai dunia sendiri yang menyenangkan..Tapi akan lebih menyenangkan jika kita bisa membaginya dengan orang lain'

Aku terngiang kembali kalimat yang pernah kuucapkan.

'Maaf..tapi aku tak bisa membagi duniaku pada orang lain..kecuali mungkin hanya kau seorang'

Aku menatap nanar lembaran manuskrip yang tadi berikan oleh Gwee. Aku benar – benar tak ada ide untuk mengubahnya.

"Arghhhh!",Aku mengusak rambutku. Pening.

Aku membuka laci mejaku. Ada beberapa catatan lama. Cerita lama yang kubuat saat aku smp. Dan ada sebuah benda yang membuatku tertarik. Sebuah kalung yang kudapat dari sebuah kuil. Seorang Miiko**gadis kuil memberikanya padaku.

Tiga hari yang lalu…

Aku kelelahan sehabis menyelesaikan manuskrip novel terbaruku. Saat pulang aku melewati sebuah kuil dipinggiran Akihabara dengan Gerbang merah yang khas dimiliki oleh kuil – kuil di Jepang. Aku memutuskan untuk masuk dan duduk didepan Gerbang merah untuk sekedar melepas lelah. Lalu tak lama seorang gadis kecil menghampiriku. Usianya hampir seusia Mika adik perempuanku.

"Maaf..Apa yang sedang anda lakukan disini?",Tanyanya. Ia berdiri tak jauh dariku membawa sebuah sapu lidi.

"Eh..ah aku hanya duduk – duduk disini..Apa kau keberatan? Kalau kau keberatan aku akan segera pergi..",Aku hanya tersenyum.

"Ahaha..Daijoubu (Tidak apa – apa)..Aku hanya heran,karena jarang sekali orang berkunjung ke kuil kami…",Gadis itu tertawa. Ia duduk disebelahku.

"Apa kau penjaga kuil ini?",Tanyaku penasaran. Gadis itu memakai kimono panjang berwarna putih dan celana samurai, celana longgar khas Jepang berwarna Merah.

"Hha..yah..aku seorang Miiko..disini..",jawabnya santai gadis ini kelihatannya sangat ramah.
"Miiko?",tanyaku.

"Miiko atau gadis penjaga kuil..",Jawabnya. Gadis ini seperti memiliki atmosfir yang berbeda.

"Kau tidak sekolah?"

"Aku? Aku sekolah kok? Tapi setelah pulang sekolah aku menjaga kuil ini..hehe",Ucap gadis lugu itu.

"Oh ya..Apa kau ingin aku perlihatkan sesuatu..?",Tanyanya sumringah. Aku mengangguk.

Gadis itu membawaku masuk ke halaman belakang kuil itu. Ada sebuah kolam disana.

"Sudah dua hari mereka tak bisa aku beri makan..",Raut gadis kecil itu tampak sedih saat menunjukkan koleksi ikan Koi-nya. Warna – warni tapi sayang mereka seperti lemas dan tak banyak bergerak.

"Sepertinya aku punya sesuatu..",Aku merogoh tasku dan mengeluarkan kantung yang berisi makanan ikan badut peliharaanku.

Gadis itu mengamatiku.

Aku menaburkan makanan ikan itu dan Ikan – ikan Koi itu langsung menyambar makanan yang kuberikan.

"Uwaa…",Gadis kecil itu memandang takjub. "Apa kau juga memelihara ikan dirumah?",tanyanya.

"Eum..4 ekor ikan badut. Fuyu, Haru, Aki, Natsu..",Ucapku semangat.

*Fuyu : Musim Dingin, Haru : Musim Semi, Aki : Musim Gugur, Natsu : Musim Panas

"Uwaa…bahkan kau menamai mereka berdasarkan empat musim..",Gadis itu memandangku takjub. Aku hanya tertawa.

"Eh apa ada yang bisa kuberikan padamu?",Tanya gadis itu.

"Haha..Tidak perlu..aku kan hanya ingin membantumu..",Aku tersenyum.

"Kalau begitu tunggu sebentar..",Gadis itu berlari masuk kedalam kuil. Meninggalkanku sendirian bersama ikan Koi-nya.

'Heh mau kemana dia?'

Tak lama gadis itu berlari kearahku. Wajahnya terlihat sumringah.

"Ini..",Ia mengulurkan kantung beludru merah padaku.

"Apa ini?"

"Ini hadiah..Untukmu..Anggap sebagai imbalan karena telah memberi makan ikan peliharaanku..",Ia tersenyum.

"Eh..Terima kasih banyak..Tapi kau tak perlu repot..",gadis itu menggengamkan kantung itu ketanganku.

"Ini akan membantumu..mengembalikan apa yang hilang darimu..Tapi kau buka dirumah ya?",Gadis itu melepaskan tangannya.

"Hey tunggu..Siapa namamu?",Gadis itu sudah berlari menjauh dariku.

"Yuki..Namaku Yuki..",Teriaknya dari kejauhan. Ia melambaikan tangannya dan masuk ke kuil.

'Arigatou Gozaimashita Yuki-Chan..'

…...

"Permata pelangi..",Aku menggumam saat menyentuh kalung pemberian Yuki. Aku pernah mendengar istilah itu. Sebuah permata langka yang terbuat dari Kristal es. Warnanya putih bening tapi jika terkena cahaya ia akan membiaskan warna – warna yang indah, yaitu warna pelangi. Mungkinkah ini? Aku menggantungkan kalung itu di lampu mejaku. Bola permata yang ada ditengahnya berputar membiaskan warna – warna pelangi. Utsukushii (Cantik)…

If only one request is granted
then let me sleep next to you

…..

Aku sering melihat namja itu. Kami sering bertemu entah dijalan, diperpustakaan, ataupun Toko Buku. Dan aku sering berpikir bahwa ia mirip seseorang yang kukenal. Sepuluh tahun berlalu sejak saat itu dan aku tak bisa mengingat wajah itu dengan baik. Kenangan akan dirinya samar – samar. Namun seberapa besarpun keinginanku untuk melupakannya. Aku tak bisa melupakannya.

"Bisakah kau lebih mengerti aku?",Aku menoleh namja yang sering kuperhatikan itu sedang bertengkar dengan seseorang tak jauh dari tempatku duduk di taman kota.

"Kita ini sudah bertunangan Taemin. Kau yang seharusnya mengerti!",Hheh..Apa yang barusan ia katakan. Taemin..Nama itu sepertinya aku pernah mendengarnya. Aku mengarahkan kepalaku melihat dua orang yang sedang ribut itu. Sesosok namja cantik yang sering aku temui dan seorang namja yang aku tak mengenalnya. Aku mengamati mereka. Kurasa mereka sepasang kekasih. Entah apa yang dikatakan namja itu tapi aku melihat namja cantik itu terisak dan tak lama ia ditinggal pergi oleh kekasihnya.

"Aishh..apa sih yang kulakukan. Itu kan bukan urusanku..",Aku kembali berkutat pada bukuku dan menganggap peristiwa yang kulihat itu hanya angin lalu. Di dunia ini tak ada yang mustahil. Ribuan orang bahkan memiliki nama yang sama dan wajah yang sama. Tak ada yang menjamin kau akan bertemu dengan orang yang sama yang pernah kau kenal dimasa lalu.

"Wakatta (Aku mengerti)!",Aku menutup teleponku dan kembali berkutat dengan laptopku. Aku harus menyelesaikan novelku. Sebenarnya aku belum lama terjun dalam dunia kepenulisan fiksi ini. Aku tak keberatan bahwa aku hanyalah melanjutkan mimpi dimasa lalu toh tak ada yang salah dalam mimpi itu. Tapi mungkin genre yang aku bawa sedikit menyimpang dari biasanya. Karena kebanyakan orang menulis fiksi yang berupa romantisme sepasang anak adam dan hawa yang tengah jatuh cinta. Tapi novelku bercerita tentang sepasang anak adam. Yah kau tahu aku kira takkan laku. Tapi setelah terbit banyak orang yang mau membeli dan membaca novelku. Terutama para gadis muda yang menamakan diri mereka yaoi fangirls atau dalam istilah jepangnya disebut fujoshi.

"Uwaa…sugoii (Keren)..lihat apa yang kan novel Minho-sensei yang terkenal itu!",Aku mendengar seorang gadis muda berteriak kegirangan disebuah Toko Buku yang kebetulan aku sedang berada disitu.

"Hontou ni (Benarkah)?",Kemudian teman – temannya datang mengerumuninya.

"Kawaii-ne (Manisnya)..Aku beli ah.."

"Aku juga!"

"Ah aku mau juga!",Dan aku melihat mereka saling berebut.

Rasanya senang sekali jika karya kita diminati oleh orang banyak. Dan tanpa kusadari aku tersenyum. Tapi tak lama senyumku perlahan memudar saat aku melihat sosok yang sering kulihat belakangan ini terlihat memegang novelku. Aku menarik topiku agar tak terlihat seperti mengamatinya. Tapi aku sebenarnya mengamatinya. Mungkin aku seperti seorang stalker. Tapi setiap geraknya selalu membuatku penasaran.

~It's only Love~

Aku melihatnya. Ia tersenyum dan matanya mengarah padaku. Otomatis aku langsung memalingkan wajahku. 'Shimatta!'(Sialan),umpatku dalam hati. Aku mengalihkan ketempat semula. Dan ia sudah menghilang. Namja itu..

Kenapa aku seperti mengenalnya…

…..

"Minho!",Aku menghentikan acara menulisku. Dan mendapati seorang namja yang duduk disampingku. Hhh..aku menghela nafas. Padahal aku sudah pindah tempat. Tapi ia selalu bisa menemukanku. Seakan aku tak pernah bisa lari darinya.

"Uwaa…kau menulis cerita baru ya?",Ia melongokkan kepalanya pada bukuku.

"Bukan urusanmu!",Aku juga tak mengerti. Tapi sepertinya aku memang tidak bisa bersikap lembut padanya.

"Ahahaha..kau tak berubah. Selalu bersikap jutek padaku..",Ia membaringkan tubuhnya di sampingku. Di rumput hijau di Taman belakang sekolah.

"Nyaman sekalii…Apa kau bermaksud membangun dunia baru disini?",Ia melirikku. Aku berhenti menulis lagi.

"Mungkin..",Jawabku datar.

"Eehhh…kalau begitu ijinkan aku masuk ya?",Ia bangkit dari tidurannya. Aku menatapnya."Bukankah kau selalu bisa masuk dengan mudah?",tanyaku menyindirnya.

"Ehehehehe…",Ia tertawa. Aku hanya mendengus dan melanjutkan tulisanku.

Aku melihatnya Ia menatapku dengan tatapan lurusnya. Membuatku sedikit tak nyaman.

'Jangan menatapku seperti itu!',Jeritku dalam hati.

"Minho.."

'Chu'

"HHEH!APA YANG KAU LAKUKAN?",Teriakku. Namja ini kenapa tiba – tiba mencium pipiku.

"Ahahaha..habis kau serius sekali,,",Ia tertawa. Apa ia tidak tahu apa yang dilakukannya..

"Omae! Kau masih bisa tertawa, kau tahu aku ini.."

"Aku tahu..kau pria sama sepertiku..",Taemin hanya tersenyum tanpa dosa.

Aku mendengus kesal. Menganggu saja. Aku duduk lagi tapi aku mengambil jarak yang cukup jauh darinya. Aku tahu seharusnya aku pergi saja jika tak suka dengan kelakuannya. Tapi Aku tidak melakukannya.

"TAEMIN!",Aku berteriak lagi saat namja itu mengambil penaku dan membawanya lari.

"Ahaha..",Namja itu menertawakanku.

"Kembalikan Taemin!",Aku berlari mengejarnya.

"Tidak akan weekk!",Sialan sekali namja itu. Tubuhnya kecil tapi larinya cepat sekali.

Aku melihatnya yang masih berlari. Dan saat bersamaan ada batu yang mengganjal dipermukaan rerumputan.

"Awas!"

"Uwaa!"

'Grep' Sreettttt'

Kami jatuh bersamaan dengan posisi aku yang menindih tubuhnya. "Kau tak apa?",Tanyaku khawatir. Taemin itu hanya terdiam. Wajahnya memerah. Dan dari jarak sedekat itu aku bisa melihat wajah cantiknya dengan jelas. Sangat jelas.

Dan saat itu..pertama kali aku mendengar detak jantungku yang berdetak keras..

Kami hanya saling pandang selama beberapa saat..Taemin meraih wajahku..Dan..

"Bakka!",Aku menjitak kepalanya keras.

"Kau ini tidak sayang tubuhmu ya?",Aku mengomelinya. Namja itu hanya terdiam.

"S-sumimasen (Maafkan aku)",ucapnya lirih.

"Hhh..Jangan ulangi perbuatanmu itu!",Aku mengambil penaku dan bukuku dan langsung pergi.

"Suki da.."

Aku menghentikan langkahku. Meskipun samar tapi aku bisa mendengar ia mengatakan sesuatu.

"Eh..apa kau mengatakan sesuatu?",Tanyaku.

"Tidak..Aku tidak mengatakan apa – apa..",Namja itu memalingkan wajahnya dan tak menatapku. Aneh.

Aku menggaruk kepalaku. Mungkin aku salah dengar pikirku.

Sleeping or awake, it's always a shounen manga
I'm always dreaming, but I don't like myself

Dan saat itu aku menyadari bahwa aku telah melewatkan sesuatu yang penting dan aku menyesalinya hingga kini.

…..

"Terima Kasih..",Aku menerima beberapa recehan uang kembalian dari kasir setelah membayar beberapa buku yang kubeli.

Aku keluar dari Toko Buku dan aku melihat namja itu tak jauh dari situ. Dan ia bersama seseorang. Tapi aku tak begitu mempedulikannya dan tetap berlalu.

'Plakkk!'

Aku menghentikan langkahku.

"Hentikan!",Lirihku menahan tangan namja asing yang akan memukul namja cantik itu.

"Siapa Kau?",Namja itu melotot padaku.

Aku menyeringai."Apa kau tak malu melakukan kekerasan di depan umum seperti ini?",Ejekku dan aku melihat wajahnya merah padam.

"Ini bukan urusanmu!"

"Memang bukan!Tapi kau yang melibatkanku disini!",Tantangku.

"OMAE !"

"Hentikan!",Aku dan namja itu tersentak.

"Tolong lepaskan..Dia Tunanganku..",Ucap namja cantik berambut peach almond itu lembut. Ia menyentuh tanganku. Dan meskipun ia tersenyum tapi manik matanya..sama sekali tak tersenyum.

'Cih..',Aku melepaskan tangan namja brengsek itu.

"Pergilah!Atau aku akan melaporkanmu pada polisi..",Lirih namja cantik itu mengusir tunangannya.

"Terima Kasih, kau sampai repot – repot menolongku..",Ia menatapku dengan tatapannya yang lembut.

"Darah..",Aku menatapnya.

"Eh?"

"Ada darah di sudut bibirmu..",Ucapku.

"hhah..",

"Jangan disentuh!",Cegahku memegangi tangan namja cantik itu.

"Auww..",Namja itu meringis saat aku membersihkan luka disudut bibirnya. Ini pasti kelakuan brengsek tunangannya itu.

"Maaf.."

"Tidak perlu..harusnya aku yang minta maaf karena merepotkanmu..",Entahlah apakah aku ini bodoh atau apa. Bernyali sekali membawa tunangan orang lain kedalam apartemenku dan mengobatinya. Padahal ini sama sekali bukan urusanku.

"Apa kau biasa menerima perlakuan seperti ini?",tanyaku. Aku melihat ada bekas guratan di lengan kirinya yang putih bersih.

"Hmm..ini sudah menjadi makanan sehari – hari..",Ucapnya tenang.

"Kenapa kau tak melawan?"

"Ah..itu karena kedua orang tuaku..",ia tak meneruskan kalimatnya.

"Ah maaf seharusnya aku tak bertanya..",Aku memotong ucapannya. Mungkin ini seperti kontrak.

Aku teringat sesuatu. "Tanganmu..Angkat tangan kirimu..",Namja itu menatapku bingung tapi ia mengangkat tangan kirinya.

Aku melingkarkan kalung pemberian yuki ketangannya. 'Permata pelangi'ku.

"Ke-kenapa kau?",Namja itu menatapku heran.

"Ini akan menjagamu..",Ucapku.

"Eh.."

"Kau bisa sementara disini. Aku takut kalau kau kembali dia akan menghajarmu habis – habisan.."

"Apa tidak apa – apa. Bukankah ini kamarmu?",Tanyanya khawatir.

"Tidak apa..Aku hanya tinggal sendirian..",Aku tersenyum.

"Te-terima kasih.."

Aku mengangguk.

"Tunggu..",Aku menoleh."Ada apa?"

"Kurasa aku belum tahu namamu?",Tanyanya.

Namaku?

"Aku Choi Minho..",Ucapku.

"Ohh.."

"Kenapa? Apa ada masalah?"

"Ah tidak. Hanya saja namamu mirip seperti nama penulis novel terkenal..",Namja itu menatapku polos.

"Ahh..ya kurasa banyak yang punya nama mirip seperti itu..",Aku tertawa. Tapi aku juga merasakan ada yang bergemuruh dalam dadaku saat akau mengatakannya.

"Hh..ya kurasa seperti itu..",namja itu tersenyum.

Aku menutup pintu kamarku dan menyandarkan tubuhku.

Mungkin akan ada tiga hal yang perlu kau ingat tentangku.

Satu..

Aku Choi Minho yang datang untuk menolongmu.

Dua..

Aku Choi Minho yang seorang penulis novel terkenal.

Tiga..

Aku Choi Minho teman sekolahmu dulu.

Kau hanya perlu mengingat itu, Lee Taemin.

…..

Aku menutup laptopku. Melirik jam disebelahku yang menunjukan pukul sebelas malam. Aku keluar dari ruang kerjaku dan masuk kekamarku. Dan mendapati Taemin yang telah tertidur disofa.

'Hey kenapa kau tidur disini..',Aku membelai rambutnya. Mungkin kali ini aku bisa lembut padamu. Anggap saja ini adalah tanda syukurku karena aku bisa bertemu denganmu lagi. Meskipun sepertinya kau telah melupakan segalanya. Aku menggendong tubuh mungil itu dan memindahnya ketempat tidur. Sepuluh tahun sejak saat itu dan aku tak mampu mengingat wajahmu dengan baik.

Beautiful world
I would only look at you unwaveringly

Aku membelai wajahnya. Aku tak tahu apa yang telah terjadi padamu. Hanya saja aku tak bisa melupakanmu

Beautiful boy
You don't even know how beautiful you are

Aku mengecup keningnya singkat. Dan segera pergi dari situ.

….

"Nani?",Aku membuka pintu ruang kerjaku.

"Ah..maaf. Aku sudah membuatkan sarapan..",Ucap Taemin sedikit kikuk.

"Ah.. sebentar..",Aku menutup pintuku.

Aku langsung duduk di kursi."Apa kau yang membuat ini semua?",tanyaku setelah melihat hidangan yang tersaji dimeja makan. Dan ada sosis goreng bentuk gurita favoritku.

"Ah iya..tapi aku tidak tahu apakah enak atau tidak.",Ucapnya ragu. Aku mencomot sosis tako favoritku. "Enak…",Ucapku.

"Benarkah?",Namja itu tersenyum. Wajahnya bersemu merah. Cantik.

"Apa setelah ini kau akan bekerja?",Tanyanya.

"Tidak..aku kerjanya dirumah. Tapi terkadang aku harus mengantar manuskrip ke penerbit. Kalau editorku tidak bisa mengambilnya..",Aku memasukkan sosis tako yang rasanya enak sekali itu kedalam mulutku.

"Hheh penerbit? Kau seorang penulis?",Tanyanya bingung.

"Eum..penulis novel..",Aku menatapnya. Dan melihat ekspresi wajahnya yang berubah.

"Ka-kau penulis novel terkenal itu?",Tanyanya. Ia menekap mulutnya.

Aku mengangguk.

"S-sumimasen. Aku begitu bodoh sampai tidak menyadari hal ini..",Ia menundukkan kepalanya.

"Tak apa..Itu bukan hal yang penting.."

I don't know what I want
I just want it, a lukewarm tears travels across the cheeks

"Hey kenapa kau ikut masuk!",pekiku pada Gweebon.

"Aku lapar..aku mengira kau punya banyak makanan..",Wanita itu langsung masuk kedalam apartemen Minho.

"Hey!"

"Minho..",Taemin menatap Gweebon yang masuk mendahului Minho. Kedua orang itu saling bertatapan. Heran. Bingung.

"Hhah..KAWAII!",Wanita itu langsung menghampiri Taemin. Dan mencubit pipi Taemin gemas. Taemin hanya memandang heran.

"Hey sudah kubilang jangan sembarangan menyentuh orang!",Aku menarik tangan Gwee menjauh dari Taemin.

"Kau membuatnya Takut..Dasar!",Aku memarahinya.

"Ah aku tidak apa Minho.."

"Tuh kan!Kau ini berlebihan!Dasar Overprotektif!",Wanita itu melepaskan tanganku dan mendekati Taemin.

"Siapa Namamu?",Tanya Gwee lembut.

"Taemin..Lee Taemin..",Jawab Taemin tersenyum.

"Aishhh kawaii-ne..",Wanita itu tersenyum.

"Minho apa dia kekasihmu?",Aku melotot.

"Minho..Kenapa kau tidak mengenalkan temanmu..",Gwee tersenyum padaku. Dia menyindirku.

"Ah maaf..kenalkan dia editorku.."

"Kim Gweebon..",Wanita itu menyela kalimatku dan langsung menjabat tangan Taemin.

"Gwee!"

"Ah maaf Minho..",Ia tersenyum padaku.

"Waahhh….apa kau yang memasak semua ini Kawaii-chan?",Tanya Gwee pada Taemin.

"I-iya..",Jawab Taemin malu – malu.

"Apa yang kau bicarakan!Ini bukan untukmu..",Ucapku.

"Apa sih kau ini? Pelit sekali..",Tanpa mendengarkan ucapanku wanita itu langsung duduk dan mencomot daging panggang yang ada dimeja.

"Eh…Minho kau seharusnya menemani editormu makan..",Aku duduk di mini bar didekat Taemin yang sedang menggoreng sosis.

"Aku bosan..",Jawabku malas.

"Ayolah Minho..Editormu ada disana..",Bujuk Taemin.

Taemin menatap Gwee yang tersenyum kearah mereka berdua."Eh.."

"Ke-kenapa kau tersenyum seperti itu Gwee-san?",Tanya Taemin.

Wanita itu menggeleng. "Aku senang melihat kalian berdua..Kalian manis sekali!"

"Hhh…penyakitnya kambuh..",Bisik Minho pelan.

"Apa maksudmu Minho?"

"Berhenti memandang kami dengan pandangan seorang fangirls Gwee!",Minho melempar 'Death Glarenya' kearah wanita bermata sipit itu.

"Kawaii!"

Dan aku melihat Taemin tersenyum.

~It's only Love~

Aku hanya memandang kosong keluar jendela diruang kerjaku. Memandang kesebuah pohon sakura yang meranggas tak berbunga karena ini hampir musim dingin. Aku kembali teringat kejadian setelah makan siang tadi.

"Maaf Minho..aku tidak bermaksud merusak suasana makan siangmu..",Taemin menundukkan wajahnya.

"Itu bukan salahmu.."

"Minho..Apa yang..",Aku menariknya dan menjatuhkan tubuh mungilnya ke sofa besar tak jauh dari tempat kami berdiri.

"Seberapa jauh kau mengingatku Lee Taemin?",Aku menatap wajahnya. Tepat dikedua matanya.

"Apa maksudmu Min..Hmmpp..",Tanpa mendengar jawabannya aku menciumnya. Melumat bibir tipisnya. Dan ia meronta padaku.

"Hentikan!Minho!",Taemin berusaha mendorongku saat aku menghisap leher jenjangnya dan meninggalkan tanda merah keunguan.

"Taemin..",Ia menepis keras tanganku saat akan menyentuh wajahnya. Ada setitik air mata di kedua pelupuk matanya.

"Maaf…",Taemin mendorongku dan berlari masuk kedalam kamarku.

…..

Aku hanya terduduk lesu disudut kelas tanpa beresemangat melakukan apapun. Bahkan untuk menulis. Aku juga tak mendapatinya disekitarku seperti biasa. Mungkin aku terlalu mengharap bahwa ia mengatakan perasaannya padaku saat kami terjatuh kemarin. Tapi disaat aku menginginkan dia berada disampingku. Ia tak muncul. Bahkan hingga sekarang.

"Eh Taemin? Bukankah dia sudah pindah dua hari yang lalu?",Aku terdiam mendengar penjelasan anak perempuan dari kelasnya.

'Pindah?'

'Kenapa? Bahkan dia tak mengatakan apapun padaku?'

Dan aku menyadari ia meninggalkanku tanpa membiarkanku tahu perasaanya padaku.

Dan aku merasa seperti dicampakkanya. Meskipun secara tak langsung.

'Kenapa hal seperti ini harus terjadi padaku?'

Mungkin aku tak tahu apapun tentang dia. Ia tiba – tiba datang kedalam duniaku seperti angin, namun pergi lagi bahkan tanpa pamit. Membuatku merasa bersalah dan terus terperangkap dalam masa lalu.

…..

Aku keluar dari ruang kerjaku. Dan mendapatinya bangkit dari sofa. Memandangku khawatir.

"Minho..",Panggilnya pelan. Raut wajahnya seperti sangat merasa bersalah. Aku hanya memandangnya sekilas dan langsung memalingkan wajahku.

Aku berjalan kearahnya. Wajahku terlihat lelah. Aku duduk disampingnya dan ia ikut duduk.

"Minho.."

'Brukk!'

Aku menjatuhkan kepalaku kepangkuannya."Minho..",Ia terkejut.

"Aku lelah..",Aku mengenggam tangan kirinya. Dan perlahan memejamkan mataku. Aku merasakan ia membelai kepalaku lembut.

Dalam hari – hari yang semakin berlalu ini. Bisakah aku meminta satu hal kepadamu. Bisakah kau cari namaku dalam masalalumu. Dan katakan kepadaku bahwa kau mengingatku sekalipun kau tak menginginkannya.

Beautiful World…

Beautiful Boy…

~ It's only Love ~

**Continued on Beautiful World 2.0**

Hope uou like this readers^^

Sankyuu