~SEUNGHAN SCENE~

SEASON 1

CHAPTER 1

YAOI BRO SIST

.

.

Pagi yang cerah ini, mari kita mulai dengan 2 pria tampan yang sedang membicarakan tugas kuliahnya. Terkadang, pria yang lebih tinggi memaksa pria yang satu lagi untuk memilih pendapatnya. Yap, Kim Mingyu—Yang memaksa— memaksa Choi Seungcheol untuk memilih pendapatnya. Mereka memperdebatkan masalah di pinggir jalan menuju ke Cafe Ddakko.

Sesampainya disana, duduk dan menunggu pesanan datang, mereka kembali berdebat. Hanya karena membanggakan kelas masing masing, konyol. Tiba tiba, Seungcheol berhenti berdebat. Dia menemukan sesuatu yang lebih menarik perhatiannya. Seseorang yang bersurai pirang nan panjang. Dan menurut Seungcheol, dia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang pernah ia temui setelah Ibunya. Sosok itu sangat sempurna, dengan wajah cantik, rambut pirang nan panjang, tangan yang terlihat sangat halus, dan, WAIT— Dada nya rata? Oke, Author melupakan fakta bahwa dia adalah laki laki. Seungcheol membuka sedikit mulutnya.

"Hey, Choi Seungcheol."

Tak ada jawaban.

"Choi Seungcheol?"

Lagi lagi tak ada jawaban.

"YAK, CHOI SEUNGCHEOL!"

Seungcheol menoleh kepalanya cepat. Ia terkejut tadi, jantungnya hampir copot. Untung saja suara Mingyu tidak membelah dua kupingnya. Jika saja itu terjadi, Seungcheol akan berjanji jika mulut Mingyu tidak ada di tempatnya besok. Dan sekarang dia saja sudah menarik narik rambut hitam Mingyu sambil menyalahkan Mingyu karena— MANA DIA? MANA SOSOK PRIA CANTIK ITU? Seungcheol berhenti menarik narik rambut Mingyu dan mengedarkan pandangannya ke seluruh isi Cafe. Namun kemana dia? Sekarang Seungcheol menarik narik rambutnya sendiri dengan frustasi.

" . . .Gyu." Seungcheol kembali menarik rambut hitam Mingyu sambil menekan setiap kata yang ia lontarkan pada namja jangkung ini. Mulai saat ini, dia benar benar membenci Mingyu. Seungcheol bahkan tak jarang melupakan fakta tentang dirinya bahwa ia membenci Mingyu sering kali. Dan dia tidak akan melupakan fakta itu dari sekarang.

"Y-YAK! APA YANG TELAH KU LAKUKAN PADAMU?! DAN APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?! YAK! LEPASKAN!" Pekik Mingyu.

"Kau menghancurkan masa depanku." Singkat Seungcheol. Apa yang di maksud masa depan— Pikir Mingyu.

"Mwo? Masa depan? Apa kau mendapat jodohmu?" Goda Mingyu. Itu membuat Seungcheol semakin jengkel dan bersemangat lagi menarik rambut Mingyu. Dan Mingyu merasa, dia akan botak jika dia menggoda Seungcheol sekali lagi.

"Ishh.. Tidak." Seungcheol kembali duduk berbalik dan melipat tangannya di depan dada.

"Berbicara denganmu tidak ada gunanya." Gumam Seungcheol untuk Mingyu, yang bahkan terdengar jelas oleh Mingyu. "Aku tau itu. Kau memang tidak ada guna-nya." Balas gumaman Mingyu yang sengaja ia besarkan agar Seungcheol mendengarnya. Dan benar saja, Seungcheol langsung berbalik dan langsung mengomeli Mingyu habis habisan. Dan Mingyu bersyukur, omelan Seungcheol berakhir dengan pesanan mereka yang telah datang.

.

.

.

Cukup. Pertemuan mereka telah selesai, mereka akan pulang dan besok mereka akan beraktifitas sebagai mahasiswa lagi. Cukup melelahkan bagi Seungcheol, berdebat dengan Mingyu sebelum beraktifitas menjadi mahasiswa.

'Pertemuan buruk.' Pikir Seungcheol.

Mereka hampir menuju keluar cafe itu, sampai akhirnya Mingyu menyadari sesuatu yang ganjal pada Seungcheol.

"Dimana tasmu?" Gotcha! Seungcheol berpendapat, otak Mingyu baru terpakai dengan baik saat ini. Dia bahkan menyadari, bahwa tasnya tertinggal di meja tempat mereka berdua memakan santapan tadi.

Saat terjadi keterpakainya-otak-Mingyu, mereka berhenti serentak di depan pintu meraba raba tubuhnya sendiri,namun tidak ada beda yang dapat menampung benda lain tersebut. "Ada di meja." Akhirnya, Seungcheol menyadarinya. Dia tidak melihat Mingyu di sampingnya, itu artinya, . . . .

Saat Seungcheol berbalik badan—

BRUGH

Seungcheol merasakan sosok lain di samping tubuhnya yang tergeletak di lantai. Sosok itu tergeletak juga. Artinya, Seungcheol menabraknya? Apa orang itu yang menabraknya? Keduanya benar.

Seungcheol bangun dari tergeletakannya/?. Ini kali pertamanya menabrak orang lain selain Mingyu. Mingyu kembali dan melihat Seungcheol dan orang lain saling berhadapan. Orang itu masih tengkurap tapi Seungcheol hyung tidak membangunkannya?—Pikir Mingyu.

SSREETT

Mata Mingyu terbelalak, pasalnya Seungcheol —orang yang tidak pernah membantu orang lain— mengulurkan tangannya untuk membantu untuk membangunkan orang yang sempat menabraknya tadi. Mingyu meyakini, bahwa satu kampus akan heboh dengan fakta Seungcheol yang satu ini. Mingyu tidak pernah menyangka, bahwa Seungcheol akan berubah drastis. Apa dia yang dibilang masa depan oleh Seungcheol?

Namun tidak ada respon apapun dari orang yang menabrak Seungcheol tadi, dia hanya terduduk dan wajahnya menghadap lantai. Serta rambut panjang yang terurai kebawah. Namun Seungcheol terus menahan tangannya untuk tetap mengulur pada sosok berambut indah ini. Ia ingin melihat wajahnya.

SSREETTT

Kali ini, mata Seungcheol yang mengalami pemenuhan volume, karena sosok berambut panjang ini menyambut tangan Seungcheol dengan tangan lembutnya. Dan itu sukses membuat wajah mereka berdua saling berhadapan. Terlalu lama bergenggaman membuat orang itu sedikit tidak nyaman, sehingga sesuatu yang tidak disukai Seungcheol terjadi, memutuskan hubungan kulit dengan orang yang baru saja membuatnya jatuh cinta di pandangan pertama tersebut.

"Emm, terima kasih." Ucap orang itu seraya menyelipkan poninya pada telinganya dan tersenyum kepada Seungcheol. Dan jangan tanya apa kabar Seungcheol saat ini, dia akan mati jika jantung nya tidak bedetak dengan normal sekarang juga. Ia anggap senyuman itu adalah senyuman terindah yang pernah dia lihat. Setelah senyuman ibunya sendiri.

Mata Seungcheol terus terbuka melihat wajah malaikat yang ia lihat di depan matanya sendiri. Sangat sempurna, dengan mata yang indah, hidung yang dibilang cukup mancung, dan bibir tipis. Sangat sempurna. Bahkan mata Seungcheol tidak berkedip sekarang. Dia terlalu tertusuk oleh pesona 'orang itu'.

"Hei?" tanya orang itu. Namun tak ada jawaban.

"Permisi?" tanya orang itu lagi. Tapi tidak ia temukan hasil. Sekarang orang itu melambai lambaikan tangannya di depan wajah Seungcheol, namun tidak terjadi apa apa.

PUK

BLUSH

Wajah Seungcheol menghangat tiba tiba. Dikarenakan, orang yang dianggap Seungcheol masa depannya menepuk pipinya pelan, bahkan terbilang lembut. Maka wajah Seungcheol sontak memerah, dan tubuh Seungcheol tiba tiba mundur 1 langkah ke belakang. Kesadarannya pun telah kembali.

"N-Ne? W-W-Wae-yo?"

"Aku mengucapkan terima kasih untukmu, tapi kau tidak merespon apapun." Orang itu pun menundukkan kepalanya sambil mem-pout-kan bibirnya. Tentu saja itu membuat Seungcheol semua orang ingin menggigit kepalanya sekarang juga. Terima kasih pada Tuhan karena mempertemukan Seungcheol dengannya hari ini.

"Ah, iya. Maaf." Seungcheol menggaruk tengkuknya. Ia benar benar minta maaf sekarang. Dan kita melupakan fakta bahwa Mingyu masih membuka mulutnya lebar lebar. Sepanjang umur hidupnya, tidak pernah dia mendengar Seungcheol meminta maaf kepada orang lain selain keluarganya.

"Gwaenchanha."

"Siapa namamu?"

"Eung?" Baik orang asing itu maupun Mingyu mengkerutkan keningnya. Apa maksud Seungcheol sekarang? Tidak ada. Dia hanya ingin tau, siapa nama calon masa depannya ini. Abaikan kalimat tadi.

"N-Ne. Siapa namamu? Aku, Choi Seungcheol." Lagi lagi ia menggaruk tengkuknya dengan tangan kiri dan mengulurkan tangannya *lagi* dengan tangan kanannya. Seungcheol mengalihkan pandangannya, ia malu untuk menatap wajah sosok malaikat di depannya.

SREETT

Seungcheol dapat merasakan kulit yang sangat lembut bagaikan kulit bayi yang baru lahir menyentuh kulit telapak tangannya. Dan ia menyukainya. "Yoon Junghan." Ucapan singkat dari Junghan dapat membuat hati Seungcheol meleleh seketika, nama yang indah menciptakan sosok yang indah. Ia mempercayai perkataan ibunya sekarang. Dulu ibunya sering berkata bahwa nama 'Choi Seungcheol' itu jelek, karena dulu SD Seungcheol sering membolos sekolah. Kali ini, Seungcheol mempercayai ucapan ibunya karena ia melihat sosok indah dengan nama yang tak kalah indah.

Dengan satu pertanyaan dari Seungcheol, menimbulkan banyak pertanyaan bercabang. Seperti 'Dimana kau tinggal?' 'Bolehkah aku mendapatkan nomor telefonmu?' 'Apa yang kau lakukan disini?'

"Ehem." Suara deheman menyadarkan kedua insan yang sedang asik berkomunikasi di samping pintu keluar ini. Membuat seseorang yang terabaikan memilih untuk memutuskan komunikasi mereka berdua. Kim Mingyu.

Setelah itu, Mingyu mendapat 2 tapapan. Yang pertama polos. Yang kedua, tatapan yang seolah olah berbicara . . .Gyu. Dan dia lebih memilih menatap balik tatapan yang polos.

"Maaf, nona. Aku dan Seungcheol harus pulang." Mingyu berkata seolah itu bukanlah masalahnya. Namun berbalik dengan Seungcheol, wajah Seungcheol seolah mengatakan itu-bukan-kebenaran-nya pada Junghan. "Aah, iya. Maaf ya, aku membuang waktu kalian." Junghan tersenyum saat waktu yang ia perlukan untuk mengenal Seungcheol lebih dalam telah habis. Sejujurnya, dia sangat kecewa.

"Mingyu." Panggilan singkat dari Seungcheol membuat Mingyu menoleh, dan dapat Mingyu dengar, nada bicara Seungcheol yang sedikit— yaa , kau tau. Mingyu akan mati setelah ini. Setelah berpamitan dengan Junghan, Mingyu dan Seungcheol melesat keluar cafe dan masuk ke dalam mobil Seungcheol. Disinilah, neraka bagi Mingyu.

BLAM

Seungcheol menutup pintu mobilnya dengan keras saat dia sudah di dalamnya. Itu menandakan, kekesalan Seungcheol akan ter'bagi' dengan Mingyu. Saat itu juga, bulu kuduk Mingyu berdiri seketika. Saat Seungcheol tenggelam dalam api emosi. Tapi Mingyu tenggelam dalam udara ketakutan.

"Emmm.. Hyung?" —Mingyu

"Apa ,Mingyu? Belum cukup? Kau bisa memberhentikkan sebagai mahasiswa juga, Kim Mingyu." Penekenan kata 'Kim Mingyu' di kalimat terakhir dapat tercetak jelas bahwa Seungcheol sedang ingin bermain main sedikit dengan Mingyu.

"Tapi, kau belum menyelesaikan kuliahmu,hyung." Mingyu menatap jalanan dari dalam mobil. Dia tidak melihat, bahwa Seungcheol sedang ingin mengumbarkan emosinya.

..1..

..2..

..3—

"YAK! AKU TIDAK BICARA SOAL ITU , KIM MINGYU! AKU BERBICARA SOAL KAU TADI YANG TIDAK SOPANNYA MENGAJAKKU PULANG DI SAAT KAMI SEDANG BERBICARA!" Gertak Seungcheol. Mingyu bahkan sempat tersentak dan loncat kecil. Ia sangat terkejut tadi.

"Mian." Gumam Mingyu. Pelan, namun terdengar jelas oleh Seungcheol. Setelah itu, terdengar helaan nafas dari orang yang sedang menyetir itu. Seungcheol memang harus sabar menghadapi anak ini. Mingyu terkadang tidak sopan bahkan sampai Seungcheol menganggapnya kurang ajar.

"Besok aku akan menemuinya lagi." Gumam Seungcheol. Mingyu mengembangkan senyumannya.

..."BOLEH AKU IKUT?! ~"...

..."TIDAAAAAAAAAAAAAAAAKK!"...

.

.

.

Kali ini, tanpa Mingyu, Seungcheol dapat pergi menuju cafe dengan tenang. Dia dapat menikmati indahnya kota Seoul tanpa debat dengan Mingyu. Benar benar tenang—Pikir Seungcheol. Maaf jika ini tidak sopan, tapi Seungcheol benar benar menikmati perjalanannya.

TING

Bel di dalam cafe itu berbunyi, menandakan seseorang memasuki cafe itu. Dan benar saja, Seungcheol langsung mendapat sambutan dari pelayan cafe. Seungcheol langsung duduk dan memesan sesuatu.

DEG

'Kita bertemu lagi, sayang.' Seungcheol berbatin sendiri, mengkhayal sendiri .

"Junghan." Panggil Seungcheol. Seseorang yang sedang mencari tempat duduk pun langsung menoleh pada Seungcheol dan tersenyum padanya. Cukup dengan senyuman itu saja, Seungcheol bisa di katakan tewas di tempat dan Junghan pelakunya.

"Ah~ Seungcheol, kita bertemu lagi." Junghan menaruh nampannya di atas meja mereka berdua. Bahkan Seungcheol mengkhayal mereka berdua sedang berkencan sekarang.

"Ne, apa yang kau lakukan disini, Junghan?" Sebenarnya sebuah gumaman 'chagi-ya' tidak tersebut oleh Seungcheol di akhir kata. Itu terlalu memalukan. Mereka saja baru mengenal satu sama lain kemarin. Secara tidak sengaja tentunya.

"Ah~ Aku setiap hari kesini. Kau sendiri?" Junghan mulai mencuil cuil santapannya. "Ingin bertemu denganmu." Jawab Seungcheol pelan.

"Eung?"

"—Ani— "

"Aneh. Kau tadi mengatakan sesuatu." Selidik Junghan. Ini memang aneh. Tadi Junghan mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Seungcheol.

"A—Aku—Aku ingin bertemu temanku. Ya, temanku." Gugup Seungcheol. Sebenarnya ingin Seungcheol mengatakan yang sebenarnya, namun nyalinya menciut seketika.

"Ooh.. yang kemarin?"

"Mingyu? Tidak, aku tidak mau mengajak dia lagi kesini. " Junghan terekeh. Sepertinya Junghan tau bahwa Seungcheol memang jengkel terhadap Mingyu.

"Jinjja? Memangnya kenapa?"

"Dia menyebalkan." Junghan terkikik lagi. Lalu sebuah nampan dibawakan oleh seorang pelayan perempuan yang datang, dan itu adalah Ice cream vanilla, Ice cream Strawberry, dan Wafer Ice cream.

"Eung~? Seungcheol? Kau akan menghabiskan semuanya?" Junghan seperti menerka nerka mimik wajah Seungcheol yang sedang berpikir. "Tidak. Kau mau membantuku?" Tiba tiba wajah Junghan berubah menjadi cerah.

..."Tentu!"...

.

.

.

"Terima kasih telah mengantarkanku pulang. Kau ingin masuk?" Junghan masih betak di depan pintu berbincang bincang berdua bersama Seungcheol. Dengan Seungcheol yang masih bersandar di luar mobilnya setelah membantu Seungcheol memakan es krim strawberry dan mengantarnya pulang.

"Anni. Kau masuk saja, aku akan pulang setelah kau masuk rumah, Junghan." Entah kenapa itu terdengar manis oleh Junghan, menyebabkan beberapa sel merah memusat pada wajah Junghan bahkan beberapa memusat pada telinga Junghan. Dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Seungcheol, bahkan Seungcheol hampir mengumpulkan niat untuk memakan Junghan hidup hidup.

BLAM

Pintu rumah Junghan tertutup perlahan, namun jantung seseorang yang menutup pintu tersebut berdetak sangat kencang. Wajahnya memerah sempurna. Sekarang ia menggosok gosok wajahnya dengan telapak tangannya. Sekarang ia harus mandi. Yaa, mandi.

Sementara di luar, masih ada seseorang yang sedang berloncat loncat kegirangan. Wajahnya memerah walaupun tipis. Ia harus pulang dan menceritakannya dengan Mingyu. Tapi... ia takut, ia akan mengamuk jika bertemu Mingyu.

BLAM

Seungcheol sudah mantap untuk menceritakannya pada Mingyu. Dan mulai dari sekarang, Seungcheol mengemudikan mobilnya di siang hari ini. Tiba tiba—

DDRRTT DDRRTTT

Sesuatu yang terdapat di dalam kantung celana Seungcheol bergetar, dan Seungcheol memutuskan untuk menepikan mobilnya. Sebuah benda persegi panjang keluar dari saku celana Seungcheol dan terdapat nama 'Mingyu Kim' disana.

PIP

"Yeoboseoyo?"

"Kau tau siapa aku, Seungcheol. Dan sekarang aku berada di kampus. Dan kau harus kesini sekarang juga. SEKARANG." Sebuah penekanan kata 'Sekarang' pada bagian kalimat terakhir menusuk telinga Seungcheol dalam dalam.

"YA! ORANG MACAM APA YANG MAU BERTEMU DENGANMU, AKU MASIH MEMPUNYAI BANYAK PEKE—" Mingyu memutuskan kontak mereka secara satu pihak dari seberang. Dan Seungcheol mendengus kencang di sini. Itu artinya, dia tidak bisa menolak, bahkan menelpon Mingyu, itu akan membuang waktunya.

"Mungkin, jika aku menelponmu, waktuku akan terkuras. Tapi jika aku akan bertemu denganmu, waktuku akan lenyap, Kim Mingyu." Seungcheol menyetujui batinnya sendiri sekarang. Dan ia mengendarai mobilnya menuju kampusnya di bawah sinar terik matahari.

SKIP TIME

"Ada apa, Kim Mingyu? Kau membuang waktuku jika kau tidak menjawabnya." Kesal Seungcheol. Dia merasa bahwa waktunya benar benar terbuang oleh Mingyu seorang. Dan itu tidak ada gunanya sama sekali. Hanya untuk mengumpat di balik lemari perpustakaan. "Kau ingin bermain petak um—"

"SSSTTT" Mingyu meletakkan jari telunjuknya di atas bibir Seungcheol, dan Seungcheol terdiam. Wajahnya memerah. Bukan bersemu, ia menahan amarahnya agar tidak di sebar di dalam perpustakaan. Bibir ku tidak suci lagi—Pikir Seungcheol.

"Itu, lihat itu." Seungcheol mengikuti arah tangan Mingyu.. dan itu menuju kepada seseorang yang membaca buku biologi. "Dia sangat cantik." Lanjut Mingyu, sekarang Mingyu menggigit lemari perpustakaan itu gemas. Seseorang di depannya sangat cantik.

"Hanya itu?" Mingyu mengangguk dalam ketidaksadarannya, ia hanya menjawab pertanyaan Seungcheol dengan jujur. Tanpa kesadarannya. Ekspresi datar terpampang jelas di wajah Seungcheol dan hanya untuk Mingyu.

"Lebih baik jangan hubungi aku, Mingyu. Kau membuang waktuku." Seungcheol pergi meninggalkan Mingyu yang masih setia di balik lemari perpustakaan itu.

"J-Jeon Wonwoo." Mingyu terlihat kaku membaca 'nametag' yang terpampang di dada kiri seseorang yang membuat Mingyu seperti orang bodoh. Seperti sasaeng fans. Lalu, ia menyadari hilangnya Seungcheol, tiba tiba di panik. Dan ternyata Seungcheol masih ada di depan pintu perpustakaan. Dan Mingyu mengejarnya. Ia merelakan seseorang yang bahkan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama di perpustakaan.

.

.

Kedua namja berjalan beriringan di koridor kampus mereka. Kim Mingyu dan Choi Seungcheol. Mingyu yang sedang memainkan handphone Seungcheol selalu mendengus jika permainannya kalah telak. Dan Mingyu selalu menyalahkan handphone Seungcheol yang rusak. Aneh.

BRUGH

"BWAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHA— KIM MINGYU, APAKAH KAU MABUK? AHAHA" Seungcheol tertawa dengan kencangnya. Pasalnya, Mingyu yang sedang asik memainkan handphonenya menabrak tiang di depannya, dan itu membuat wajah Mingyu sedikit memerah.

Dan pada akhirnya, Seungcheol mengambil kembali benda persegi panjang miliknya itu. Baru saja ingin memasukannya ke dalam saku, handphonenya bergetar, dan tidak ada nama seseorang, hanyalah nomor. Itu artinya orang yang tidak ada di dalam kontaknya menelepon. Namun,siapa?

PIP

"Yeoboseoyo?"

"Hai Seungcheol, masih mengingatku?"

DEG

"J-J-Jang Doyoon?"

"Ne, kau masih mengingatku rupanya. Hahaha, ini lucu sekali, Choi Seungcheol. Apakah kau masih ingin mengejar ngejarku sekarang?"

"Persetan dengan masa lalu. Aku sudah memiliki yang lain, Jang Doyoon!"

"Tapi sekarang aku ingin mengejarmu~"

"Pergilah, dasar pembunuh." Seungcheol mematikan handphonenya, secara satu pihak. Dia tidak ingin berkomunikasi dengan Doyoon lagi. Dia menghancurkan hidupnya. Dia membunuh sesuatu yang sangat berharga baginya.

"H-Hyung? Tadi-Tadi Doyoon Hyung?" Mingyu tergagap dengan pembicaraan Seungcheol dan orang yang menelponnya tadi. Seungcheol hanya mengangguk sambil mengusak ngusakan wajahnya dengan kulit telapak tangannya.

"J-Jangan bertemu dengannya, hyung. Kumohon."

"Aku tidak akan bertemu dengannya, Mingyu."

"Aku akan menjagamu. Mingyu Kim. Junghan Yoon. Aku tidak akan membiarkan kalian bertemu Doyoon." —Seungcheol

TBC

Wakwaw, jadi Mingyu itu siapanya Seungcheol ampe dijagain, sebenarnya Seungcheol itu satpamnya Mingyu *ga. Jadi, ada jawabannya di chapter selanjutnya. Doyoon siapanya Seungcheol, author juga ga tau sih. Author kan labil. Jadi entah Junghan ketemu Seungcheol, ato Seungcheol ketemu Doyoon, ato malah Junghan ketemu Doyoon trus brantem kek emak emak arisan, ngga kok ngga, boong.

Kok jadi kayak sinetron gitu ya? Emang sih :v :v Tenang ajah, Author ga akan biarin Doyoon mendapatkan Seungcheol. Karena, author suka warna kuning. Karena, author rumahnya nanas *lah. Oke, sampai jumpa di Chapter selanjutnya. Kalo mau tau updatenya kapan, add pin bb author ya *promot* ada di bio kok sist/?. Oh iya, SELAMA UTS, AUTHOR GA PEGANG HP/KOMPI YA. MAU POKUS POKUS TRALALA . DADAAH. SALAM SEPENTIN.

—ParkFamily