"Jae…menurutmu Tiffany itu orangnya seperti apa?"Yunho mengamati artikel tentang Tiffany di sebuah majalah.
"Maksudmu?"Aku menghentikan membaca novel dan memandangnya heran. Yunho adalah teman satu apartemenku dan leader DBSK yang kucinta walau dia tak tau tentang perasaan ini. Entahlah padahal kami sedang vakum tapi kami tak juga berpisah apartemen.
"Apa dia mau dengan orang sepertiku?"Yunho sama sekali tak menatap lawan bicaranya. Ia hanya terfokus dengan foto Tiffany di majalah.
DEG…apa maksud Yunho. Tak mungkin ia menyukai gadis itu. Apa kau tidak mengerti perasaanku Yunho. Aish..apa yang harus kukatakan,"Aku tidak tau. Aku bukan Tiffany, aku Jaejoong,"
Yunho tersentak mendengar jawabanku. Ia pun menoleh kearahku,"Boojae kenapa kau marah?"
"Aku tidak marah,"seketika aku langsung mengalihkan pandanganku kearah novel yang tadi sempat ku lepas,"Dia cantik,"Yunho tersenyum mendengar jawabanku. Tapi menyebalkan, lanjutku dalam hati.
"Kau benar dia cantik,"Yunho tak lagi memandangku. Kini perhatiannya terpusat pada foto gadis menyebalkan itu.
"aku keluar,"hatiku terus tersayat pisau jika terus mendengarnya memuji gadis itu. Aku langsung mengambil jaket dan pergi ke pantai. Aku sama sekali tak mengindahkan perkataan Yunho bahwa sekarang sudah jam 2 pagi. Aku ingin mencari ketenangan.
Aishh kenapa masih sakit? Padahal aku sudah tak mendengarnya memuji gadis itu. Yunho-yah apa kau sama sekali tak menyadari perasaanku? Apa aku harus mengatakannya? Aku duduk di tepi pantai membiarkan ombak menerpaku beberapa kali. Berharap ombak itu membawa pergi sakit hatiku. Gila! Aku tersenyum menertawakan kebodohanku. Mana mungkin ombak itu bisa.
Kulihat arloji di pergelangan kiriku hamper menunjukan jam 6 pagi. Rupanya aku sudah 4 jam diterpa ombak. Sebentar lagi matahari terbit, apakah sinar itu bisa menghancurkan perasaan ini? Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggangku.
"LEPAS!! SIAPA KAU?"aku terus berontak. Sial pelukannya terlalu kuat, mau apa orang ini?
"Shh…Boojae berhentilah berontak!"suara itu berhasil membuatku diam seketika.
"Yunnie? Kenapa kau ada disini?"damai berada di dalam pelukannya. TIDAK, pekikku dalam hati. Aku tak boleh terbawa suasana. Mungkin saja dia hanya bercanda memelukku.
"Kau tidak kembali ke apartemen. Sudah kuduga kau ada disini makanya aku menghampirimu. Apa kau punya masalah?"Yunho mengeratkan pelukannya.
"Maaf kalau aku membuatmu khawatir. Tolong lepaskan!"aku memegang lengan Yunho yang memelukku erat.
"Ada apa? Sebelumnya kau tidak keberatan aku peluk seperti ini?"Yunho memutar tubuhku pelan,"Boojae, siapa yang membuatmu menangis?"
Yunho menangkupkan wajahku,"Aku hanya kelilipan pasir itu saja,"sinar matahari sudah mengenai tubuhku. Aku langsung mengalihkan pandanganku dan melihat matahari terbit. Hangat…sinar itu menghangatkan tubuhku yang kedinginan.
"Boojae! Aku tau siapa kau. Kamu berbohong, katakan siapa yang membuatmu menangis?"Yunho membalik tubuhku sehingga kini kami duduk berhadap-hadapan."Boojae, aku nggak akan membiarkan orang itu membuatmu menangis,"tubuhku dipeluk dengan erat oleh Yunho.
Perlahan air mataku mulai turun. Andai kau tahu bahwa orang itu adalah kau yang aku cintai mencintai orang lain. Mana mungkin aku memberitahu ini kepadamu. Bagaimana reaksimu nanti? Aku takut kehilanganmu seutuhnya. Aku masih berharap kita masih menjadi sahabat. Perasaan ini hanya aku yang tahu sehingga DBSK tidak hancur gara-gara perasaan ini.
Yunho melepas pelukanku,"Kita pulang! Kau pasti kedinginan, kau harus istirahat Boojae!"Yunho membantuku berdiri dan merangkulku.
"Kenapa kau baik padaku?"aku yakin pasti wajahku kini sudah merah. Aku pun menundukkan wajahku tak berani menatap wajahnya.
Yunho tertawa pelan,"Kau aneh. Tentu saja karena kau sahabat terbaikku,"
Sahabat? Seharusnya aku sudah menduga itu. Tak mungkin perasaannya lebih dari seorang sahabat.
***
TING TONG
Aku langsung berlari menuju pintu apartemen. Siapa tau itu Yunnie~. Aku langsung membuka pintu,"Eh? Changmin ah~, Junsu, Yoochun,"
"Hyung, sampai kapan kami harus berdiri di depan pintu? Kau tidak mengizinkan kami masuk?"Changmin memasang wajah cemberut karena melihatku hanya terpana.
"Hahahaha. Ayo masuk!"mereka langsung masuk dan menuju ruang tamu. Aku pun menutup pintu dan berjalan ke dapur mengambil 4 kaleng minuman."Minum!"aku melempar 3 botol ke arah mereka dan duduk di hadapan mereka.
"hyung, Yunho hyung mana?"Tanya Changmin.
"hmm aku juga tidak tahu,"Aku menegak minumanku,"mungkin sedang bersama Tiffany,"aku menelan ludahku menyebut nama cewek itu.
"Hyung kau tidak apa-apa?"perhatian para dongsaeng kini teralih kearahku.
"Tentu ?"aku berusaha menyembunyikan perasaanku. Ternyata mereka menyadarinya. Aktingku memang buruk.
"Kau terlihat sedih. Apa Yunho hyung menolakmu?"Changmin yang memang mengetahui perasaanku langsung bertanya.
Aku hanya bisa menggeleng,"aku takut itu akan membuat kita terpecah belah. Mungkin memang ini harus terus disimpan".
"Tapi hyung,"Junsu ingin menjawab ucapanku namun langsung dihentikan yoochun.
"Jaejoong-sshi kami ingin yang terbaik untukmu. Jika kau sudah mengambil keputusan seperti itu kau harus segera melupakan Yunho hyung. Kami tak mau kau akan sakit hati jika suatu saat Yunho hyung mempunyai pacar,"aneh menurut kami, seorang Yoochun mengatakan demikian. Mungkin tadi kepalanya terbentur.
"Yoochun kau tidak sakitkan?"Junsu memeriksa suhu tubuh Yoochun.
"Hyung apa kau baik-baik saja?"nada polos Changmin terdengar.
"HAHAHAHAHA,"konyol sekali para dongsaengku ini. Terima kasih, setidaknya kalian bisa membuatku tertawa. Semua perkataanmu Yoochun akan aku ingat."Sudah-sudah mungkin Yoochun kita sudah berubah,"aku mendapatkan pukulan telak dibahu.
"Jaejoong hyung, kenapa kau tidak membelaku?"Yoochun langsung cemberut mendengarku membela Junsu dan Changmin.
HAHAHAHAHAHAHAHAHA… kami menertawakan kekonyolan kami entah sampai kapann kami bisa terus tertawa lepas seperti ini.
"Jaejoong hyung, kenapa Yunho hyung belum pulang? Padahal kami sangat merindukannya,"Changmin terlihat sedih karena tidak bertemu hyung kesayangannya itu.
"Maaf Changmin. Dia tak memberitahuku kemana ia akan pergi,"
"Tapikan kalian selalu bersama-sama,"Changmin ngotot pertanyaannya harus terjawab."Hyung…,"
"Sepertinya sudah malam. Kami harus pulang hyung,"Junsu memotong ucapan Changmin.
"Kalian tidak menginap saja?"
"Tidak hyung,"mereka bertiga berjalan kearah pintu."Sampai jumpa besok,"kini mereka hilang didalam lift. Akupun kembali ke kamar.
Ah… sendiri lagi. Yunnie dimana kamu Sudah hampir jam 2 pagi?mungkinkah sekarang ia sedang bersama Tiffany. Tapi untuk apa? Sudah sepagi ini ia tak juga pulang. Yunnie cepatlah pulang aku merindukanmu!!!
***
Ini fic kedua saya...
hanya bisa berharap kalian menyukainya
review please
