Naruto © Masashi Kishimoto

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Portal Dimensi © AutumnSpring98

Warning : AU-Canon, typo(s), OOC, genre fantasy, friendship, humor and little bit romance.

.

.

.

"Aku harus menyelamatkan mereka! Madara, aku akan―"

"Oi! Berhentilah mengigau, ini bukan tempat tidurmu!" seru Takao pada seorang gadis yang tampak tertidur dalam gerobak milik partnernya.

Gadis berwajah manis itu membuka matanya secara perlahan kemudian menatap satu per satu objek di hadapannya. Ketika iris cokelatnya menangkap wajah Takao, segeralah gadis itu melompat keluar dari dalam gerobak lalu menatap pemuda itu dengan waspada. "K-Kau siapa?! Dan a-aku ada dimana?!"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kau ditemukan tertidur di gerobak temanku dan terus mengigau tentang peperangan," jelas Takao. Mata abunya meneliti penampilan Tenten yang menurutnya aneh dan tak biasa. "Kau alien dari planet mana?"

CTAK!

Pertigaan muncul di kening Tenten. Berani sekali pemuda di hadapannya ini menyebut dirinya alien! Rasanya ingin sekali Tenten melemparkan kunai pada kening pemuda sialan itu.

Tapi lebih dari itu, sebenarnya ia ada dimana? Kenapa tempat ini terasa sangat asing? Bukankah tadi dirinya ada di medan perang?

"Oi, sebenarnya ini dimana?" tanya Tenten bingung. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Cih, jadi benar ya kau itu alien nyasar? Tapi memangnya ada alien berwujud manusia? Ah tapi kau ini memang aneh―"

"Oi, oi! Aku ini manusia, jidat lebar!" potong Tenten yang sudah kesal dengan tuduhan Takao padanya.

"A-Apa? J-Jidat lebar?!" tampaknya Takao shock dengan julukan baru yang dilontarkan gadis bercepol dua itu.

"Ada apa, Takao?"

Suara rock, eh, baritone itu berhasil membuat dua makhluk fiksi karangan Masashi Kishimoto dan Tadatoshi Fujimaki menoleh ke sumber suara.

Nun jauh di sana, terlihatlah seorang pemuda tampan berkacamata yang sedang memasang wajah datar, sedatar-datarnya.

"Sin-chan, apa kau percaya dengan makhluk semacam alien?"

Midorima―si pemuda berkacamata―mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan dari sang asisten. "Apa maksudmu, nanodayo?"

"Maksudku ... kau lihat gadis itu kan?" Takao melirik Tenten yang berdiri di bawah pohon maple. Midorima hanya menatap Tenten sekilas, seolah tak ada yang aneh. "Nah, dia itu alien yang nyangkut di gerobakmu, Sin-chan!" lanjut Takao heboh.

"Oi! Kau ini menyebalkan sekali ya! Sudah kubilang aku ini bukan alien, aku manusia seperti kalian, baka!" seru Tenten. Karena kesal, ia melempar sebuah kunai ke arah Takao, namun Midorima dapat menangkap benda itu sebelum benar-benar mengenai partnernya.

"Sin-chan, k-kau ..."

"Bukannya aku peduli padamu, nanodayo. Tapi aku tak mau kau mati sebelum melunasi semua hutangmu padaku."

CTAK!

Tadinya Takao sempat terharu dengan aksi heroik Midorima―ia pikir pemuda tsundere itu sudah mulai berubah, tapi faktanya tetap saja! Sekali tsundere tetap tsundere! Hidup tsundere! Lho?

Midorima mengamati kunai yang berada di tangannya kemudian menatap Tenten penuh selidik. "Apa kau seorang ninja?"

"Eh, kau tau?!" seru Tenten senang. "Iya! Aku memang seorang ninja, dari Desa Konoha. Sebenarnya aku juga tak tau kenapa aku bisa berada di tempat seperti ini. Tapi, sepertinya kau tau sesuatu, syukurlah!"

Tenten tersenyum haru. Sepertinya pemuda berkacamata ini bersedia membantunya.

"Jadi, kau manusia yang berasal dari dimensi masa lalu?" kali ini Takao bertanya serius.

"Sepertinya begitu. Awalnya kukira aku terjebak dalam genjutsu, tapi setelah kuteliti tempat ini, rasanya sangat berbeda jauh. Benar-benar asing."

"Sekarang kita pergi, Takao."

"Heh? Pergi? Kemana?" tanya Takao tampak bingung.

"Sekolah," jawab Midorima singkat, padat dan jelas. Kini pemuda itu sudah stand by di dalam gerobak.

"Lalu gadis itu bagaimana?"

"Apa peduliku?"

CTAK!

Tenten yang mendengar hal itu tentu saja kesal sekaligus kecewa setengah ton. "Kau tak mau membantuku?"

"Membantumu? Memangnya kau pasang berapa tarif untukku?"

"TARIF?! T-Tapi kupikir kau tau sesuatu! Ayolah! Aku tak membawa uang. Lagipula jika aku membawanya, uang itu tidak akan berlaku kan?"

"Takao, aku tidak ingin datang terlambat," ujar Midorima―mengabaikan Tenten.

Tenten mengepalkan kedua jari tangannya, tampak geram. Uh-oh, dia tidak suka di abaikan, pemirsa. "D-DASAR SILUMAN LUMUT MENYEBALKAN!" teriaknya penuh kekesalan.

"Pfft, s-siluman lumut? Shin-chan―"

"Cepat kita pergi, nanodayo, Bakao!" potong Midorima kesal. Bahkan pertigaan dan perempatan sudah menghiasi wajahnya.

"Baiklah~ baiklah~" Takao segera mengayuh sepeda gerobak tersebut. "Jaa, Panda-chan!" seru Takao sebelum benar-benar pergi.

"P-Panda-chan?!" Tenten mangap, shock. "Tch, memang aku ini panda!? Seenaknya saja dia! Menyebalkaaaan!" gerutunya sebal.

Tenten menghela napas kasar kemudian memutuskan untuk menyusuri jalanan yang entah akan membawanya kemana. Barangkali ia dapat menemukan petunjuk dimana dirinya berada lalu kembali ke Desa Konoha.

Ia menatap suasana perkotaan yang tampak ramai. Perumahan mewah, gedung tinggi, jalanan beraspal yang menggantung, dan apa itu? Kendaraan beroda dua? Ah, bahkan ada juga yang beroda empat! Ini semua benar-benar terasa asing bagi Tenten.

Kalau dipikir-pikir, rasanya memang aneh. Jika benar dirinya terlempar ke dimensi masa depan, kenapa bisa? Bukankah seharusnya ia terjebak dalam dunia genjutsu milik Madara?

"Ah! Aku ingat!" seru Tenten tanpa memperdulikan lalu lalang orang di jalanan.

Flashback ...

"Aku akan menyegel Madara dengan senjata milik Rikudou Sennin ini! Ya! Aku harus segera menyelamatkan mereka sebelum terlambat!" seru Tenten sembari berlari menuju medan perang. Tangan kanannya menggenggam sebuah gulungan rahasia milik Rikudou Sennin yang ia temukan terjatuh di suatu tempat.

Namun tiba-tiba ketika dirinya melewati sebuah hutan, ia menemukan sebuah benda yang mengeluarkan cahaya kehijauan. Karena penasaran, Tenten memutuskan untuk mendekati benda tersebut.

"Batu kristal?" gumam Tenten sembari mengamati benda bercahaya yang kini berada dalam genggaman tangannya. "Kenapa benda seperti ini bisa berada di tengah hutan?"

"Hey, Nona! Kembalikan benda itu pada kami!"

Tenten menoleh ke belakangtempat dimana ada dua orang shinobi berseragam jounin namun wajahnya terhalang oleh topeng ANBU.

"Maaf, tapi apa"

BLARRR!

Tanah yang dipijak Tenten bergetar cukup kuat, diiringi perubahan warna langit yang tadinya gelap menjadi terang.

"Gawat! Proyeksi Mugen Tsukuyomi milik Uchiha Madara pasti sudah terjadi!"

"Ya! Tidak ada waktu lagi! Kita harus segera pergi!"

Tenten yang sedang mencerna apa yang barusan terjadi, tiba-tiba dikejutkan oleh serangan dua shinobi tadi. Refleks, ia menghindar dan tak sengaja melemparkan batu kristal tersebut pada sebatang pohon.

Batu kristal yang terlempar itu mengeluarkan sebuah cahaya yang sangat terang, hingga membuat Tenten mengernyit karena silau.

"Sekarang!"

Salah satu dari mereka meraih batu kristal yang tergeletak di tanah kemudian membentuk sebuah pola di udara dengan batu kristal tersebut.

Dari pola itu keluarlah cahaya yang begitu menyilaukanlebih silau dari yang pertama.

"P-Portal?!" gumam Tenten yang masih bisa melihat di tengah kesilauan. "Jangan-jangan ... !"

Tenten segera berlari menuju dua shinobi tak dikenalnya. "Tunggu!"

Sialnya, ketika tangan Tenten berhasil menarik baju salah satu dari mereka, portal itu keburu mengeluarkan pusaran angin hingga membuat mereka bertiga tersedot masuk.

"S-Sial! Aku" dan dunia yang dilihat Tenten pun menggelap.

Flashback end.

xXx

"Apa mereka menggunakan Jikukan Ninjutsu?!" gumam Tenten sembari menggigit bibirnya. "Tidak! Tidak! Mereka membuka portal itu dengan batu kristal, sedangkan Jikukan Ninjutsu kan digunakan tanpa perantara apapun! Tch, apapun itu aku harus menemukan mereka―"

BRUK!

"I-Ittai!"

Tenten mengaduh kesakitan ketika tubuhnya terjatuh karena ditabrak sesuatu.

Seorang pemuda bersurai pirang buru-buru keluar dari mobil hitamnya. Kemudian menghampiri Tenten dengan wajah panik. "Kau tak apa, Nona? Gomennasai! Tadi aku terburu-buru."

"A-aku tak apa. Ukh!" Tenten kembali terjatuh ketika dirinya berusaha berdiri. 'Sial, kenapa aku jadi lemah seperti ini?!' batinnya.

"Kakimu terluka, ssu. Mari kubantu, aku akan membawamu ke rumah sakit."

"T-Tidak―"

"Sudahlah. Aku ini penabrak, jadi harus bertanggung jawab."

Pemuda itu menggendong Tenten ala brydal style menuju mobilnya. 'Oi, oi! Ini memalukan sekali!' batin Tenten yang wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus.

xXx

Keringat mengalir cukup deras dari pelipis dan leher Midorima. Pemuda itu memutuskan untuk beristirahat dari latihan basketnya, kemudian menenggak minuman ion yang ia bekal dari rumahnya.

"Hoi, Shin-chan! Apa menurutmu portal dimensi itu benar-benar ada?"

Midorima menoleh ke samping dan hampir menyemburkan minumannya ketika melihat sosok Takao yang entah sejak kapan sudah berada di sana. Si partnernya ini kadangkala jadi mirip Kuroko―teman masa SMPnya―yang sering menghilang lalu muncul secara tiba-tiba.

"Menurutmu?" Midorima balik bertanya.

"Hmm, menurut buku yang kubaca sih portal dimensi itu benar-benar ada," jawab Takao.

TWICH!

Pertigaan muncul di kening Midorima saat irisnya berhasil menangkap judul buku yang Takao pegang dan mendapati kondisi halaman buku itu sudah dalam keadaan kusut dan kotor.

"Kau mendapat buku itu dari mana, nanodayo, Bakao?"

"Oh, ini?" Takao menutup buku berjudul 'Portal Dimensi' kemudian menyerahkannya pada Midorima. "Aku mendapatkannya dari hatimu. Bhahahaks!" tawa Takao pecah saat melihat ekspresi sang partner yang seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"Yah ... Awalnya aku berniat meminjam buku tugasmu untuk ku contek, tapi aku malah lebih dulu menemukan buku itu." jelas Takao sembari memasukkan bola ke dalam ring.

"Lalu kenapa buku ini bisa kusut dan kotor, Ba-ka-o!?"

"Oh, tadi buku itu sempat terkena tumpahan kuah ramen. Aku kan membacanya sambil makan. Dan soal kusutnya ... kau tau sendiri gaya bacaku kan?"

Midorima mengepalkan kedua jari tangannya hingga kuku-kukunya memutih, menarik napas dalam, kemudian, "ENYAHLAH KAU, BA-KA-OOO!"

BUAGH!

Beberapa menit kemudian, beredar sebuah majalah yang memuat berita dengan headline 'Takao Kazunari, point guard SMA Shuutoku ditemukan terkapar di lapangan SMA Yosen dengan wajah babak belur dan hilang ingatan.'

Tenten dan Kise baru saja keluar dari rumah sakit dan sekarang mereka berada di sebuah cafe. Sebenarnya Tenten tidak ingin berlama-lama di tempat asing ini, tadinya ia berencana pergi untuk mencari dua orang shinobi yang mungkin saja sama-sama terlempar ke tempat ini. Jika berhasil menemukannya kan, ia bisa kembali ke medan perang.

"Hello! Dari tadi aku bertanya padamu, Nona Panda."

Tenten tersentak dari lamunannya kemudian mendengus sebal. "Namaku Tenten bukan Panda, Tuan Cantik!"

"Tuan C-Cantik?!" Kise shock setengah hidup. Baru kali ini ada perempuan yang menyebutnya cantik, uhh ayolah ia tampan tau!

"Maksudku alismu yang cantik, bukan wajahmu," ralat Tenten saat melihat ekspresi Kise yang siap menumpahkan air mata.

"Yah, syukurlah!" Kise bernapas lega kemudian mengulurkan tangan ke gadis di hadapannya. "Kalau begitu, namaku Kise Ryota. Panggil saja Kise."

Tenten berjabat tangan dengan Kise walau agak canggung.

"Oh ya, apa boleh aku suatu waktu aku memanggilmu dengan Nona Panda? Habis kau mirip panda sih, ehehehe." Kise nyengir tak berdosa.

"Huh, terserahmu saja lah." gadis bercepol dua itu menyeruput minumannya kemudian menatap Kise dengan serius. "Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"

Pemuda itu hanya merespon dengan anggukan.

"Kau tau nama daerah ini? Maksudku ... aku ini ada dimana?"

"Eh, jadi kau tersesat, ssu?"

"Nanti biar kujelaskan. Sekarang jawab saja," perintah Tenten tak sabaran.

"Baiklah, saat ini kau berada di sebuah cafe, tempat makan."

BLETAK!

"Kalau itu aku sudah tau, baka!"

"Ehehehe, gomen, gomen. Maksudku, kau berada di Tokyo―"

"Desa, kota atau negara?"

"Heh, kau ini orang mana sih? Tokyo itu kan ibukota Jepang, ssu."

"Jepang? Negara baru ya?" gumam Tenten pelan.

Kise mengernyit heran mendengar gumaman Tenten. Gadis di hadapannya ini berasal dari mana sih? Kenapa sampai tak tau tentang Jepang?

"Aku ini sebenarnya seseorang yang hidup di zaman shinobi. Aku―"

"Jadi kau hantu, ssu?!" tanya Kise pucat.

"Tch, jangan memotong dulu!" gertak Tenten tak suka. "Maksudku aku ini korban dari portal dimensi. Jadi ... Bagaimana mengatakannya ya? Pokoknya aku ini manusia yang berasal dari dimensi lain. Begitu! Kau mengerti kan?!"

Karena Kise masih menampilkan wajah bingung, akhirnya Tenten menceritakan semuanya pada pemuda itu. Dari ia menemukan gulungan rahasia sampai ditemukan tertidur di sebuah gerobak lalu berkesal ria dengan dua orang pemuda.

"Tenten-cchi, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Kise setelah mendengar semua penjelasan Tenten.

"Apa?"

"Pemuda pemilik gerobak itu ... Apa dia memakai kacamata?"

"Heh? Kupikir kau mau menanyakan hal penting," ujar Tenten manyun. "Iya, dia berkacamata, tubuhnya tinggi, warna rambutnya hijau dan menyebalkan―"

BRAK!

"Itu Midorimacchi, ssu!" pekik Kise heboh.

"O-Oi, kau tak perlu menggebrak meja seperti itu, Kise-san!" Tenten terkejut dengan tingkah Kise yang agak childish―mengingatkan dirinya pada Naruto, teman di tempat ia berasal.

"G-Gomen, aku memang selalu seperti ini," ujar Kise nyengir.

Tenten mendengus pelan. "Kau kenal padanya?"

"Tentu saja. Dia itu teman masa SMP-ku," jawab Kise. "Oh ya, setauku Midorimacchi itu sangat tertarik dengan kisah portal dimensi, tapi kenapa dia tidak mau membantumu ya?"

"Mungkin dia lelah. Entahlah, apa peduliku? Dia orang yang sangat menyebalkan!"

"Ahaha! Dia itu memang agak tsundere sih," ujar Kise nyengir.

Tenten tak merespon lagi, hazelnya sibuk menatap jalanan lewat jendela cafe. Melihat lalu lalang orang dan bunga sakura yang berjatuhan.

"Untuk sementara waktu, bagaimana kalau Tenten-cchi tinggal di apartemenku saja?"

Tenten menoleh kemudian tersenyum tipis. "Terimakasih. Tapi aku tidak ingin membuang waktu di tempat ini, aku harus segera pergi untuk menyelamatkan temanku."

"Hey, tapi aku bisa membantumu, ssu. Jadi tinggal lah dulu di sini. Nanti aku juga akan meminta bantuan Midorima-cchi."

"Tidak perlu―" tiba-tiba Tenten menepuk keningnya. "Ah, sepertinya aku melupakan sesuatu!"

Tenten buru-buru membuka tas mininya, mengeluarkan satu per satu benda yang ada di dalamnya. "Ck, sial! Kemana gulungan rahasiaku?!" gumamnya bingung.

Kise yang mendengar gumaman Tenten merespon, "mungkin terlempar bersama batu kristal itu?"

"Tidak! Aku memasukannya ke dalam tasku," ujar Tenten masih sibuk mencari benda tersebut.

"Ah! Atau terjatuh di tempat kau bertemu Midorima-cchi!"

Tenten menghentikan gerakan tangannya, kemudian berusaha mengingat apa saja yang ia lakukan di tempat tadi.

"Ah, sial! Waktu itu aku sempat melempar senjataku pada teman Midorima-san, dan―aku harus pergi!"

Tenten berlari keluar cafe diikuti Kise yang berusaha mengejarnya.

xXx

"Eh? Itu kan benda milik gadis aneh tadi. Kupikir kau membuangnya," ujar Takao pada Midorima yang sedang sibuk mengamati benda antik tersebut.

Eh, Takao kau sudah sehat ya?

"Aku merasa pernah menemukan benda semacam ini, nanodayo."

"Benarkah? Kakek buyutmu dulu seorang ninja ya?"

"Bukan seperti itu, nanodayo!" Midorima membenarkan letak kacamatanya dan tanpa sengaja kunai yang ia pegang terjatuh dari genggamannya.

Midorima membungkuk untuk mengambil benda tersebut.

Namun …

"HAHH?!"

Baik Midorima maupun Takao saat ini menunjukkan wajah heran, bingung, dan kaget.

"KENAPA BISA?!"

Nah, nah, apa yang terjadi? Tunggu di chapter berikutnya! **digeplak readers**

xXx

A/N : Uwaaaaa, saya seneng bisa publish fic crossover saya yang pertama! Rasanya seperti naik rollar coaster lalu jatuh ke lautan jus tomat ... **apa hubungannya?** Tadinya fic ini mau dijadiin fic kolaborasi sama Kak Yamanaka Tenten. **saya lupa nanya nama aslinya T_T tapi pen name-nya emang itu!** Sayangnya, dia lagi kena serangan WB, jadi saya memutuskan untuk buat fic ini sendiri. SPECIAL UNTUK KAK YAMANAKA TENTEN! **lempar bunga pengantin dan taburan atom peledak! Eh?** Semoga kakak suka dan puas ya!

Waktunya memberi pendapat! Kritik dan saran sangat diterima! Mau nge-flame pake akun yang bener ya! :"

Jaaa! *pergi pake kamui*