Game over!
.
.
.
Naruto dan all chara dipinjam dari MK-sensei tidak termasuk paket OOCnya yang dipesan khusus dari anime tetangga.
.
.
Aku suka pair Naruhina :) jadi aku akan mengeksplorasi segala jenis kepribadian Hinata dan Naruto.
.
.
.
Rate T -M ( warning cerita dewasa. Tidak untuk anak dibawah 17 tahun, mungkin!)
.
.
.
Romance hurt
.
.
.
Sumarry :
Aku sedang menulis benang merah dihidupku sekarang. Dihadapanku Naruto sedang menjulurkan tangannya yang berisi cincin "Mau kah kau menikah denganku?". Aku terkejut sekaligus bahagia menatap cincin dan Naruto secara bergantian, dengan airmata berlinang aku mengangguk. Naruto berteriak senang membuat seisi pengunjung caffe mengalihkan perhatiannya pada pria konyol itu. Saking konyolnya, cincin lamaran itu terjatuh dan menggelinding menuju kaki seorang wanita.
.
.
.
.
Chapter 1 : Hidupku yang sebenarnya.
.
.
.
Hinata world : ON
Layar laptopku mati seketika, aku mengumpat kesal karena aku belum menyimpan work sheet milikku. Kuambil cincin yang tergeletak manis didekat heels setinggi 5 senti milikku. "Tuan kau menjatuhkan cincinmu" ucapku dengan perasaan hancur, bukan! Bukan aku yang dilamar Naruto tapi kekasihnya yang telah menemaninya selama 4 tahun terakhir.
Kulihat Naruto tampak terkejut melihat kotak cincinnya kosong dan segera menghampiriku, mengambik cincin itu, "Terima kasih Nona" ucapnya dan memperlihatkan senyum 5 jari yang merekah dari bibirnya, kemudian kembali ke mejanya.
Naruto adalah pria asing yang mencuri perhatianku sejak kemunculannya di caffe ini 5 tahun yang lalu, di caffe Akatsuki. Caffe dengan logo awan merah, para pelayannya pun memakai apron warna hitam dengan logo awan merah ini, konon katanya pemilik caffe ini adalah seorang yakuza kelas kakap. Aku sering terkekeh mengingat kepercayaanku dulu. Sudah berapa lama ya? Mungkin sudah 9 tahun aku menjadi pelanggan tetap caffe ini.
"Nona ini pesanan anda" ucap salah satu pelayan dicaffe ini sembari meletakkan jus jeruk dan cake butterfly chocolate.
"Bisa tolong charger laptopku" pintaku menyerahkan laptop yang ada dipangkuanku.
"Tentu Nona" jawabnya dengan senyuman.
Ah aku lupa, aku juga pemilik sebagian saham caffe ini, ceritanya panjang dan sebaiknya aku kembali ke tokoh pria utama dinovelku. Naruto sedang menikmati makanannya sembari bercakap-cakap dengan kekasihnya. Wanita berambut merah muda itu sesekali tertawa hambar seolah menikmati tapi lebih terlihat tidak nyaman. "Apa-apaan gadis itu?" bisikku memasukkan butterfly chocolate kedalam mulutku.
Tidak ada yang paham dan tidak ada yang mengetahui kegiatanku selama 5 tahun terakhir menjadi seorang mata-mata dicaffe ini. Memata-matai orang yang kusukai, Naruto.
Aku melanjutkan novel yang terhenti dilaptopku, merekamnya dalam ingatanku untuk kuketik nanti.
Bahagia, hatiku sangat bahagia menerima cincin itu dijari manisku, aku memberi senyum terbaikku kepadanya. "Terima kasih, Naruto" ucapku memeluk tubuh kekar itu tanpa canggung. Kami duduk kembali dan membicarakan kapan hari pernikahan kami, dan bagaimana acaranya akan berlangsung nanti, sesekali aku tertawa mendengar idenya yang konyol.
Jam makan siang sudah hampir habis, Naruto tampak kecewa saat melihat arloji yang kubelikan sebagai hadiah ulang tahunnya. "Aku harus kembali ke kantor" ucapnya tidak rela.
Aku menggenggam tangannya, "Kau harus segera pergi bekerja sayang, demi pernikahan kita" ucapku memberi semangat.
Mendengar itu Naruto langsung semangat, sekilas dia mencium pipiku dan pergi dari caffe ini, aku memandangnya dengan takjub, calon suamiku benar-benar tampan, kurasa itu tidak ada hubungannya dengan rasa takjubku. Dari pintu caffe yang masih hangat bekas pengangan Naruto pria berambut raven masuk. Dari gayanya yang mengenakan dasi dan jas rancangan sahabatku, Sai. Dia pasti manajer perusahaan besar.
Langkah angkuhmya berhenti dihadapanku dan kemudian menarik aku kedalam pelukan dan ciumannya. Aku membalasnya tak- apa?!
Aku kembali dengam paksa dari alam lamunanku, aku berciuman dengan pria lain selain Naruto? Aku lebih baik bunuh diri. Wanita ini, wanita ini menduakan Naruto! Tebakku dengan pandangan horror pada kedua pasangan selingkuh itu. Ini kejadian langka, aku bisa memfotonya dan mengagalkan rencana Naruto menikahi wanita yang tidak setia ini.
Cepat, aku mengambil ponsel dan menggeser layarnya. Bertingkah seolah aku sedang menggirim pesan dan klik.
Bukan! Bukan wajah mereka yang aku tangkap tapi wajah klienku hari ini. Aku mendesah kecewa, tapi segera memasang wajah senang saat melihat klienku. Terlambat 2 menit huh? Waktuku sangat berharga jika kau ingin menyia-nyiakannya.
"Waktuku sangat berharga tuan Kiba," sindirku sembari mengeluarkan sebuah amplop coklat. Aku melirik sebentar calon istri Naruto yang digiring keluar oleh selingkuhannya, tawanya keluar saat si cowo membisikkan sesuatu ditelinganya dan sekilas menggigitnya. Menjijikan sekali wanita itu.
"Maaf atas keterlambatanku, Miss Perfect. Ada sedikit masalah gara-gara saham kami yang mengalami penurunan" ucapnnya sembari membuka amplop ditangannya dan memeriksa setiap lembar kertas yang ada didalamnya. "Sempurna. Terima kasih atas kerjasamanya." tambahnya setelah selesai memeriksa amplop yang kuberikan dan menjabat tanganku.
"Sama-sama, jika ada masalah lain jangan sungkan menggunakan jasaku" balasku dengan bibir membentuk sebuah senyuman.
"Semoga tidak" jawabnya spontan sebelum meninggalkan meja kami.
Dalam hati aku meringis, tentu saja jasa yang kuberikan tidaklah main-main. Aku adalah konsultan saham, dimana kebanyakan klienku adalah mereka yang sedang mengalami penurunan saham ekstrim alias mau bangkrut. Disinilah aku bekerja, bermain saham dan meneliti yang luput dari para pekerja bagian ini disebuah perusahaan. Selain itu, bayaranku bisa dikatakan tidaklah murah.
Bekerja sebagai konsultan saham adalah pekerjaan yang membuatku dapat menumpuk uang dan hidup dalam kemewahan, masuk ke pesta para sosialita, dan jalan-jalan gratis sampai ke luar negeri. Selain menjadi konsultan saham aku juga seorang gamers handal dengan chara : Hanabi dan baru menekuni dunia penulis.
kenapa aku menggunakan nama Hanabi dan miss perfect? Karena aku tidak suka publikasi dan ingin hidup seperti ini, menjadi pelanggan tetap sebuah caffe, bertingkah menjadi seorang freelancer, dan hidup sederhana. Bahkan pegawai caffe ini tidak tahu aku pemilik sebagian saham caffe ini.
Tak lama pelayan caffe mengantar laptop milikku. Aku mengelus sayang predator, laptop gaming termahal yang pernah kubeli. Aku mulai menyalakan predator, memasang headphone, dan log in disalah satu game RPG online bertema sosial. Intinya seperti facebook tapi menggunakan avatar dan kita bebas mengobrol, berteman dan banyak lagi.
Loading...
Selamat datang di new world, hari ini event berburu hantu dimulai.
Dalam predator terlihat 3D avatarku yang masih didalam rumah, mengenakan armor dari erza scarlet, tokoh anime fairy tail. Rambut hitamnya sengaja tidak aku ikat. "Hanabi cantik sekali." gumamku.
Pindah area menuju pusat event. Klik.
Gelembung percakapan memenuhi tempat itu, aku memindai setiap avatar yang log in. Sebuah voice note masuk ke dalam pesan pribadi. Antkiller aka Partnerku, Aburame Shino. "Hanabi, menemukan aku?"
Aku mengernyitkan dahi, apa maksudnya? Mengingat dia adalah GM dari new world dan hacker handal aku menebak dia sedang mencoba sesuatu. "Tidak, dimana kau?" tanyaku tak mau ambil pusing.
"Didepanmu!" ucapnya mengalihkan percakapan pribadi ke mode gelembung percakapan menggunakan voice chat. Avatarnya tiba-tiba muncul dihadapan Hanabi.
Aku menekan aksi menendang dengan refleks. Avatar shino menggunakan salah satu tokoh anime basara, si raja monyet. "Hei calm down Hanabi" ucapnya tidak menyangka mendapat tendangan.
"Refleks," kilahku, monyet dibahu antkiller berubah warna menjadi merah, menandakan dia sedang marah. " kurasa kau harus menyingkirkan monyet rabiesmu itu" tambahku.
Shino terdengar berdehem, menahan tawa kah? Tapi antkiller tampak tertawa terbahak-bahak sembari mengelus monyetnya. Dasar muka batu.
"Ikut event hari ini?" tanya Shino lagi. Antkiller mendekati Hanabi, aku mengeluarkam pedangku. Meski ini game sosial kita masih bisa membunuh avatar orang lain dalam sebuah pertarungan dengan persetujuan kedua avatar. "Hei, aku tidak bemaksud melawanmu hari ini" ucap Shino mengklik tidak jendela want to fight with Hanabi?.
"Kau lemah, Shino" ejekku kembali mengirim jendela pertarungan.
Lagi, Shino mengklik tidak, "Aku sedang malas" ucapnya. "Aku juga harus mengurus event ini" kilahnya. Antkiller menjauh sembari melambaikan tangannya dan menutup voice chat denganku.
Aku mengklik log out dan game itupun tertutup. Hatiku juga sedang buruk hari ini, melihat calon istri orang yang kau sukai berselingkuh dengan orang lain harusnya aku senang tapi, bagaimana bisa dirinya senang kalau dirinya bahkan belum menjalin komunikasi dengan Naruto. Aku mengacak -acak suraiku gemas. Mengajak Naruto bicara malah membuat otakku kosong, aku seperti orang kikuk memanggil dan terdiam saat dia menoleh dan mengatakan 'ada apa?'. Me-ma-lu-kan.
Hinata world : OFF
Segera saja Hinata memasukkan predator ke dalam tas, hari ini tidak ada lagi klien. Dia akan mampir dulu ke SaiNo butik. Memesan sebuah gaun untuk pesta ulang tahun perusahaan milik salah satu kliennya.
"Anda sudah mau pergi, nona?" tanya kasir yang melihat Hinata akan keluar.
"Aku ingin tidur saja dirumah hari ini" jawab Hinata
"Selamat jalan, hati-hati dijalan nona" ucap kasir itu sembari tersenyum.
Hinata mengeluarkan kunci mobil sedan putihnya, bayaran jasanya dari seorang pengusaha tua karena berhasil mengembalikan saham yang diambil secara ilegal darinya.
oOo
Seperti biasa butik SaiNo terlihat ramai dengan wanita dan pria berpakaian mahal keluaran terbaru musim ini, Ino sedang mengukur seorang pembeli yang memesan gaun kepadanya. "Hinata!" serunya setelah mencatat angka terakhir dari pengukuran badan sang pembeli, "Anda bisa mengambil gaun anda minggu depan" ucap Ino ramah sebelum meninggalkannya. "Ada apa mampir?"
"Hanya ingin memesan gaun untuk pesta" jawab Hinata mengikuti Ino kebagian belakang butiknya.
"Pesta apa Hinata?" tanya Ino mengambil buku sketsa dan pensil diatas meja.
"Ulang tahun perusahaan," lagi Hinata menjawab sembari duduk disalah satu sofa.
"Hmm" gumam Ino mulai menggambar, "Astaga Hinata! Sampai sekarangpun aku belum tahu pekerjaanmu apa? Dan kau sering minta desain yang tidak menciri khaskan rancanganku pada umumnya, apa kau pembunuh bayaran?" cecar Ino masih konsentrasi menggambar desain yang cocok untuk Hinata.
Hinata tersenyum misterius. "Aku akan dengan senang hati menerima job membunuh sainganmu itu, ck siapa namanya K, hmm Ka-"
"Hinata stop! Oh Tuhan aku tidak akan menyinggung pekerjaanmu lagi, terserah yang penting kau masih sahabatku dan Sai" ucap Ino panik. Hinata selalu begitu jika disinggung soal pekerjaan. "Aku membuat gaun yang sedikit terbuka dibagian dadanya, belahan rok yang sampai ke paha dengan paduan warna gold disekitar area perut" jelas Ino memperlihatkan rancangannya pada Hinata.
"Bisakah kau membuat gaun yang selutut saja? Tidak fix body, agak mengembang mungkin?" tawar Hinata.
"Hinata! Berapa umurmu? 25! 20 dan 5! Kau itu wanita dewasa yang sedang merekah bukan remaja labil lagi. Pakai ini, bajunya akan siap 3 hari lagi." ucap Ino tidak dapat terbantahkan.
Setelah berdebat tentang warna yang terkesan blackky, Hinata memacu mobilnya ke apartemen didaerah perumahan kota Konoha. Apartemen sederhana yang penuh dengan buku, 3 buah layar komputer, satu tempat tidur penuh dengan tumpukan baju-baju kering yang malas Hinata lipat. Apartemen ini tidak layak huni karena Hinata yang terlalu malas beres-beres. Sebodo dengan apartemennya, dia akan berpesta beberapa hari lagi.
Hinata world : ON
Aku memperhatikan diriku didalam cermin, cantik. Gaun Ino benar-benar menambah sifat kedewasaanku sekarang. Rambut panjangku kubuat agak bergelombang dengan poni rata, mengambil sedikit rambut didekat telinga dan mengikatnya di belakang kepala. Aku berputat didepan cermin. Perfect.
Aku menggunakan lipstik berwarna dark red dan riasan agak gotic, menambah kesan horor nan misterius pada diriku.
Tidak butuh waktu lama aku sudah masuk ke dalam pesta megah itu, disini aku tidak dikenali sebagai konsultan saham, tidak sok akrab dengan klienku, aku hanya datang untuk makan dan berpesta. Jika ada yang tanya siapa aku?, aku hanya bilang seorang tamu undangan.
Aku duduk sembari memegang gelas jusku yang kuputar pelan, kemudian mencicipi sedikit rasanya. Tidak enak sama sekali. Aku memperhatikan suasana pesta ini dan mulai merekam kelanjutan novelku.
Aku masuk bersama suamiku ralat calon suamiku Naruto. Banyak pasang mata melihat kagum pada kami. Naruto sampai berbisik pelan. "Lain kali kau tak usah berdandan seperti ini"
"Kenapa?" tanyaku bingung.
"Siapa yang rela istrinya ditatap mesum pria lain? Jika kau berdandan lagi seperti ini, lebih baik kita berpesta hanya berdua dikamar hotel" jawabnya santai.
Wajahku tersipu malu mendengar rayuan vulgar calon suamiku tercinta.
Tes.
"Ah sial!" gerutuku mendapati sedikit jus menetes digaunku, untung saja hitam tapi tetap saja sensasi dingin menyentuh kulitku.
"Ini pakai ini untuk mengeringkannya" ucap seseorang.
Aku menatapnya terkejut, Naruto menyodorkan sapu tangan ke arahku, aku tersenyum dan mengambilnya. "Terima ka-" suaraku hampir hilang menatap pria dihadapanku bukan lagi Naruto. Aku mengerjap berkali-kali sepertinya tabir antara dunia nyata dan lamunan milikku semakin tipis. "Kau yang memberiku sapu tangan, Shino?" tanyaku meyakinkan.
"Tentu saja, Hanabi! Siapa lagi yang dapat mengenalimu dengan dandanan seperti ini" jawab Shino ikut duduk disampingku.
"Astaga! Aku butuh liburan panjang setelah ini" desisku lelah.
"Kau memang butuh itu setelah dengan cukup manis mengatakan terima ka-argh!" pekik Shino merasakan ujung heelsku menginjak kakinya.
"Kenapa Shino?" tanyaku horror.
"Aku lupa ingin bicara apa" jawabnya sembari meringis. Hinata bisa sangat kejam saat sedang sensitif seperti ini.
Jangan tanya kenapa gamers seperti Shino ada di pesta seperti ini? Kalau kau ingin tahu dia adalah pemilik bank Akatsuki serta caffe langgananku. Itulah yang sering membuatku tertawa mengingat kepercayaanku dulu tentang caffe Akatsuki. Kami bertemu didunia game, menjadi partner dan berteman sangat baik sampai sekarang. Shino tidak pernah bertanya nama asliku dan itu yang membuatku nyaman dengannya. Dia tidak peduli pada apapun kegiatanku diluar game seperti sekarang, kami tidak sengaja bertemu, tapi Shino tidak menyinggung kenapa aku bisa disini.
Seorang wanita menyenggol gelas jusku. Aku ingin sekali mengumpat seperti yang sering aku lakukan saat bermain game, tapi disini aku adalah miss perfect. Menyebalkan sekali. Kulihat semua orang memberi jalan pada tamu terhormat, si raven. Aku tidak percaya ini! Bukan tentang si raven tapi yang sedang berjalan mendampinginya, demi apapun aku yakin wanita itu calon istri Naruto, rambut pink dan aksesoris mewah yang menempel ditubuhnya tidak bisa mengecohku. Dia benar-benar menjijikan semoga Nar-. Aku mendesah putus asa.
Rambut kuning Naruto masuk kedalam pindaian mataku, dia sedang berbicara dengan atasannya, kulihat gerak- geriknya begitu sopan. Mataku beralih kepada pasangan selingkuh itu, mereka tepat berjalan ke arah Naruto berada. Aku harus melakukan sesuatu, tapi jiwa gamersku berkata untuk diam dan melihat situasi dulu sebelum aku bertindak.
Jantungku berdebar saat jarak mereka semakin dekat. Atasan Naruto segera menyapa si raven dan Naruto membalikkan badannya, membungkuk hormat. Aku sangat tegang sekarang, seolah sedang berada di final stage dengan HP tinggal 1%. Naruto tersenyum dan berkata sesuatu tapi matanya tidak terkejut atau setidaknya gelagapan bahkan mungkin harusnya marah melihat calon istrinya digandeng orang. Naruto berekspresi seolah tidak mengenal wanita itu, raven itu mengenalkan calon istri Naruto pada calon suaminya sendiri. Oh Tuhan! Aku tidak tahu kenapa? Naruto? Wanita itu? Dan si raven? Ada apa dengan mereka bertiga?.
Kedua pasangan itu berjalan dan menemui kolega yang lain, sebodo dengan mereka berdua, aku memperhatiakan Naruto terus. Ada yang salah dengan semua ini. Naruto tampak memandang gelas berisi jusnya sesaat sebelum meneguknya habis kemudian pergi.
Hinata world : OFF
Shino terkejut saat Hinata tiba-tiba berdiri dan berjalan meninggalkan tempat duduknya, "hei mau kemana?" tanya Shino.
"Pergi mencari udara segar!" balas Hinata melambaikan tangannya tanpa berbalik, ada yang lebih penting sekarang, Naruto.
Hinata berusaha menggejar Naruto yang berjalan dengan kecepatan super melewati lorong hotel ini, tangan Naruto mengambil sebuah kartu pegawai dan memindainya didepan lift. Pintu lift sudah menutup sempurna saat Hinata sampai, "sial" geram Hinata menendang pintu lift. Hilang sudah imez miss perfect yang dipertahankannya sejak tadi.
'Aku sangat khawatir pada kondisi Naruto' batin Hinata memandangi lift itu, Naruto pergi ke atap yang hanya bisa diakses oleh kartu pegawai gedung ini, 'jadi dia bekerja disini?'
Naruto world : ON
Tubuhku merosot didalam lift menuju keatap, aku benar-benar tidak tahan lagi. Sakura, calon istriku dan Sasuke, sahabatku. Apa yang ada dibenak mereka sesungguhnya? Aku berusaha menahan lututku yang melemas dan hujaman pisau yang mencincang Hatiku. Mempertahankan ekspresiku agar tak seorang pun tahu yang digandeng sahabatku adalah calon istriku.
Ketika mereka menyapa atasanku, aku tak tahu apa yang mereka pikirkan? Mereka demi Tuhan. Aku menghantamkan kepalan tanganku ke besi baja yang membawaku ke atap. Urat-uratku berdenyut ngilu merasakan hukum aksi-reaksi yang terjadi. Bodoh.
Aku melangkah keluar lift, angin bertiup kencang diatas sini, lampu-lampu yang menyala bak bintang-bintang yang turun dari angkasa. Tidak ada bintang diangkasa, radiasi cahaya mampu mengalahkan kemilau bintang yang jutaan tahun lebih tua dari umur lampu itu sendiri. Tapi kenapa aku masih tetap memikirkan mereka? Aku meremas pagar besi setinggi tiga meter yang dibuat demi keselamatan.
Menyedihkan. Aku sangat menyedihkan. Melihat Sakura yang bahagia dengan semua yang diberikan Sasuke, kenapa aku masih mau melamar wanita itu? Tidak! Aku melakukannya karena paksaan dan tidak dapat aku pungkiri kalau aku masih mencintai Sakura. 4 tahun menemaninya, bohong jika aku berkata aku tidak mencintainya.
Cintaku yang salah dan buta. Rasa sayangku yang tak mengenal ampun. Saat Sasuke mengenalkannya padaku dan aku mulai tertarik padanya, semua menjadi semakin bahagia saat pernyataan cintaku diterima. Seperti serigala berbulu domba, mereka berdua memanfaatkanku untuk menutupi hubungan mereka yang sebenarnya.
Ketahuilah, aku tahu semuanya dan mereka mengakuinya rasa bersalah, saat aku bilang aku tidak mau terlibat lagi sebagai si kambing hitam, dengan kekuasaannya Sasuke mengancam aku, sahabatnya sendiri? Dia lebih buta daripada aku! Kemudian dengan liciknya, Sakura memanfaatkan sifat lemahku dengan menangis memelukku mengatakan semua bualannya.
Aku benci sifat lemahku yang mudah untuk dibujuk dengan airmata, aku bahkan tidak mampu membedakan mana airmata dan mata cairan pembuat airmata. Dua tahun menjalani semuanya, aku sudah masuk rumah sakit 4 kali karena depresi, pelaku pembuatnya? Tentu saja mereka berdua, apa ada pria normal melihat kekasihnya dipeluk dan diraba oleh pria lain dirumahnya sendiri tidak marah? Huh aku bahkan hanya bisa bungkam dan mendo'akan hubungan keduanya segera diketahui publik.
Do'a orang teraniaya memang yang paling kuat, aku sudah bersuka cita mendengar desas-desus tentang mereka berdua, tapi demi apa lagi aku harus mengumpat, demi menghapus desas-desus itu aku harus menderita, lagi. Kali ini lebih menyiksa batinku. Aku harus menikah dengan Sakura, kalau saja aku punya kemampuan untuk melawan sahabatku yang mulai sinting itu, tapi semua terhenti di 'kalau'.
Melamar Sakura dicaffe, karena permintaannya yang ingin dilamar romantis. Aku bilang untuk meminta pada Sasuke, tapi dia malah memarahiku, dengan umpatan dan airmata. Tidak mungkin Sasuke melakukan itu. Tentu saja, Sakura hanya permata yang disembunyikan sahabatku dari dunianya, dunia Sakura kecuali duniaku.
Tuhan, sampai kapan? Aku ingin membuat keduanya membayar apa yang mereka lakukan padaku, aku ingin.. Astaga mengerikan sekali hidupku. Aku memanjat pagar pembatas itu dan menginjakkan kaki di beton yang hanya tersisa 1 meter dari pagar besi. Aku melirik ngeri kebawah gedung berlantai 20 tempatku bekerja. Aku mati, dan semuanya selesai.
Naruto world : OFF
Kaki gemetar milik Naruto melangkah dengan berat menjauhi pagar besi. Sedikit menengok takut kebawah gedung, benar-benar sangat tinggi. Naruto meraba-raba pagar besi dibelakangnya dan kembali mundur. Memegang erat pagar besi, mata Naruto terpejam. Dadanya berdenyut tak karuan, nafasnya tersengal berat 'haaaah' desahnya melepas rasa takut untuk kembali memanjat pagar besi. "Tidak! Mati bukan cara yang tepat mengakhiri semua ini" ucap Naruto menyakinkan dirinya.
Jauh dibawah sana, tepatnya dilobi, Hinata mempercepat langkahnya keluar gedung, fikirannya kalut, takut menemukan Naruto dengan tubuh berlumuran darah. Sekelompok orang berkerumun melihat seekor anjing yang mati tertabrak menambah panik Hinata.
Lama, tidak terjadi apapun sesuai bayangan Hinata. "Mengerikan sekali rasa cemas ini" gumam Hinata kembali ke dalam gedung dan naik ke lantai pesta,
Lift turun tanpa hambatan, dan terbuka dihadapan Hinata, menunjukankan Naruto yang langsung keluar tanpa mengangkat kepalanya yang terus menunduk. Hinata dapat mengendalikan diri sekarang, dia hanya sedikit kaget tapi kemudian lega. "Dia masih hidup rupanya." ucap Hinata memasuki lift dan bersiap berpesta lagi.
.
.
.
.
(((°.tbc.°)))
.
.
.
GM : game master orang yang mengendalikan suatu game, terutama game online.
.
.
.
Footnote :
Tuhan! Author udah bikin fic baru lagi! Kali ini rate M lagi :v *gomen nasai!* apa kalian suka? Hmm kayanya pasaran ya? Aku bikin romance hurt mulu, biar konfliknya seru sih \^∆^/ ada unsur gamenya pula :v *apa yang ingin anda mix author?"
.
.
.
Mind to lanjut?
