Disclaimer : Pasti sudah tahu kan Naruto dan DxD punya siapa, saya hanya meminjam saja.

LEGEND OF DEMON'S CASTLE

Rated : M?

Genre : Action, Adventure, Supernatural, Littlebit? Horror

Warning : OOC, Typo, bahasa tidak baku, tata bahasa ancur, penjelasan nyempil di tengah-tengah cerita, historically innaccurate (melenceng dengan sejarah), dll.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 0 : (Prologue) Origins of the Count.

Abad ke-11

Abad ke-11, dimana terjadi Perang Salib Pertama di bagian benua Eropa dan Timur Tengah. Dua umat yang bertarung dalam mempertahankan kepercayaan mereka masng-masing, serta mengambil kembali beberapa kota di benua Eropa yang dikuasai oleh umat Islam. Hingga pada akhir abad ke-11 tepatnya tahun 1099 perang berakhir dengan kemenangan umat Kristen dengan terebutnya kembali beberapa kota yang dikuasai serta berhasil menaklukan kota Jerussalem, yangmana kedua umat menganggapnya sebagai "Tanah Suci".

.

.

.

.

Transylvania, 1100 A.D

Peperangan yang cukup sengit akhirnya selesai, walau masih ada konflik di kedua kubu. Di negara Romania tepatnya di wilayah provinsi Transylvania terdapat dua ksatria yang terkenal dan menjadi salah satu pemimpin dari perwakilan negara dalam peperangan. Kedua ksatria itu adalah Namikaze Kurama, pria keturunan bangsawan berambut panjang sebahu berwarna jingga, umur 28 tahun, kedua bola mata yang juga berwarna jingga kemerahan, kulitnya putih sedikit kecoklatan, ahli di bidang bela diri dan persenjataan dan tak mengenal rasa takut. Dan yang satunya adalah Kujira Maru, pria berambut panjang lurus sampai punggung berwarna hitam, umur 32 tahun, bermata emas dan berbentuk seperti mata ular dan kulitnya yang putih pucat, sehingga ia diberi nama julukan sebagai "Orochimaru" karena wajanya yang menyerupai ular. Ia mempunyai keahlian di bidang strategi dan perancang taktik dalam bertempur dan terkenal jenius. Mereka berdua sudah berteman sejak lama dan membantu negara dalam jalannya peperangan.

Suatu hari setelah perang selesai, Orochimaru mendapat kabar buruk sepulang dari medan perang bahwa istrinya tercinta, Anko Mitarashi meninggal karena terkena penyakit influenza. Terpukul dan sedih, itulah rasa yang bisa digambarkan oleh Orochimaru karena kematian istrinya dan juga ia belum dikaruniai seorang anak, ingin sekali baginya untuk mempunyai anak dan menjadi seorang ayah yang teladan namun apadaya dengan keadaannya sekarang. Sejak saat itu ia mengurung diri di kamarnya dari lingkungan masyarakat selama beberapa hari. Begitu juga dengan Shizune, kekasihnya Kurama yang rencananya akan menikah setelah ia pulang dari perang dikabarkan hilang beberapa hari saat temannya mengalami depresi, sementara Kurama terus mencari informasi mengenai hilangnya sang kekasih tapi sampai saat ini belum membuahkan hasil.

Dua minggu telah dilewati, dan pada suatu pagi Orochimaru menceritakan kejadian kepada sahabat karibnya, siapalagi kalau bukan Namikaze Kurama hanya dialah yang bisa mengerti perasaannya saat ini. Orochimaru mengatakan bahwa ia mengalami mimpi buruk selama 4 hari dan mimpinya ini berkaitan dengan istana di tengah hutan yang bernama 'Eternal Night' dan makhluk berjenis ras vampir, ras yang bisa hidup abadi dan suka menculik manusia untuk diambil darahnya, karena darah manusia adalah sumber kekuatan vampir dan mungkin itu sebabnya mengapa beberapa penduduk hilang secara misterius. Dia juga mengatakan bahwa ia melihat Shizune diculik oleh salah satu makhluk vampir dan dibawa ke istana yang berada di tengah hutan itu.

Awalnya Kurama masih ragu untuk menafsirkan mimpi sahabatnya ini apakah Shizune benar-benar diculik oleh makhluk penghisap darah itu, namun apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini sepertinya ada benarnya juga karena memang ada hutan bernama Eternal Night dan istana tua yang tampak terlihat megah terletak di tengah danau hutan. Letak hutan itu lumayan jauh jika diukur jarak di tempat tinggalnya, berada di perbatasan provinsi Transylvania dan Wallachia, tidak ada yang berani memasuki istana itu karena aura negatif yang selalu menganggu siapapun yang mendekati tempat itu bahkan ada juga yang tidak kembali setelah pergi kesana.

.

.

.

.

Sore harinya dengan baju zirah dan jubah yang mempunyai warna dominan jingga dan putih (A/N: bentuknya mirip yang sering dipakai Minato) serta persenjataan lengkap seperti beberapa botol air suci, beberapa pisau lempar, empat kapak kecil, dan boomerang yang terbuat dari bahan perak berbentuk seperti salib dengan bagian ujung yang tajam. Kurama pergi ke hutan itu sendirian dengan menunganggi kereta kudanya, kali ini ia tidak bersama Orochimaru karena psikologinya yang masih terganggu.

Perjalanannya pun ditemani oleh malam yang hampir tak ada awan menghalangi disertai bulan purnama yang memancarkan pesona cerahnya, setelah beberapa jam akhirnya sang ksatria sampai di hutan Eternal Night. Saat mau ke tempat dimana istana itu berada ia melihat seseorang di depannya yang sedang membawa beberapa balok kayu yang ada di belakang kereta kudanya, sang ksatria merasakan tidak ada aura negatif yang ada dari seseorang tersebut, lantas ia mendekat dan bertanya kepadanya lalu menjadi perbincangan ringan.

Orang itu bernama Hiruzen Sarutobi, seorang yang usianya sekitar 60 tahun, memakai jubah bewarna hitam dan memakai celana panjang bewarna putih. Dulunya waktu masih muda ia adalah ksatria pejuang namun pensiun karena fisiknya yang melemah juga bertambahnya umur, sekarang ia menjadi salah satu dari anggota Alchemist, organisasi yang mempelajari tentang penggabungan ilmu kimia, agama dan ilmu gaib. Mengetahui tujuan Kurama yang sebenarnya, mereka pun menuju pondok yang berada di sekitar hutan yangmana tempat Sarutobi tinggal untuk bicara lebih lanjut.

Setelah masuk ke pondok yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu, sang alchemist menjelaskan bahwa ia sedang mempunyai dendam kepada vampir yang bernama Madara yangmana adalah pemilik istana di tengah danau. Beberapa bulan yang lalu Madara telah membunuh istri dan anak-anaknya. Motif dari pembunuhan ini sebenarnya karena sang vampir merasa bosan karena kehidupan abadinya, maka ia 'bermain-main' dengan manusia yang ia culik maupun para pemburu vampir yang akan membunuhnya, karena itu belum ada yang bisa mengalahkannya. Juga Madara sengaja membiarkan Sarutobi hidup untuk merasakan kesengsaraan ditinggal keluarganya.

Sang alchemist merasa yakin bahwa pria ini bisa mengalahkan sang vampir, maka ia mengeluarkan dari lemarinya sepasang gauntlet/sarung tangan besi dan sebuah cambuk yang panjangnya sekitar 2,2 meter terbuat dari kulit bewarna coklat kehitaman. Kedua benda itu merupakan hasil buatan para alchemist dan mereka sedang mencari siapa yang layak memakai kedua senjata tersebut, dan kini harapan mereka terkabul. Sang alchemist memohon kepada Kurama untuk menggunakan kedua senjata itu agar ia berhasil mengalahkan sang vampir serta menyelamatkan kekasihnya, kemudian sang ksatria pun mengiyakan keinginannya. Dirasa siap, sang ksatria mengucapkan terima kasih kepada sang alchemist atas bantuannya dan pamit permisi untuk melanjutkan perjalananya dengan gauntlet yang ia pakai di tangannya serta cambuk kulit yang dinamai "Vampire Killer".

.

.

.

.

Beberapa menit telah berlalu dan kini ia berada di istana yang besar dan temboknya didominasi warna silver serta tampak megah dan terawat. Seakan-akan seperti tamu undangan yang dipersilahkan masuk, jembatan kayu besar yang menghubungkan ke gerbang istana itu turun kebawah membuat jalan kepada sang ksatria. Ia meletakkan kereta kudanya di pinggir danau dan membawa persenjataan lengkap tadi serta beberapa botol health potion pemberian Sarutobi, ia berjalan melewati jembatan kayu dan secara ajaib gerbang istana yang lumayan lebar itu terbuka dengan sendirinya dan sang ksatria pun masuk ke dalamnya.

Sang ksatria nampak kagum setelah melihat isi ruangan masuk istana ini yang cukup luas dan tembok bewarna putih silver dengan motif seperti lukisan abstrak, terdapat lilin-lilin yang diletakkan di tembok istana secara beruntun dan beberapa jendela dua daun yang menjulang tinggi merefleks pohon-pohon di hutan lewat kacanya, gantungan tempat lilin/chandelier yang menyala menghiasi bagian atas ruangan, dan juga pilar bewarna putih yang menyangga istana ini. Dengan pijakan karpet panjang berwarna merah dan sang ksatria mengikuti arah dari bentangan karpet yang menuntunnya menuju sebuah anak tangga yang lebar.

.

.

4 Jam Kemudian

.

.

"Haaah... haahhh... hhaahh..." Hanya itu yang bisa dikeluarkan dari mulut Kurama yang sangat lelah itu, ia berada di depan pintu yang ia yakini adalah ruang upacara tempat para vampir menyembah iblis.

.

FLASHBACK

.

Sang ksatria tak menduga kalau kejadiannya bakal seperti ini, empat jam yang lalu setelah menaiki anak tangga ia dikejutkan dengan sesosok skeleton/kerangka manusia utuh yang ukurannya tiga kali lipat tubuh manusia menyerang Kurama dengan bagian tulang yang mirip dengan tulang betis sebagai senjata sang monster, bagai tuan rumah yang menjamu tamunya. Ia ingat kepada pesan dari Sarutobi sang alchemist bahwa ia harus mengalahkan "Tiga Penjaga Istana" sebelum ia bisa bertemu sang vampir Madara di ruang upacara, yang kini tengah menyembah sebagai hamba iblis. Kurama yakin skeleton ini adalah salah satu dari tiga penjaga istana itu, maka dengan tanpa rasa takut ia melawan monster itu, karena Kurama sangat ahli di bidang persenjataan dan beladiri dan juga ia telah ikut perang selama bertahun-tahun, makhluk itu berhasil ia tumbangkan dengan mudah karena sang monster yang mempunyai pergerakan yang lambat dengan bantuan gauntlet serta cambuk vampire killer yang ia gunakan.

Berhasil ia tumbangkan, Kurama melanjutkan perjalanan mencari penjaga yang tersisa, ia mengarungi isi dari istana ini yang memiliki banyak ruangan. Ruangan demi ruangan ia lewati hingga ia bertemu dengan seorang wanita berpakaian maid ala eropa bernama Kurenai Yuhi, di ruang yang menyerupai ruang perpustakaan pribadi bergaya klasik. Ia memiliki rambut hitam agak tak beraturan tergerai sebahu dan bermata ruby Kurenai memang adalah seorang maid di istana ini dan ia masih manusia, awalnya ia diculik dan diikat perjanjian oleh Madara menyuruhnya untuk menjadi maid pribadinya jika tidak mau ia akan dibunuh dan diambil darahnya sebagai penambah kekuatan, wanita itu berharap jika ada yang bisa mengalahkan sang vampir dan keluar dari istana terkutuk ini.

Kurenai memberi petunjuk kepada sang ksatria tentang denah dari istana ini kemana ia harus pergi untuk bisa ke ruang upacara dengan cepat, dan ia hampir lupa mengatakan bahwa Madara sebenarnya sudah tahu akan keberadaan Kurama datang ke istananya. Madara menganggap Kurama adalah lawannya yang dia anggap 'pantas' yang telah ia cari selama beratus-ratus tahun karena mengetahui reputasinya sebagai ksatria yang tangguh, sebab itulah tidak ada aura negatif yang menggangu selama perjalanan bahkan memasuki istananya ini, dan sekarang ia sedang menunggu sang ksatria di ruang upacara. Dirasa cukup sang ksatria bertermiakasih oleh Kurenai yang telah membantunya dan melanjutkan pencarian sang vampir, sang wanita berdoa agar sang ksatria bisa mengalahkan Madara dan menyelamatkan kekasih Kurama dan dirinya nanti.

.

.

Setelah meninggalkan ruang perpustakaan, kini Kurama tahu ruangan mana yang akan dituju untuk mengalahkan penjaga yang tersisa. Pertama ia menuju ke Armory Room, ruang penyimpanan persenjataan dan baju zirah untuk mengalahkan salah satu penjaga, Dullahan/The Headless Knight. Kali ini lawan yang ia hadapi lumayan sulit, tubuhnya yang dua kali lebih besar dari Kurama, memakai baju zirah bewarna biru tua lengkap, tangan kanannya yang membawa pedang lance yang tajam di ujungnya dan tangan kirinya membawa kepalanya sendiri. Terimakasih kepada sang maid yang memberitahu kelemahan Dullahan sebelumnya yaitu di bagian kepalanya, jika kepalanya diserang secara terus menerus staminanya akan berkurang, maka sang ksatria berusaha mengecoh lawannya agar ia bisa menyerang kepalanya ini. Cukup sulit untuk mengecohnya karena serangan dari pedangnya yang bisa menghilangkan nyawa secara instan jika terkena tusukkannya.

SPLATT

Kepala sang Headless Knight berhasil dihancurkan berkeping-keping dengan vampire killer milik sang ksatria selelah berkali-kali melakukan serangan, membuat sang lawan tumbang di lantai dan baju zirahnya retak dan pecah. Setelah pertarungan itu Kurama meneguk sebotol health potion pemberian Sarutobi yang ternyata potion ini juga dibuat dengan ilmu alkimia dan staminanya terisi kembali secara cepat, maka ia langsung menuju ke destinasi selanjutnya, The Torture Chamber.

.

.

Menurut penjelasan Kurenai, tempat itu digunakan untuk menyiksa para manusia yang para vampir anggap mereka tidak layak untuk dijadikan "permainan" atau mempunyai darah yang tidak layak konusmsi setelah diculik. Sampailah sang ksatria ke ruangan itu, ia bergidik ngeri melihat lingkungan ruangan itu, alat penyiksaan dan benda-benda tajam berserakan di sembarang tempat, alat-alat pancung dan penghancur tubuh yang cukup usang meninggalkan bercak-bercak darah yang kelihatannya masih segar. Yang lebih ngeri lagi adalah berserakannya potongan-potongan tubuh manusia yang digantung di tembok yang bersimbah darah dan organ-organ dalam seperti usus besar, lambung, dan yang lain itu dibiarkan membusuk di sembarang tempat. Meski Kurama telah melihat banyak orang gugur saat peperangan, ia belum pernah melihat suasana paling menjijikan ini.

Karena tak tahan Kurama berlari menjauh dari tempat nista itu, tetapi ia dihadang oleh sesosok monster yang tinggi sekitar 2,3 meter. Makhluk itu mempunyai postur tubuh yang tegap dan menyerupai pria manusia, dengan wajah yang hancur dan bermata merah ada bekas jahitan pada bagian dahinya, kepala bagian atas dan rambutnya yang membentuk seperti bentuk persegi, kulit yang bewarna hijau, dan memakai stelan jas dan celana panjang bewarna hitam (A/N: Tau Frankenstein's monster? Kira2 bentuknya kayak gitu). Makhluk itu mengejar sang ksatria dan berusaha mencengkram dengan tangan kosong, untunglah Kurama bisa menghindar dengan menggunakan teknik backflip/salto ke belakang.

Sang ksatria mencari cara agar bisa menumbangkannya dengan mudah sementara ia sedang menyerang dan menahan serangan lawannya ini dengan cambuk di tangan nya, akhirnya ia menemukan sebuah strategi. Kurama berlari mengecoh sang monster untuk mengejarnya menuju tembok ruangan, saat monster itu akan mencengkramnya ia mengambil ancang-ancang dan berlari melangkahi tembok tersebut dan setelah beberapa langkah ia melompat dengan gaya salto sambil melempar sebuah botol air suci tepat mengenai di bagian kepala dan wajahnya. Ia mendarat dengan mulus sementara makhluk itu memegang-megang kepala dan wajahnya yang sedang meleleh karena air suci, lantas Kurama mengambil sebuah boomerang berbentuk salib dengan ujungnya yang tajam di balik sabuk peralatannya dan melempar di bagian jantungnya.

CREEETT

Jantung yang dimiliki oleh sang makhluk robek terkena boomerang sang ksatria, membuat ia jatuh tengsungkur di lantai dan tubuhnya menjadi meleleh seutuhnya dengan mengeluarkan cairan hijay yang bergelembung hingga lenyap tak bersisa. Kurama dengan jijik mengambil boomerang tersebut kembali yang tergeletak dan membersihkannya dengan beberapa tetes air suci, sekarang ia telah membunuh tiga penjaga istana dan bisa menuju ke ruang upacara untuk bertemu sekaligus duel dengan sang vampir.

.

FLASHBACK END

.

Masih dengan nada yang lelah, Kurama meminum sebotol health potion lagi. Setelah terisi kembali staminanya ia mendorong pintu ruangan itu dan terbuka seakan-akan tidak ada yang menguncinya. Ia bisa melihat ruangan upacara dengan jelas, banyak lilin dalam berbagai ukuran menyala menyinari ruangan, terdapat simbol-simbol aneh yang sepertinya kumpulan simbol iblis terpampang di depan altar dan bendera di pinggir tembok. Sang Namikaze tidak sadar bahwa seorang pria yang sedari tadi melihat kedatangannya dengan senyuman ramah, mempunyai rambut hitam jabrik panjang sepunggung seperti bulu landak menutupi mata kanannya, bermata ruby seperti Kurenai, berkulit putih, memakai stelan baju zirah bergambar motif naga dan memakai jubah hitam panjang hingga menyentuh tanah (A/N: Mirip baju zirah yg dipakai di NS canon, kalo yg ini dia pakai jubah).

Ya, dia adalah Madara, sang vampir yang kini tengah dicari oleh sang Namikaze. Seakan-akan tamunya ini telah datang memenuhi undangannya, Madara mempersilahkan tamunya ini dengan ramah, tapi balasan dari tamunya ini tidak dibalas dengan ramah pula. Kurama melihat kekasihnya berada di samping Madara yang sedang diikat oleh rantai besi dikedua tangannya satu per satu ke atas dan kedua kakinya diikat rantai juga bersamaan, ia sepertinya hampir sekarat dan terkejutnya lagi ia dirantai dengan tanpa helaian kain yang menutupi tubuhnya. Melihat kondisi sang kekasih tercinta yang sudah tak berdaya amarah dan emosi Kurama kini bersarang di jiwanya.

Sebenarnya sang vampir sudah tahu akan maksud kedatangan tamunya ini, tanpa ragu Madara melepaskan dan melempar sang wanita dihadapan pria bermarga Namikaze dengan kasar, Madara mengatakan kalau ia sudah puas 'bermain-main' dengan calon mempelai sang Namikaze dan menganggap ia sudah tak berguna lagi. Mendengar pernyataan sang vampir yang keji itupun membuat Kurama lebih marah dan menantang sang vampir untuk duel, tetapi yang diajak sang lawan tidak mau bertarung di ruang upacara ini, ia ingin bertarung asalkan tempatnya di Throne Room/ruang singgasananya. Sang vampir akan menunggunya disana dan pergi meninggalkan mereka berdua dengan berubah wujud menjadi kumpulan kelelawar hitam penghisap darah terbang menuju singgasananya.

Melihat keadaan sang wanita berambut hitam pendek sebatas leher yang tak berdaya ini, rasa kesedihan merasuki jiwa Kurama dan memeluk kekasihnya dengan erat. Ia melihat bekas gigitan di lehernya dan Shizune mengaku bahwa dia telah digigit dan dihisap sebagian darahnya oleh Madara, tidak lama lagi ia akan menjadi ras yang sama seperti Madara. Tetapi perkataan yang membuat Kurama sangat terkejut adalah Shizune memohon kepada sang kekasihnya ini untuk membunuhnya, ia lebih baik mati daripada menjadi makhluk abadi yang hina dan melukai manusia. Kurama menolak permohonan gila tersebut, namun melihat kondisi sang wanita yang makin lemah dan akan berubah menjadi vampir tidak lama lagi, sang Namikaze tak ada pilihan lain. Mereka berpelukan dan mencium satu sama lain sebagai tanda perpisahan, dengan masih tidak rela kehilangan orang yang ia cintai sang Namikaze membunuh kekasihnya dengan senjata vampire killernya dengan menutup kedua matanya. Satu kali cambukan telah membuat wanita itu merengang nyawa untuk selamanya dan jasadnya berubah menjadi abu yang terbakar (A/N: kayak di film Blade). Perasaan sedih, kehilangan, emosi dan amarah seakan menjadi satu di tubuh sang Namikaze, dia segera berlari menuju Throne Room untuk melawan Madara.

Sesampainya di Throne Room, Madara yang tengah duduk di singgasana sambil meminum segelas kecil darah manusia senang melihat kedatangan sang tamu yang akan melawannya. Tanpa basa-basi lagi mereka melakukan duel hidup dan mati. Dari segi kekuatan Madara lebih unggul karena mempunyai dark power yang kuat tetapi lemah dalam mengatur strategi melumpuhkan lawan, sementara Kurama kewalahan menghadapinya setelah Madara mengeluarkan tiga bola api seukuran genggaman tangan dari balik jubah hitamnya berkali-kali, ia hanya bisa menghindar saja tanpa ada kesempatan untuk menyerangnya. Mencari cara untuk mengalahkannya, ia menguatkan keyakinannya dengan berdoa kepada Tuhan sambil menyiapkan seluruh sub-weaponnya. Kurama melempar boomerang kearah bola-bola api itu dan hancur setelah mengenainya, dengan timing yang tepat sang ksatria menyerang Madara dengan vampire killernya di bagian kepalanya. Meringis kesakitan karena kepalanya terkena cambuk yang membuat luka serius. Kurama melempar dua buah kapak kecil ke kedua kaki sang vampir, naas lemparannya tidak kena karena Madara menghilang melakukan teleportasi dan tiba-tiba Madara muncul dari belakang dan memukul Kurama dari belakang hingga terpental jatuh.

Dengan keadaan tersungkur lemah di lantai Madara mendekati Kurama dan ia menciptakan bola api dari tangannya untuk dilempar ke tubuhnya, sang vampir terkejut ketika mau melempar bola api tersebut Kurama yang masih tersungkur mengeluarkan sebotol air suci dari balik jubahnya dan melemparnya tepat ke bagian dadanya. Madara berteriak kesakitan memegang dadanya yang mulai meleleh karena air suci sehingga tampak sebagian tulang dada dan jantungnya yang berdetak, Kurama segera berdiri dan mengayunkan cambuknya dengan kuat menyerang bertubi-tubi di bagian jantungnya, sang vampir hanya bisa melangkah mundur menahan rasa sakit karena diserang berkali-kali tanpa ada kesempatan menyerang balik. Melihat Madara yang berlutut hampir sekarat itu, tangan kiri Kurama melempar sebotol air suci lagi mengarah ke kepalanya dan tangan kanannya mengayunkan cambuknya dengan kuat dan

SPLAAATT

AAAAAAARRRGGHHH

Cambukan yang kuat tadi sukses memutus bagian leher sang vampir dan kepalanya terjatuh di lantai dengan wajah yang meleleh bersimbah darah. Seketika juga tubuhnya ambruk dengan mengeluarkan banyak darah di bagian dada dan leher. Dengan tatapan kosong dan kelelahan ia berdiri di depan jasad vampir yang tak bernyawa ini, kini bisa ia menebus harapan kepada temannya Sarutobi, Kurenai, dan Shizune. Tak lupa ia meminum sebotol health potion untuk menambah stamina

Sementara dari kejauhan terlihat sosok pria memakai jas dan celana panjang hitam, memakai kalung batu permata bewarna merah, serta kemeja putih berdiri bersama sesosok yang menyerupai malaikat maut, memakai jubah dan tudung bewarna biru tua, berkepala seperti tengkorak manusia, dan membawa senjata sabit yang besar. Yang menjadi Kurama sangat terkejut sosok pria itu tidak lain adalah sahabatnya sendiri, Orochimaru. Sahabatnya menjelaskan semua yang terjadi selama ini sementara sosok yang ada disampingnya terbang menuju jasad Madara dan mengambil jiwanya.

Ya, Semua kejadian ini semata-mata hanya rencana dari Orochimaru untuk menjadi vampir dan hidup abadi, alasan dia melakukannya karena ia menganggap Tuhan telah mengkhianatinya karena membunuh istrinya yang sangat ia cintai, baru beberapa hari saja setelah pernikahan mereka dan ia dipanggil untuk ikut berperang dalam membela Tuhan, setelah pulang dari medan perang istrinya meninggalkannya. Dengan menjadi vampir dan hidup abadi maka ia bisa mengutuk dan balas dendam Tuhan sehingga tidak bisa mengambil nyawanya.

Kalung permata yang ia pakai adalah Crimson Stone, batu yang bisa mengubah seseorang menjadi vampir jika jiwa dan kekuatan vampir yang sudah tewas lain ditransfer ke permata itu, juga bisa memanggil makhluk atau monster dari Neraka, serta bisa menjadikan malaikat maut/Death menjadi pelayan setia bagi siapa sajayang memegang batu itu. Orochimaru sejak dulu mempunyai crimson stone namun dia tidak tahu apa fungsi batu itu sebenarnya, akhirnya ia mengerti setelah mempelajari cara mendapatkan kehidupan abadi di kamarnya dan merancang strategi untuk mendapatkannya, dia mengurung diri karena itu. Saat itu juga Orochimaru memberi saran kepada Madara yang untuk menculik Shizune, dengan hal itu 'permainan' nya akan semakin seru karena Namikaze Kurama ksatria yang mempunyai keahlian hebat dalam pertarungan akan datang dan bertarung dengannya dan menganggap ialah lawan yang pantas. Bahkan Orochimaru juga telah melihat semua pertarungan Kurama saat melawan para tiga penjaga, ia akui sahabatnya ini benar-benar ksatria yang hebat.

Semua berjalan sesuai rencana sang jenius, kini dia telah menjadi vampir setelah jiwa dan kekuatan Madara ditransfer oleh Death. Orochimaru lantas menawarkan kepada Kurama kehidupan abadi karena dia juga kehilangan seorang yang ia cintai. Kurama menolaknya karena kehidupan abadi hanyalah hampa dan rencananya ini telah mengorbankan Shizune sebagai pancingan. Mendengar tekad temannya yang sudah bulat ini, Orochimaru menyuruh Death untuk membunuh Kurama yang sekarang menjadi mantan sahabatnya. Kemudian ia pergi meninggalkan mereka berdua dengan berubah menjadi kumpulan kelelawar beterbangan keluar jendela Throne Room.

Kurama seakan tidak percaya kalau lawannya ini adalah malaikat maut, malaikat yang mencabut setiap jiwa, ini benar-benar duel hidup dan mati, dimana cambuk vampire killer beradu dengan sabit pencabut nyawa. Dari semua musuh yang dia hadapi selama hidupnya, dia akui Death adalah yang paling kuat. Pertarungan sengit berakhir dengan kemenangan Kurama setelah ia mengetahui kelemahan utama Death, disaat sang malaikat maut mendekat dan akan melancarkan teknik close-range combat Kurama melempar semua stok air suci dan boomerang salib ke arah sang lawan. Sebelum sang malaikat perlahan-perlahan menghilang karena kekalahannya, Kurama memberi pesan terakhir untuk Death disampaikan kepada sang masternya, ia tahu kalau sang malaikat maut tidak bisa mati dan besoknya dia akan hidup kembali.

"You have become a cursed being and I will never forgive you. This whip and my clan will destroy you someday. From this day on, Namikaze clan will hunt you and your kind in the night."

(A/N: Pakai bahasa inggris, biar greget)

Itulah kalimat terakhir yang ia ucapkan kepada Orochimaru, Death pun hanya mengiyakan keinginan sang lawan sebelum ia menghilang ke alam sana.

Setelah kalimat terakhir tadi tiba-tiba Kurama merasakan goncangan yang pelan namun lama-kelamaan menjadi cepat, inner nya mengatakan kalau istana ini akan runtuh. Dengan cepat Kurama pun berlari menuju jalan keluar. Ah dia hampir lupa dengan sang wanita berbaju maid itu, dia berlari menuju ruang perpustakaan pribadi tetapi tidak ada seorangpun disana, karena goncangan yang semakin hebat dan puing-puing istana yang mulai berjatuhan dia melanjutkan larinya lagi melalui jalur terdekat, semoga Kurenai baik-baik saja.

Beberapa menit telah berlalu, Kurama berhasil keluar di istana itu tepat saat bangunan tersebut keseluruhannya runtuh. Rasa lelah hinggap di tubuhnya setelah berlari tanpa henti saking lelahnya tubuh sang Namikaze ambruk di tanah rerumputan, dia mengatur nafasnya kembali seperti semula. Bulan yang sempat menguasai waktu malam kini telah digantikan oleh terbitnya sang surya, ia terkejut ketika ada dua orang yang mendekatinya memanggil namanya. Ternyata mereka adalah sang alchemist Sarutobi dan sang wanita berambut hitam Kurenai mengendarai kereta kuda miliknya, yang dipanggil pun merasa senang karena mereka tidak kenapa-napa. Kemudian mereka bertiga pergi ke pondok milik Sarutobi untuk melepas penat setelah kejadian semalam, sambil menikmati pagi hari yang mulai cerah.

Sang Namikaze tentu tidak akan lupa akan kalimat yang ia ucapkan tadi malam. Dia akan pegang janjinya dengan senjata cambuknya ini. Ya, tentu saja...

.

.

.

.

.

.

.

Wallachia, abad ke-13

Berpuluh-puluh tahun sejak kejadian itu Orochimaru mengarungi berbagai daerah, dia merasa bosan jika kehidupannya dihabiskan hanya berpindah-pindah tempat. Maka dia membangun sebuah istana di suatu tempat sekitar provinsi Wallachia dengan bantuan para makhluk iblis sebagai tempat tinggalnya yang tetap. Dia juga membangun ajaran sekte satanisme dan merekrut manusia atau makhluk lain yang keluar agama, dikhianati oleh Tuhan, maupun penyembah iblis. Orochimaru juga menggunakan istananya sebagai upacara menyembah iblis untuk para pengikutnya.

.

.

.

.

Wallachia, 1463 A.D

Suatu hari, Orochimaru berjalan-jalan di sekitar pinggir hutan Wallachia menikmati indahnya malam dan pesona terangnya bulan purnama. Kenapa dia hanya muncul di malam hari karena cahaya matahari ada salah satu kelemahan bangsa vampir. Dia tak sengaja bertemu dengan seorang wanita sedang memetik tanaman herbal dan mint, namanya adalah Tsunade Senju. Wanita bermata coklat, rambut pirang keputihan sebahu, memakai dress pangang selutut bewarna hijau tua, umur 26 tahun, seorang ahli penyembuh luka. Mereka pun memulai pembicaraan ringan, Orochimaru merasa meski dari fisik berbeda, namun dari segi sifat dan kelakuan Tsunade mempunyai kemiripan dengan Anko istrinya yang telah lama meninggal, kebetulan juga kalai dia masih berstatus belum menikah. Tsunade juga berpendapat kalau pria ini adalah orang yang tampan, baik, ramah, lemah lembut.

Semenjak hari itu hampir setiap malam mereka ketemuan di tempat yang sama hingga pada suatu hari Orochimaru menceritakan siapa dia yang sebenarnya dan mengingkan untuk menikah dengannya, pernyataan itu membuat sang wanita terkejut tetapi sebenarnya dia juga mencintainya tak peduli tentang latar belakangnya, dia yakin bahwa pria ini adalah pria yang baik. Cinta memang tak memandang siapapun, mereka akhirnya menikah tanpa jalur agama karena keagamaan adalah salah satu kelemahan bangsa vampir dan Tsunade tahu akan itu.

.

.

.

.

Wallachia, 1475 A.D

Sudah 13 tahun setelah pernikahan Orochimaru dan Tsunade, hubungan keluarga mereka masih tetap harmonis yang kini tinggal bersama di istana sang pria, Orochimaru belum pernah merasakan kebahagiaan ini sebelumnya bersama istri yang dia cintai segenap jiwanya terutama dia sudah menjadi ayah yang diidamkannya bersama anaknya yang masih berumur 13 tahun.

Namanya adalah Gasper Senju, anak laki-laki berambut model bob pendek seleher dengan warna pirang platinum, bermata violet, tinggi 150 cm, kedua telinganya berbentuk seperti telinga kelelawar. Gasper memiliki wajah yang manis untuk ukuran laki-laki sebayanya dan sifatnya masih kekanak-kanakan, lembut dan pemalu mirip dengan ibunya yang. Dan juga ia memiliki dark power seperti ayahnya seperti bisa berubah menjadi kumpulan kelelawar kecil namun dia jarang menggunakan kekuatannya. Yang membedakan antara Gasper dengan ayahnya adalah dia perwujudan dari Dhampir, setengah manusia dan setengah vampir, mempunyai kekuatan vampir namun kebal terhadap kelemahannya.

Suatu hari di waktu sore, Tsunade mengajak anaknya pergi ke desa Ame untuk membeli makanan untuk makan malam. Ini kali pertama mereka pergi kesana, kata orang-orang desa itu terkenal dengan kulinernya. Ketika sampai di desa ada seorang pria yang sekarat karena terjatuh di atap bangunan setinggi 3 meter, Tsunade dan anaknya berlari melewati para kerumunan penduduk dan menolongnya dengan memberi sebotol health potion yang dia buat bersama suaminya. Dalam beberapa detik pria yang sekarat itu kembali segar dan bisa berdiri lagi. Para penduduk tidak percaya akan keajaiban itu, sampai-sampai salah satu dari mereka menyebut Tsunade adalah penyihir satanis. Mereka juga menganggap anak Tsunade jelmaan iblis karena bentuk kedua telinganya yang aneh.

Mudah terprovokasi, para penduduk dengan mudah percaya mengarak Tsunade dan anaknya ke wilayah tengah desa. Saat matahari telah terbenam, disana mereka dibawa di sebuah tempat penuh dengan tumpukan kayu yang telah dibasahi oleh minyak tanah. Tanpa ampun Tsunade diikat di sebuah balok kayu yang lebar dan diletakkan di tengah-tengah tumpukan kayu tadi. Salah satu penduduk menyalakan obor api dan membuang ke tumpukan kayu itu dan perlahan-lahan tubuh Tsunade terbakar secara hidup-hidup. Gasper yang kedua tangannya dicengkram kuat oleh dua orang itu meronta dan menangis melihat apa yang dialami oleh ibunya ini. Dengan tenaga yang masih tersisa Tsunade berteriak kepada Gasper dan mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Gasper, do not hate humans. if you cannot live with humans, then at least do not harm them. Also tell your father... that I love him... for eterity..." (A/N: Sama, biar greget)

Tepat kalimat terakhir dia ucapkan Tsunade telah merenggang nyawa, Gasper yang mendengar perkataan terakhir ibunya menjadi sedih. Disaat yang sama inner vampirnya muncul, matanya berubah menjadi merah darah dan gigi taringnya mencuat tajam.

"OOOWWWWAAAAAAAA...!"

Teriakan Gasper yang sangat keras membuat para penduduk menutup telinganya dengan tangan mereka karena teriakannya, dan dia berubah menjadi kumpulan puluhan kelelawar dan pergi meninggalkan desa itu.

Orochimaru yang tadi sedang tidur terbangun karena suara anak lelakinya yang menangis dan memeluk sang ayah. Ketika sang ayah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, Gasper menceritakan semua kejadian tadi sore. Dengan rasa amarah tak terkontrol telah merasuki jiwa Orochimaru, dia pergi ke desa itu meninggalkan Gasper. Melihat istrinya dari kejauhan yang kini sudah terbakar tak bernyawa Orochimaru menyerang semua penduduk desa dengan bantuan para monster iblisnya dari Neraka, hingga tak ada tanda kehidupan dan semua bangunan dihancurkan hanya tersisa abu dan reruntuhan. Kedua mata merah sang vampir mengeluarkan air mata di depan jasad istrinya yang hangus terbakar, sekali lagi wanita yang dia cintai sepenuh jiwa meninggalkannya. Menganggap Tuhan sepertinya benar-benar benci kepadanya dengan merampas nyawa istrinya...

.

.

.

.

Sehari setelah kejadian memilukan itu, keadaan psikologis Orochimaru menjadi terganggu. Merasa tidak tahan dengan apa yang ia alami sekarang dia akan mendeklarasikan perang dengan umat manusia, bahkan dia ingin memusnakan peradaban manusia, kecuali manusia yang telah menjadi pasukan dan pengikutnya. Dia juga menyuruh pasukannya untuk merenovasi kembali seluruh istananya ini menjadi medan perang bagi siapa saja yang berhasil masuk ke istananya, membangun Clock Tower dan jembatan penghubung sebagai jalan masuk menuju istananya ini. Karena ambisi Orochimaru yang keji itu, Death sang pelayan setia menyarankan untuk mengganti namanya menjadi "Dracula" yang dalam bahasa Rumania berarti "iblis". Orochimaru menyukai nama itu dan mengubah namanya menjadi "Count Dracula.", dan mengklaim sebagai "Lord of the Vampires, and Lord of the Darkness." dan menganggap bahwa Orochimaru kini sudah musnah.

Sekarang Dracula, Death sang pelayan setia, serta para pasukannya mendeklarasikan perang dan siap memerangi manusia mulai detik ini.

.

.

.

.

.

.

TBC


A/N: Halo semuanya, perkenalkan saya masih baru disini. Sudah bertahun-tahun baca fanfic akhirnya sekarang menjadi tertarik untuk bikin fic sendiri. Dan fandom ini menjadi pilihan untuk menyalurkan fanfic perdana saya.

Untuk tata dan gaya bahasa saya masih amburadul jadi mohon maaf, saya gak memasukan dialog disini karena saya memang sengaja struktur penyampaiannya dibuat kayak gini. Ini masih chap prolog dan chap depan adalah cerita yang sebenarnya.

Maaf juga jika adegan battlenya kurang mengena atau terkesan setengah2 disini, berhubung ini juga kali pertama saya menggambarkan adegan battle. karena ini ini juga masih prolog dan saya hanya menekankan tentang asal usul Dracula saja di chap ini.

Bagaimana pendapat kalian dengan fic perdana milik saya ini? Berbelit-belit? Bingung? Gak jelas? Ada plot hole? Atau yang lain? Salurkan pendapat dan saran kalian di kolom review ya, kritik pedas pun akan saya tampung tenang saja.

Oh iya sebenarnya elemen dan cerita garis besar dalam fic ini saya terinspirasi dari sebuah franchise/seri game terkenal, coba kalian tebak franchise/seri game apa yang saya adaptasi ini..?

Terimakasih telah menyempatkan waktu luang buat baca fic saya ini.