Disclaimer : Avenger © Marvel

Warning(s) and Genre(s) : Bromance (hubungan romansa antar dua orang laki-laki), canon, ficlet, romansa, drama, humormaybe, typo(s), Stony, implicit romance–seharusnya (LOL), EYD semoga seluruhnya betul, dan lain-lain.

Behind by Saaraa

.

.

.


"Okay."

Helaan napas mengudara. Sebetulnya yang lain ingin pura-pura tak melihat, lalu lanjutkan aktifitas masing-masing. Namun ekor mata tetap terarah pada kedua lelaki. Lelaki yang pertama, santai dan membuang arah pandangan–yang biasa kausebut mengelak. Lalu satunya, iris biru pucat menusuk, dan oh–ia memang sedang murka. Murka sekali.

"Jadi, kutanya sekali lagi, benda apa itu?"

Satu jari mengarah pada rangkaian besi mini yang menggeliat di tempatnya. Clint mengernyit. Ew. Menjijikan.

"Robot?"

Tony sentil sudut bibirnya. Ia berjalan ke arah perisai bundar yang terlentang. Di sana bagian cekungnya, ada mahluk tak jelas yang tak bisa diam. Tony menjepit ujungnya dengan jari telunjuk dan ibu jari, lalu mengangkatnya. Sambungan besi-besi kecil itu bergerak semakin binal.

Thor mengalihkan fokus dari televisi. "Kau tahu, itu membuatku teringat pada … pasukan Chitauri."

"Oh ya. Ada hewan yang seperti teripang besi raksasa."

Steve menjauhkan perisainya dari si biang masalah. "Singkirkan itu."

"Demi Tuhan–ini, secara teknis, hanya robot kecil dari sisa sampahan."

"Dan pertanyaanku, kenapa itu ada dalam perisaiku?"

"Kau takut pada ulat, Kapten?"

Steve memijit pelipis. Ia berbalik, memutuskan menyudahi. Atau ia benar-benar bisa menyuruh Tony melengkapi diri dengan seragam besi dan mereka bertarung di luar. Tentu Nick Fury tak menginginkan hal itu–begitu pun timnya. Jadi, pembicaraan berakhir. Ia melangkah pergi.

"Stark," si gadis berhelai marun kembali memainkan ponsel pintar. "Caramu selalu kasar."

"… itu kenapa aku benci padamu."

.

"Jadi, Kapten. Masih merajuk?"

Steve terdiam. Tinjunya berhenti menyiksa sansak. "Itu bocah, tapi, ya, kuakui–ia menyebalkan."

Natasha berjalan mendekat. "Ya, Stark memang seorang bocah yang mencari perhatian." –Dalam arti sesungguhnya, Steve.

"Kurasa kau benar. Menurutmu kenapa akhir-akhir ini tingkah usilnya semakin menjadi? Dan sikap arogansinya."

Yang gadis menghempaskan diri di bangku terdekat. Ia melihat lurus iris biru pucat, sebelum akhirnya suaranya kembali memenuhi ruangan, "Kau tahu kenapa julukannya playboy?"

"Karena … itu memang bagian dari personalitinya?"

"Apa kau pernah menggoda seorang perempuan?"

"Tidak."

"Apa kau tahu cara ia menggoda mereka?"

Gelengan. "Jangan berbelit, oke."

"Oke, kujadikan sesederhana yang kubisa. Pernah kudengar rumor seorang wanita mewawancarainya, bertanya, 'Seberapa banyak kau kehilangan waktu tidurmu karena bekerja?'. Lalu dijawab, 'Banyak. Bagaimana kalau kauhabiskan waktu tidurku denganmu juga?'."

Steve mengangkat sebelah alis. "Murahan."

"Yeah, setuju." Pemilik nama belakang Romanoff menutup mata sebentar, lalu mendongak. Jeda antara satu kalimat dengan kalimat lainnya membuat hening yang tidak nyaman. Steve akan bertanya kelanjutan dari verbalnya jika Natasha tak langsung menjelaskan, "Justru karena Tony Stark tahu itu murahan, dan tahu kalau ucapan itu tak mempan pada Kapten Steve Rogers, ia mencari cara lain untuk menarik perhatian seseorang yang diminatinya."

.

.

.

END


A/N : Haha. Jangan tanya saya buat apa. Entah bagaimana Stony hanya terlihat so damn cute. Thanks Chris Evans for being the Captain America, you're so damn hot, thanks for Robert Downey Junior for being Tony Stark–you are the one and real Tony Stark. Entah bagaimana senyumnya itu … membunuh sekali. Dan saya suka interaksi antara Steve dan Tony waktu di Avenger 2011, ketika belum akrab dan saling lempar sarkasme. Hella cute.

Nah, terima kasih sudah membaca! Segala bentuk masukan diterima dengan hati terbuka.