Semua orang dari segala usia, atau lebih tepatnya sejak mereka lahir. Mereka terlahir dengan membawa sebuah kekuatan yang sederhana, tetapi kekuatan itu bisa dikatakan unik. Yaitu, kekuatan untuk mengendalikan batu kuarsa sesuka hati mereka.

Orang-orang dapat memberikan perintah pada batu kuarsa. Mereka dapat memurnikan batu kuarsa, lalu mereka membuat Ligament.

Berbicara soal Ligament, Ligament dapat diartikan sebagai urat nadi pada manusia . Ligament dapat menggerakkan mesin, dan juga sebagai sumber dorongan untuk senapan yang memanfaatkan udara sebagai pendorong peluru.

Kemampuan yang dimiliki ini adalah kemampuan untuk menggunakan kekuatan dari batu kuarsa. Orang-orang menyebut kekuatan ini dengan istilah 'Sihir'.

•••

••

The Chronicles Of Un-Sorcerer. © AWM S S

•••

••

Disclaimer : Naruto Dan Unsur Anime Lain Bukan Milik Saya, Tetapi Milik Pembuatnya.

•••

••

M (Untuk Jaga-Jaga)

•••

••

Naruto x ?

•••

••

Dihina, dikucilkan, dan tak diterima, itulah yang dialami oleh dirinya. Menerima semua ketidak adilan dengan wajah datarnya. Dia adalah seorang Un-Sorcerer, I: orang didunia ini yang tidak memiliki sihir dalam tubuhnya. Dia adalah Uzumaki Naruto.

•••

••

Typo, Ooc, Oc, Mecha, bahasa berbelit, dan lain sebagainya.

•••

••


"APA LAGI YANG KAU LAKUKAN DISINI, HAH!" Bentak seorang pria berambut pirang yang memakai rompi anti peluru berwarna hijau ditambah dengan sebuah jubah bermotif jilatan api kepada seorang anak berambut merah berusia sekitar 7 tahun didepannya.

"A-aku hanya ing-ingin memberitahukan ka-kalau Ka-kaa-san se-sedang sa-sakit." Ujar bocah itu dengan terbata-bata karena takut dengan amarah pria didepannya atau lebih tepatnya adalah Ayahnya.

"MEMANG APA HUBUNGANNYA DENGAN KU? HAH!" Bentak pria itu lagi.

"A-aku i-ingin t-t-tou-s-san mem-membawa Ka-kaa-san ke-kerumah sa-sakit."

"KAU URUSI SENDIRI SAJA KAA-SAN MU ITU! AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN UANGKU SEDIKIT'PUN PADA PEREMPUAN TIDAK BERGUNA ITU. SEKARANG CEPAT PERGI DARI SINI!" Ayah bocah itu'pun menendang perut anaknya sendiri sehingga menyebabkan bocah itu terdorong keluar dari ruangannya. ~Blamm!~ Dan dengan kasarnya ia membanting pintu tak mengidahkan rintihan kesakitan yang terus keluar dari mulut anaknya.

"A-aku a-akan mem-membalas ka-kalian se-semua suatu ha-hari nan-nanti. LIHAT SAJA NANTI!" ~Dorr!~ Tepat setelah bocah itu menyelesaikan deklarasinya, sebuah peluru dengan kecepatan tinggi menembus pintu dan akhirnya bersarang di lengan kanan bocah itu. "Arrggghhh..." Rintihan kesakitan kian terdengar kencang dari mulut bocah itu.

"Cepat pergi dari sini, sebelum aku menembakmu lagi!" Ujar Sang ayah yang sudah tidak lagi menggunakan nada membentak tetapi digantikan dengan nada yang datar nan dingin.

"A-aku a-akan mem-membalas se-semua i-ini." Ujar bocah itu lalu pergi dari tempatnya tadi dengan memegangi lengan kanannya yang terus mengeluarkan darah.

•••

•••

•••

Didalam sebuah hutan yang menyeramkan atau yang lebih dikenal dengan nama hutan kematian, terlihatlah seorabg bocah berambut merah sedang berjalan tertatih-tatih dengan memegangi lengan kanannya yang terus mengeluarkan darah. ~Brukh!~ Bocah itu'pun jatuh menghantam tanah dengan wajah yang terlihat sangat pucat, mungkin itu karena faktor kehabisan darah. "Ka-Kaa-san. Ma-maaf." Ujar bocah itu sebelum matanya tertutup sempurna. (Bukan mati loh.)

Naruto, atau lebih tepatnya Uzamaki Naruto nama bocah itu. Ia adalah anak dari Hokage, Minato Namikaze dengan istri pertamanya Uzumaki Kushina. Naruto terlahir tanpa memiliki sihir ditubuhnya sehingga ia dikucilkan oleh semua orang. Ia dinggap aib oleh desanya sendiri bahkan oleh ayahnya sendiri.

Tak hanya Naruto saja yang dikucilkan, tetapi sang ibu Uzumaki Kushina juga bernasip sama. Setelah mengetahui bahwa Naruto tidak bisa menggunakan sihir, suaminya, Namikaze Minato secara sepihak menceraikannya dan menelantarkannya beserta Naruto.

Bukan hanya itu saja yang mereka terima, atas perintah tetua kerajaan, mereka'pun diasingkan didalam hutan kematian dengan alasan yang amat sangat konyol sekali, yaitu mereka dianggap menyebarkan virus yang dimana virus itu dapat menyebabkan seorang anak tidak memiliki sihir.

Kembali kecerita.

~dugh! dugh! dugh! dugh!~ Tak lama setelah bocah itu kehilangan kesadarannya, terdengarlah suara-suara tapak kaki. Bukan suara tapak kaki manusia maupun hewan, meleinkan suara itu berasal dari sesuatu yang besar dan terbuat dari...Logam.

Akhirnya makhluk itu menampakkan wujudnya, sebuah robot berwarna merah yang sering disebut Golem. Pada armor bagian pundak Golem itu terdapat sebuah lambang mirip seperti pusaran yang bergabung dengan segitiga dibawahnya yang menjadi identitas dari Golem itu berasal dari kerajaan Konoha.

Kerajaan Konoha. Kerajaan Konoha adalah salah satu dari lima kerajaan terkuat, dan menjadi yang terkeuat dari kelima kerajaan lainnya. Itu semua dikarenakan kerajaan Konoha memiliki pasukan Golem yang amat kuat dan lebih canggih dibandingkan dengan kelima kerajaan lain.

Jika kalian ingin bukti, golem merah itu dapat menjadi bukti yang kuat. Golem merah yang sering disebut Artemis yang piloti oleh seorang Jenderal yang bernama Hatake Kakashi. Artemis memiliki armor yang ringan dibandingakan dengan Golem lainnya tetapi memiliki defense yang tinggi.

Selain faktor dari Golem, keunggulan dari kerajaan Konoha juga terletak pada Pilotnya. Sebagai bukti, ambil saja Hatake Kakashi. Dia telah menjadi seorang Pilot sejak usianya baru menginjak umur 12 tahun, dan ia telah menjadi Jenderal diumurnya yang ke 20 tahun. Mengagumkan bukan, karena pada umumnya seseorang baru bisa menjadi Jenderal pada usia 35 tahun keatas.

Oke kembali ke cerita.

Dari balik pepohonan keluarlah sebuah Golem berwarna merah atau Artemis. Dia berjalan mendekati tubuh kecil bocah itu dan berlutut di sampingnya.

Bagian kepala Artemis terbuka dan keluarlah Kakashi dengan mengenakan rompi anti peluru berwarna hijau yang dilapisi jubah khusus para Jenderal di Konoha. Kakashi segera menghampiri Naruto dengan wajah yang menyiratkan kekhawatiran tingkat tinggi, -walaupun dibalik topengnya-."Naruto! Naruto kau tidak apa-apakan?" Ujar Kakashi sambil mengguncang-ngguncang pelan tubuh Naruto. Kakashi sebenarnya tahu bahwa saat ini Naruto sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Dalam hati ia'pun merutuki kebodohannya dan segera membawa tubuh Naruto masuk kebagian Kokpit Golemnya.

•••

•••

Artemis kini telah sampai di halaman rumah sakit kerajaan Konoha, pintu kokpit dikepala Artemis terbuka dan keluarlah Kakashi sambil menggendong Naruto masuk kedalam rumah sakit.

"Suster, bantu aku!" Panggil Kakashi pada salah satu suster dirumah sakit itu, tak lama kemudian datanglah seorang suster sambil mendorong sebuah ranjang berjalan. (Maaf saya gak tau namanya :v)

Kakashi'pun meletakkan tubuh Naruto diatas ranjang itu dan ikut mendorongnya. Sedangkan dengan suster yang membawa tempat tidur tadi, ia'pun terkejut bukan main saat ia melihat bocah si pembawa 'Virus' ada didekatnya. "Je-Jenderal Ka-kakashi, di-diakan si-sipem~~~" Belum sempat suster itu menyelesaikan perkataannya, Kakashi telah terlebih dahulu memotongnya. "Tatup mulutmu! Sekarang bawa saja dia untuk ke ruang pengobatan!" Perintah Kakashi pada suster itu dengan suara baritonnya karena kesal dengan ucapan suster itu. Selama ia berada didekat Naruto, tidak ada yang boleh memanggil adik angkatnya itu sebagai aib, pembawa virus dan panggilan buruk lainnya. Itulah janji yang telah ia ucapkan di depan kakak angkatnya, Uzumaki Kushina.

"Ba-baiklah." Suster itupun menurut saja karena ia tahu benar sedang berurusan dengan siapa.

Naruto'pun segera dibawa ke ruang operasi untuk melakukan operasi pengangkatan peluru. Dan satu-satunya dokter yang mau melakukannya adalah Senju Tsunade. Seorang nenek bertubuh proposional yang telah menganggap Naruto sebagai cucunya sendiri.

Sekitar 1 jam telah berlalu. Dengan perasaan yang gelisah, Kakashi menunggu didepan pintu ruang operasi. Berjalan mondar-mandir seperti orang yang tidak memiliki tujuan. Dalam benaknya ia berpikir tentang cara untuk mengatakan kejadian yang menimpa Naruto kepada Nee-sannya. Ia tidak ingin membuat kondisi Nee-sannya semakin memburuk setelah mengetahui kejadian ini. Ia bahkan saat ini belum mengatahui kondisi Nee-sannya yang beberapa jam lalu ia bawa ke rumah sakit dengan penyebab yang ia belum ketahui.

Bebera menit kemudian, pintu ruang operasi'pun terbuka dan menampilkan Tsunade yang sedang menghembuskan nafas lega.

Kakashi'pun segera menghampiri Tsunade. "Tsunade-sama, bagaimana keadaan Naruto?" Tanya Kakashi dengan tingkat kekhawatiran yang telah mencapai level maksimal.

"Tenanglah Kakashi, dia baik-baik saja. Untung kau segera membawanya kemari." Jawab Tsunade. "Memangnya apa yang terjadi dengan Naruto? Sampai-sampai ia bisa dalam keadaan separah itu?"

"Aku juga tidak tahu. Saat aku menemukan Naruto, ia sudah dalam kondisi seperti itu." Balas Kakashi. "Lalu bagaimana keadaan, Kushina-nee?"

"Dia sudah lebih baikan saat ini." Tsunade'pun berjalan melewati Kakashi. "Kau boleh menjenguknya, tapi jangan jenguk Naruto terlebih dahulu, biarkan dia beristirahat!"

"Baiklah."

"Apa yang akan kukatakan pada, Nee-san?" Sembari berjalan menuju ruangan Kushina, Kakashi tanpa sadar terua melontarkan pertanyaan yang entah ia tujukan pada siapa.

~Tok! tok! tok!~ "Siapa?"

"Ini aku, Nee-san. Kakashi."

"Masuklah!" Dan masuklah Kakashi di ruangan Kushina. Dia tersenyum miris dibalik topengnya saat melihat Nee-sannya sedang berbaring diranjang dengan selang infus yang menempel ditangan kirinya.

"Bagaimana dengan Naruto, Kakashi?" Tanya Kushina dengan senyum lemah.

"Dia baik-baik saja, Nee-san." Balas Kakashi berbohong, ia tidak ingin kondisi Kushina bertambah buruk bila mendengar kondisi Naruto yang sebenarnya.

"Lalu dimana dia sekarang."

"Dia sedang beristirahat, Nee-san."

"Begitu ya."

••••

••••

••••

••••

••••

Keesokan harinya.

Keesokan paginya, Kakashi'pun kembali kerumah salit untuk menjenguk keluarga angkatnya lagi. Kebetulan hari ini ia mendapatkan libur untuk dua hari kedepan.

Tujuan pertamanya adalah kamar Naruto. Kemarin ia mendengar bahwa Naruto telah sadar dan kondisinya juga berangsur-angsur membaik.

Tanpa tanpa membuang waktu, Kakashi'pun segera memasuki kamar Naruto. "Naruto!" Sapa Kakashi saat melihat adik kecilnya tengah berbaring di atas ranjang.

Naruto'pun menanggapi sapaan Kakashi hanya dengan senyumana, sesuatu yang sangat sulit dijumpai memang, selama ini Naruto hanya ingin menampilkan senyumannya pada orang-orang yang berharga untuknya saja.

"Apa keadaanmu sudah lebih baik?" Tanya Kakashi setelah ia duduk di tepi ranjang Naruto.

"Kau kan bisa melihatnya sendiri, Nii-san." Balas Naruto.

"Naruto, sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Tanya Kakashi sambil membaca buka kesayangannya, Icha-Icha Paradise.

Naruto meremas selimutnya dengan erat saat Kakashi menanyakan hal yang membuat dirinya mau tak mau harus mengingat kejadian kemarin. "Aku di tembak." Ujar Naruto dingin.

"Aku tau itu, tapi siapa yang melakukan ini semua padamu?"

"Dia." Naruto masih mempertankan cara bicaranya.

"Dia? Apa maksudmu, Hokage-sama?" Tanya Kakashi. Terkejut, itulah yang dialami Kakashi saat ini. Ia tak menyangka bahwa seorang ayah dengan teganya melakukan hal itu pada anaknya sendiri. Bahkan sebuas-buasnya binatang, mereka tidak akan menyerang anaknya sendiri.

"Benar. Saat itu aku pergi ke kantornya untuk meminta tolong padanya agar ia mau membawa~~" Ucapan Naruto'pun berhenti ditengah jalan saat ia menyadari sesuatu, matanya membulat dan dengan cepat ia mengambil posisi duduk. "KAA-SAN! KAA-SAN DIMANA, NII-SAN." Teriak Naruto dengan raut muka yang mencerminkan kepanikan.

"Dia baik-baik saja, aku sudah membawanya kerumah sakit."

"Benarkah?" Dengan airmata yang mulai keluar dari sudut matanya.

"Hmm~ Tapi aku sarankan padamu agar tidak menjenguknya terlebih dahulu. Aku takut jika kondisinya akan memburuk jika mengetahui keadaanmu yang sebenarnya. Jadi, bisakah kau melanjutkan cerita mu."

"Baiklah. Jadi, singkat ceritanya dia monolakku dan menendangku hingga menabrak dinding. Aku belum pergi saat itu tetapi aku terlebih dahulu mengucapkan janjiku. Setelah aku selesai mengucapkannya ia langsung menembakku dari balik pintu hingga seperti ini." Kakashi 'pun hanya diam di tempat nya, walaupun matanya terfokus pada novelnya, tapi tak sepetah kata pun ia baca. Ia hanya mencermati setiap kata yang disampaikan oleh Naruto.

Tanpa sadar novel yang selalu ia pegang tiba-tiba saja terjatuh. Pikirannya melayang membayangkan seberapa kejamnya sosok yang dihormati oleh seluruh penduduk Konoha. Perasaan nya bercampur aduk antara marah Dan kecewa terhadap sosok yang dari dulu ia hormati.

"San...Nii-San...KAKASHI NII-SAN!" Teriakan Naruto'pun akhirnya berhasil menyadarkan Kakashi dari lamunannya. "Kau tidak kenapa-napa kan?"

"Ti-tidak. Aku baik-baik saja." Balas Kakashi agak tergagap. "Baiklah Naruto aku aku akan menjenguk Kaa-san mu dulu. Ingat pesan ku, jangan temui dia dulu!" Dan Kakashi'pun pergi meninggalkan Naruto guna menjenguk Kushina.

••••

••••

••••

••••

"Hah...Akhirnya aku bisa keluar dari tempat membosankan ini." Ujar Kushina dengan senang karena telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Yah...setelah tiga hari dirawat akhirnya ia diijinkan juga untuk keluar dari tempat yang menurutnya membosankan.

Saat ia melewati sebuah kamar, matanya tak sengaja menangkap siluet berwarna merah dari jendela. Seketika itu pula matanya membulat saat ia melihat orang yang ada di dalam ruangan itu, yaitu anaknya sendiri, Naruto.

~Brakh!~

"NARUTO!"

|••••••|

|•••••|

|••••|

|•••|

|••|

|•|

TBC.

Yo! Bagaimana dengan fict saya yang satu ini? Bagus atau jelek?

Sebenarnya chapter pertama ini hanya untuk percobaan. Jadi, tolong berikan tanggapan kalian tentang fict ini di kolom review.