BALADA CINTA

Naruto Kishimoto Mashashi

Story Minnieprincess

Warning : AU, OOC, TYPO, membosankan dan lain sebagainnya

Cast : Sakura, Naruto, Ino, Shikamaru, Sasori, dll (nyusul)

Chapter 1

.

.

Setumpuk berkas laporan kesehatan para pasien, beberapa jadwal operasi hari ini dan besok, dan laporan-laporan lainnya masih menumpuk diatas meja, membuatku sedikit mengela nafas berat, terus terang aku sedikit kelelahan.

Mengambil duduk di atas kursi lalu menyamankan diri disana meski sejujurnya aku membutuhkan tempat tidur untuk saat ini, menghadapkannya kearah jendela memperlihatkan pemandangan kota Konoha disiang hari. Ruang kerja yang begitu strategis sangat menguntungkan bagiku, ketika sedikit pengap dan lelah seharian mengurusi pasien dan beberapa jadwal operasi yang kadang kala di hadapkan dengan pasien-pasien dengan kondisi gawat. Aku salah satu tim operasi di Rumah Sakit ini, yang berspesialis bedah umum.

Memejamkan mata sejenak, jam 7 pagi tadi, ada panggilan darurat memaksaku untuk segera datang lebih awal, dan langsung keruang operasi. Seorang remaja mengalami kecelakaan saat mengendarai motornya, dan itu cukup serius, dan membutuh operasi segera.

Tok…Tok

Suara ketukan dari luar pintu membuatku kembali membuka kelopak mataku, ku putar kursi kerja ku yang semula menghadap kekaca kembali keposisi awal, sebelum aku menyuruhnya masuk, seseorang terlebih dahulu membuka pintunya.

Saat pintu sudah terbuka sepenuhnya, masuklah wanita berambut pirang dan memiliki mata biru, dia sahabatku, Yamanaka Ino. Dia tengah menyengir lebar kearahku yang ku balas dengan tatapan malas, melihat responku dia merengut dengan bibir dimajukan. Hey! Apakah model selalu berkelakuan seperti itu?.

Kaki rampingnya secara pasti berjalan kearahku, dan mengambil duduk di depanku. Aku tetap bersikap acuh padanya, seolah-olah aku tak melihatnya di ruangan ini, dia tetap tak menyerah, ia segera mengambil sesuatu dari dalam tas, seperti sebuah kaset.

"Sakura… aku minta maaf tak mengabarimu terlebih dahulu, dan aku menyesal. Dan… aku membawakanmu ini." Rayu ino padaku dengan nada di buat menyesal.

Ia kemudian meletakkan kaset musik asli SHINee dan ada tanda tangan asli disana. Aku meliriknya tergoda, aku belum sempat membelinya karena kesibukanku, dan Ino secara cuma-cuma memberikannya padaku, meski sebenarnya untuk merayu agar tak marah padanya. Sebenarnya aku marah karena Ino pergi ke Korea selama 2 minggu tak memberitahuku terlebih dahulu, padahal dulu ketika aku hanya pergi 3 hari ke Suna dan tak mengabarinya, wanita itu mendiamkanku selama seminggu.

"Baiklah. Yah meski sebenarnya aku sangat mengharapkan tiket VVIP SHINee yang sebentar lagi akan tampil di Konoha Dome. Tapi karena ada tanda tangan asli mereka, aku terima." Ujarku membuat Ino sedikit merengut diawal, lalu tersenyum diakhir ucapanku.

"Tikat VVIP itu mahal Sakura." jawabnya dengan nada sedikit sewot, berbeda ketika ia tengah merayuku tadi.

"Ck, aku tahu uangmu banyak Ino." Ujarku lagi, Ia mengumpat pelan, aku menatapnya melotot seolah berkata 'apa?'. Ino menyengir menampilkan deretan gigi putihnya seraya menggelengkan kepala dalam artian 'tidak ada'

Saat aku melihat tangan Ino diatas meja, aku melihat benda berkilauan disana. Melihat arah pandanganku, Ino memperlihatkan tangan kirinya, atau lebih tepatnya jari manisnya yang terdapat cicin melingkarinya, cicin yang simple tapi cukup mewah.

"Kau serius Ino? Shikamaru si pemalas itu melamarmu?" tanyaku antusias seraya menatap Ino tak percaya, Ino melebarkan senyumannya lalu mengangguk malu-malu, aku terperangah mereka bertindak lebih cepat dari pada hubunganku dan Naruto. Padahal aku dengan Naruto menjalin kasih lebih dulu dibandingkan mereka, tapi mereka lebih dulu menunjukan keseriusan mereka.

"Aku iri padamu, Ino." Ino melirikku bertanya.

"Tunggu saja, aku yakin dalam waktu dekat ini, Naruto akan melamarmu." Ucap Ino menenangkanku, aku diam tak menanggapi, dalam hati aku mengamini ucapan Ino barusan.

Aku dan Naruto sama-sama sibuk beberapa bulan ini, meski begitu Naruto tetap menghubungiku setiap harinya, walau hanya pesan singkat jika ia memang benar-benar tak bisa meneleponku. Perusahaannya tengah dalam masalah kecil, walau begitu Naruto tak bisa membiarkan masalah itu begitu saja, alhasil dia sering lebur di kantor.

Suara dering ponsel milik Ino membuatku tersadar dari lamunanku, sepertinya pesan singkat untuknya, setelah sibuk mengetik balasan diponselnya, Ino memandangku dengan pandangan merasa bersalah, aku menganggung mengerti dan mempersilahkannya pergi, dan dia beranjak dari kursi setelahnya, dan lalu melenggang pergi dari ruanganku.

Aku meraih beberapa dokumen laporan diatas mejaku dan mulai memeriksanya, dan setelahnya aku berencana segera pulang ke rumah, sift ku sebentar lagi berakhir.

###

Aku sudah sampai di depan gerbang rumah, setelah gerbang terbuka lebar secara otomatis segera ku lajukan mobil merahku memasuki pelataran rumah bergaya gabungan Eropa dan Jepang. Setelah turun dari mobil, aku melangkah menuju pintu rumah, ketika pintu sudah sepenuhnya ku buka, ibuku berjalan menghampiriku.

Aku segera bergelayut manja pada lengan putih milih wanita paruh baya yang masih cantik diusianya yang tak lagi muda, ibu membawaku ke ruang keluarga. Aku mengambil duduk di sofa, layar tv tengah menyala, menayangkan dorama kesukaan ibuku, sedang ibu ke dapur mengambilkan aku minum. Ibu seorang ibu rumah tangga biasa dan dirumah kami tidak ada pelayan, bukannya kami tak sanggup menggajinya, hanya saja ibu ingin mengurus semuanya sendiri.

Ayah dan kakakku masih berkerja di kantor, jika tidak sedang lembur mereka akan pulang sore harinya. Kami memiliki perusahaan keluarga yang cukup besar, Haruno Company. Dulu ayah sempat menyuruhku kuliah di jurusan bisnis, tapi aku menolaknya, dan memilih kedokteran, dan ayah pun menghargai keputusanku dan mendukungnya sampai akhirnya aku menjadi seorang dokter seperti sekarang ini.

"Ibu, nanti malam Naruto mengajakku makan di luar." Kataku setelah ibu baru keluar dari arah dapur, ia membawa segelas jus jeruk di tangannya, lalu berjalan secara perlahan kearahku dan memberikan jusnya padaku.

Ibu mengambil duduk di sebelahku, selesai meminum jus buatan ibu, ku letakkan gelas kosong itu diatas meja. Ia menatapku sambil tersenyum hangat, ibuku sangatlah cantik jika sedang tersenyum pantas saja ayah sangat mencintai ibu.

Aku menidurkan kepalaku diatas pangkuan ibu, aku sering melakukan ini ketika sedang ingin bermanja-manja dengannya, tapi karena kesibukanku aku jadi jarang melakukannya. Ibu membelai lembut ramputku, membuatku nyaman, ibu melakukannya seraya menonton tv di depan kami.

Saat tengah asik menonton dorama, tiba-tiba ada sebuah adegan dimana sang aktor utama melamar sang artis dengan begitu romantis. Ibu menghentikan belaiannya dan langsung memandang kearahku, aku mengeryitkan dahi melihat tatapan bertanya darinya disertai senyuman yang menurutku aneh.

"Jadi kapan Naruto akan melamarmu, Saku? Tanya ibu terlihat antusias. Aku menelan ludah, seperti dugaanku ibu menanyakannya.

Aku terdiam beberapa jenak, memikirkan jawaban yang tepat, saat ini ibu masih menatapku dan melupakan dorama kesukaannya, dalam hati aku mengerutuki adegan tadi, dan mulai hari ini aku akan membenci para lakon yang ada dalam dorama itu sekaligus sang sutradara.

"Ibu… seharusnya ibu langsung saja tanya Naruto!" balasku sekenanya sedikit gugup. Ibu terkekeh kearahku dan mencubit gemas kedua pipiku hingga membuatnya merah dan sedikit sakit, aku merengut setelahnya.

"Kalau kau tidak bertanya pada Naruto, pemuda itu tak akan tahu Saku-Chan." ujar ibuku lembut memberiku pengertian, aku terdiam memikirkan perkataan ibu, dan mengangguk setuju kemudian.

"Tapi, aku kan malu jika harus bertanya padanya." balasku jujur.

Ibu menjawel hidung mancung milikku, dengan gemas. Aku merengut, dan melipatkan tanganku didada.

"Kau tak perlu mengatakannya, cukup memberikannya sinyal. Kau paham kan Saku?" aku mengangguk-anggukan kepala, setuju pada ucapan ibu, memberikan ancungan jempol, ibuku memang paling the best.

Aku dan ibu memang dekat, mungkin karena kami sama-sama perempuan sehingga aku lebih nyaman ketika bercerita kepada ibu, dan ibu juga sering memberiku masukan-masukan ketika aku membutuhkannya. Meski terkadang aku juga sering curhat pada Sasori-Nii tentang urusan kaum muda, terkadang ibu memberi masukan yang terlalu tua untukku dan aku sedikit tak menyukainya.

Aku bangkit dari posisi tidurku, dan memberikan ciuman singkat dipipi kanan ibu, dan dibalas ciuman dari ibu dikedua pipiku.

"Aku mencintaimu ibu." Ucapku pada wanita pirang yang menjadi ibuku dengan senyum lebar penuh kebahagiaan.

"Ibu juga." Balas ibuku.

###

Aku mematut diri dikaca memeperhatikan pantulan bayangan serupa dengan diriku, memperhatikan dandanan dan penampilanku saat ini. Saat di rasa tak ada masalah, aku berbalik kearah meja nakas dekat ranjangku dan mengambil ponsel pink-ku. Dan seperti sudah diatur, ponsel itu langsung bordering menandakan panggilan masuk dari Naruto, segera ku terima panggilan itu.

"Sakura, apa kau sudah siap?" tanya sebuah suara diseberang telepon. Aku mengangguk yang sudah pasti Naruto tak dapat melihat anggukanku.

"Iya, sebentar lagi aku turun. Kau sudah sampai mana?" tanyaku pada Naruto.

"Aku sudah sampai didepan gerbang rumahmu."

"Kalau begitu, aku matikan teleponnya." Setelah mengatakannya, aku segera mematikan panggilan itu, dan memasukannya kedalam tas yang berada di ranjangku dan segera membawanya.

Aku menutup pintu kamarku, saat itu juga aku melihat kak Sasori baru saja naik kelantai 2 dan akan membuka pintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamarku. Sebelum pintu kamarnya benar-benar terbuka ia menghentikan gerakannya lalu menatapku dan menelitiku dari atas sampai bawah, dan gerakan matanya terhenti di bagian bawah gaunku yang terbilang cukup pendek, 15 centi di atas lutut, memperlihatkan kaki mulusku yang putih. Dia menatapku dengan pandangan tak suka, aku menelan ludah susah payah karena gugup bercampur takut.

"Ck, lain kali aku akan membuangnya jika kau masih menggunakan untuk keluar dengan Naruto si rubah itu!" serunya mengomel, aku memajukan bibirku, cemberut.

Aku sudah dewasa, tapi kak Sasori selalu memperlakukan aku layaknya anak kecil membuatku tak suka. Sebenarnya wajar saja dia begitu, karena dia sangat menyayangiku hanya saja aku tidak suka terlalu di atur-atur olehnya.

"Ck. Menyebalkan," dengusku pelan, dan ternyata terdengar olehnya, kakakku yang mempunyai wajah baby face itu kembali membalikan tubuhnya yang hampir memasuki kamar, dan memandang kearahku melotot, aku tersenyum meringis dan mengacungkan tanda V untuknya. Seraya memundurkan langkahku perlahan-lahan, ketika kakiku sudah mendekati tangga, segera membalikkan badan dan langsung menuruninya, kabur dari hadapan kakak monsterku.

"Jam 10 malam, kau harus sudah ada dirumah Sakura!" teriaknya keras dari lantai 2, telingaku mendengung sakit mendengarnya, aku berani bertaruh seluruh orang disini dapat mendengarnya, dan aku berharap Naruto tak mendengarnya.

Sampai di bawah, aku menemukan ayah yang baru pulang dengan raut lelah diwajahnya, ibu menghampirinya, melepaskan jas hitam ayah dan mengambil tas yang ada digenggaman ayah, lalu membawanya dan meletaknya di sofa terlebih dahulu, kemudian menuju ke dapur mengambil minuman untuk ayah.

Ayah melonggarkan ikatan dasinya seraya melangkah kearah sofa dan menatapku, aku meleparkan senyum untuknya yang juga dibalas senyum hangat dari ayah.

"Naruto, sudah menunggu di luar. Ingat jangan pulang malam." Titah ayah lembut, aku mengangguk mengiyakan.

Aku menghampiri ayah yang saat ini sudah duduk di sofa menghadap ke tv yang menyala menampilkan program berita, mengambil lengan ayah, lalu mengarahkannya dibibirku, aku sering melakukan ini ketika akan pergi.

"Iya, ayah."

Aku segera berjalan kearah ruang tamu dimana sudah ada Naruto disana, setelahnya kami langsung menuju kearah mobil Naruto yang terparkir di pelataran rumah, dan langsung masuk, setelahnya mobil meninggalkan pelataran rumah.

###

Naruto membawaku ke salah satu restoran mewah di kota Konoha, Naruto sudah memesan tempat terlebih dahulu sebelum kami sampai kesini. Seorang pelayan mengantar kami ketempat yang telah dipesan setelah kami mengkonfirmasikannya terlebih dahulu, kami dibawa ketempat yang cukup sudut, menghadap langsung kearah taman kota Konoha yang begitu indah dimalam hari. Restoran ini berdekatan dengan langsung dengan taman kota, tempat yang strategis untuk sebuah bisnis.

Restoran Italia dengan konsep gaya jepang dengan sentuhan campuran Asia lainnya, membuatnya terlihat cantik. Memiliki desain interior yang cenderung dark dan mewah dengan dominasi warna gelap, lampu gantung dengan bentuk yang unik, dan mangkok dan piring dalam berbagai ukuran yang ditempelkan di salah satu bagian dindingnya, membuatnya terlihat tambah unik.

Naruto melambaikan tangan memanggil pelayan restoran, pelayan restoran laki-laki menghampiri meja kami, di tangannya ada sebuah note dan pena lalu menanyakan pesanan kami. aku masih memilah-milah makanan mana yang akan aku pesan, aku menyukai semua makanan yang ada didalamnya.

"Aku pesan steak daging dan segelas wine. Bagaimana denganmu Sakura-Chan?" Naruto mengalihkan pandangannya pada buku menu dan menatap ke arahku, "Bagaimana dengan Spaghetti saus tomat?" ia kembali bertanya padaku, menyarankan salah satu menu andalan. Aku mengangguk setuju.

"Aku pesan yang itu dan minumnya sama seperti pesanannya." Kataku pada sang pelayang yang segera menulis pesanan kami dan setelahnya pamit pergi.

Setelah pelayan itu pergi, Naruto memandangku lekat-lekat, membuatku sedikit tak nyaman, berfikir kalau-kalau ada yang salah dengan dandananku. Aku mencoba memandang diriku sendiri, sepertinya tidak ada yang aneh dengan penampilanku.

"Naruto, jangan memandangiku seperti itu." ucapku gugup dan sedikit malu, mungkin wajahku merona saat ini karenanya.

Naruto terkekeh pelan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tiba-tiba berdiri dari duduknya dan berjalan kearahku, melepaskan jaket yang tengah ia pakai dan memakaikannya ditubuhku.

"Kau memakai baju sexy sekali. Apa kau tak tahu sedari tadi banyak pasang mata lelaki yang menatapmu mesum!" ia berucap sedikit galak, aku menundukkan kepala malu dan merasa bersalah. Aku melirik kesekeliling melihat beberapa pengunjung yang lain terutama pengunjung laki-laki, dan seperti ucapan Naruto, banyak lelaki memandangku dengan tatapan mesum seperti katanya. Aku mengeratkan jaket Naruto yang kini aku pakai.

Aku menggigit bibirku pelan, kalau difikir-fikir pantas saja Kak Sasori marah, gaun yang aku pakai memang terlalu terbuka dan pendek, bagian atas tak berlengan dengan belahan dada yang rendah memperlihatkan sedikit bagian dadaku yang putih.

"Bagaimana pekerjamu di Rumah Sakit? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanyanya kemudian memecahkan suasana yang mendadak hening, seraya berjalan kembali kearah kursinya.

"Semuanya baik-baik saja," jawabku pelan.

Aku tak berani menatapnya, aku masih malu. Pesanan kami datang, pelayan wanita itu meletakkan diatas meja. Spaghetti yang kini berada didepanku begitu sangat menggoda, ada beberapa potongan daging sapi disana dicampur dengan saus tomat yang merah dan terlihat segar, membuatku ingin segera mencicipinya.

Ku lihat Naruto tengah memotong-motong steak miliknya dengan tekun, segera ku raih sendok dan garpu di samping piring makananku, dan mulai memakannya, rasanya memang luar biasa. Ini baru pertama kalinya kami kesini. Ketika tengah asik makan, Naruto mengarahkan potongan steak kedepan mulutku. Naruto sering melakukanya ketika kami makan berdua, perlahan-lahan aku membuka mulut dan menerima suapannya, dan mulai mengunyahnya secara perlahan-lahan. Aku tidak menyadari adanya saus menempel di ujung bibirku, tiba-tiba Naruto menggerakan tangannya menyeka ujung bibirku, membuatku jadi merona malu entah yang keberapa kalinya malam ini.

"Jangan makan seperti anak kecil, Sakura-Chan." katanya memperingatkan. Tapi suaranya begitu lembut kudengar. Aku sedikit merengut. Tapi lagi-lagi dia memberikan senyum hangatnya padaku, detik demi detik, suasana kembali menghangat dengan saling meleparkan senyum.

Kami kembali melanjutkan acara makan kami, Naruto dengan steak dagingnya dan aku dengan spaghetti milik ku, saat aku sedang melilitkan mienya, aku melihat sesuatu di dalam piring. Terlihat seperti sebuah benda melingkar, karena penasaran aku mengambilnya dengan tangan kosong, lupa kalau nanti akan membuat tanganku sedikit kotor. Saat aku mengambilnya, dan tahu benda apa itu aku terperangah, aku tatap Naruto yang masih sibuk dengan steaknya tanpa memandang kearahku.

Aku menatap benda yang ada ditanganku, sebuah cincin yang begitu indah. Aku tak meyangka Naruto akan melamarku di tempat ini.

"Naru−"

TBC

A/N

Bagaimana ada yang suka kah? Ku harap ada, hehe. Maaf kalau ceritanya jelek dan banyak typo didalamnya, tapi berjalannya waktu aku akan berusaha memperbaiki sehingga tercipta sebuah tulisan yang layak. Isi fic ini keseluruhannya Sakura pov dan nanti juga ada Autor pov tapi Cuma selingan aja, saat Author pov end cerita kembali milik Sakura.

Ini fic ku buat untuk para pencinta NARUSAKU lover, bagi yang tidak suka fic ini mungkin sebaiknya gak usah dibaca, tapi kalau mau baca juga gak apa-apa sih. Cuma takutnya nanti kecewa.

Akhir kata mohon review yang sudi baca fic jelek buatan saya.

Arigatou ^^ (membungkuk)