Gladiolus92 presents...

©Chelsea Number 9

Gender switch | Fluffy | Oneshot | AU | OOC | TYPO(S) | DLDR | NO PLAGIAT!

Summary:

Do Kyungsoo sudah hampir sembilan tahun menjadi penggemar berat Chelsea FC, dan rasa cintanya pada klub asal London itu semakin bertambah berkat adanya sang pemain tampan pemilik nomor punggung 9

ENJOY IT!


"GOOOOOOOOOOAL! JONGIN OPENS THE SCORING FOR CHELSEA! The hosts manage to win the ball back on the halfway line, before Oscar flicks a pass into the path of the Korean international. He scampers into the penalty area, before slotting a finish through the legs of De Gea and into the back of the net!"

"YEAH! GOAL GOAL GOAL! Oh, Ya Tuhan! Lihat, lihat! Kim Jongin tampan sekali dan golnya tadi sangat keren!" Seorang gadis berteriak dengan hebohnya sembari melompat-lompat di atas sofa setelah ia melihat sang pemain idola sukses mencetak satu gol untuk tim kesayangannya. Ia bahkan mengabaikan suara sang komentator yang bicara dengan sangat cepat itu.

Mata bulat gadis itu tampak berbinar saat melihat selebrasi sang pencetak gol dengan nomor punggung 9, dan di atas angka 9 itu tertulis nama 'J.I. KIM' dengan gagahnya.

Gadis yang memakai jersey biru tua itu sepertinya tak mempedulikan sekitar dan masih asyik melompat-lompat di atas sofa. Pertandingan di TV yang saat ini masih berlangsung adalah sebuah big match, dan tentunya ia sangat senang karena tim kesayangannya—Chelsea FC—sementara unggul satu gol atas tim musuh bebuyutan, Manchester United.

Pertandingan baru berlangsung 38 menit, jadi gadis itu pun belum bisa duduk dengan tenang di atas sofanya. Ia bahkan masih berdiri di atas sofa sambil berteriak, "CETAK GOL LAGI, JONGIN OPPA! KITA BUKTIKAN PADA LUHAN BAHWA CHELSEA LEBIH BAIK DARI MANCHESTER UNITED!"

Begitulah isi teriakan gadis cantik berambut hitam sepanjang punggung itu. Luhan adalah teman kuliahnya. Entah sebenarnya masih bisa disebut teman atau tidak karena setiap hari dua gadis cantik itu kerjaannya hanya saling hujat. Maklum, Luhan adalah fan fanatik The Red Devils—Manchester United.

"Ya! Do Kyungsoo! Turun dari sofa sekarang, atau aku akan mematikan TV-nya!"

Dan kesenangan gadis bernama Do Kyungsoo itu terusik ketika ia mendengar sebuah suara yang bukan berasal dari televisi.

Kyungsoo pun menoleh ke sumber suara, dan ia mendapati kakak laki-lakinya—Do Seungsoo—sedang berdiri di ambang pintu ruang tengah dengan dua tangannya yang tersilang rapi di depan dada.

Kakaknya itu pasti kesal pada Kyungsoo yang dari tadi teriak-teriak tidak jelas. Ini pukul satu pagi, for God's sake!

Kyungsoo hanya bisa menghadiahkan satu paket V-sign yang cantik pada kakaknya itu, kemudian segera turun dari sofa dan duduk manis di atas sofa berwarna cream itu. "Mian, oppa. Aku sangat senang karena Jongin oppa baru saja mencetak gol."

Seungsoo memutar bola matanya malas sebelum menimpali perkataan adik tunggalnya, "Berhentilah memanggilnya dengan sebutan oppa. Umur kalian sama! Jangan sok muda!"

Kyungsoo mencibir Seungsoo gara-gara perkataan kakaknya yang menyebalkan itu. Memang benar Kyungsoo dan Jongin itu seumuran. Mereka berdua sama-sama berusia 22 tahun. Tapi tidak ada salahnya 'kan kalau Kyungsoo memanggil Jongin dengan sebutan oppa? Toh di Korea memang ada kebiasaan yang seperti itu. Fans memanggil idolanya dengan sebutan oppa, tak peduli idolanya itu lebih tua atau lebih muda.

"Oppa menyebalkan," Kyungsoo akhirnya memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Seungsoo dan kembali fokus ke televisi yang masih setia menampilkan pertandingan sepak bola di depannya.

Sebentar lagi half time, dan Kyungsoo akan langsung ke kamar mandi saat waktu jeda itu. Dari tadi ia ingin buang air kecil, tapi ia menundanya karena tak ingin melewatkan setiap moment-nya untuk bisa melihat aksi seorang Kim Jongin.

Seungsoo hanya bisa menghela nafas saat melihat adiknya itu merengut kesal. Ia akhirnya melangkah mendekati Kyungsoo dan duduk di sebelah adik kesayangannya itu. Mata Seungsoo ikut terfokus pada layar datar di depannya, tapi bibirnya mengeluarkan suara untuk bicara pada sang adik, "Kim Jongin itu lumayan juga. Belum ada satu musim ia berada di Chelsea, tapi ia sudah menjadi top scorer sementara di Premier League."

Kyungsoo mendadak tersenyum cerah mendengar kalimat pujian Seungsoo yang ditujukan untuk sang striker yang ia idolakan. "Tentu saja Jongin oppa itu hebat! Paman Mourinho tak akan merekrutnya untuk menjadi pemain Chelsea jika ia hanyalah pemain depan yang mandul."

Seungsoo terkekeh saat mendengar pernyataan Kyungsoo. Pemilihan kata yang dilakukan oleh adiknya itu benar-benar konyol. Dan apa pula kata Kyungsoo tadi itu? Seenaknya saja ia memanggil Jose Mourinho—pelatih Chelsea—dengan sebutan paman. Sejak kapan keluarga Do memiliki hubungan kekerabatan dengan sang pelatih asal Portugal?

"Minggu depan kau jadi menonton pertandingan Chelsea vs FC Seoul?" kembali Seungsoo membuka suara.

Dengan mantap Kyungsoo mengangguk sebelum menjawab pertanyaan kakaknya, "Tentu saja, oppa. Aku bahkan sudah membeli tiket pertandingan itu. Ini kesempatan emas karena Chelsea melakukan pertandingan ujicoba di Seoul, dan aku akan bisa bertemu dengan Jongin oppa."

Seungsoo sedikit bergidik saat melihat ekspresi sang adik. Saat ini bungsu keluarga Do itu sedang menautkan dua tangannya dan meletakkannya di depan bibir, kemudian memasang wajah penuh harap yang sangat menggelikan.

Sebenarnya Seungsoo bisa memaklumi hasrat Kyungsoo untuk menyaksikan pertandingan Chelsea FC secara live di stadion. Sudah hampir sembilan tahun adiknya itu menjadi penggemar berat Chelsea FC, namun belum pernah gadis itu menyaksikan pertandingan tim idolanya secara langsung di stadion.

Padahal kecintaan gadis itu terhadap Chelsea FC sudah tidak perlu diragukan lagi. Gadis itu tergabung dalam fanclub resmi Chelsea FC yang untuk membership-nya pun harus mengeluarkan biaya.

Kyungsoo juga memiliki banyak koleksi official merchandise Chelsea FC yang harganya tidak bisa dibilang murah. Jersey yang saat ini ia pakai merupakan salah satu contohnya. Jersey asli merk Adidas itu tentu tidak bisa dikatakan murah harganya.

Kecintaan Kyungsoo terhadap Chelsea FC bertambah ketika seorang pemain asli Korea Selatan direkrut oleh Chelsea tahun lalu. Pemain itu bernama Kim Jongin. Seorang pemuda asal Korea berusia 22 tahun yang menempati posisi sebagai striker atau penyerang.

Dulu Jongin merupakan pemain asal Jeonbuk Hyundai Motors—sebuah klub sepak bola di Korea yang menjadi juara K-League tahun 2014. Pencari bakat Chelsea rupanya selama ini sudah memantau skill pemain muda itu, dan tahun lalu Chelsea resmi meminang sang striker muda.

Jongin mendapat nomor punggung 9 di Chelsea. Nomor punggung 9 itu dulunya adalah milik Fernando Torres, striker asal Spanyol yang merupakan pemain idola Jongin.

Selama bermain di Chelsea, Jongin tak henti-hentinya mendapat pujian karena memang pemuda itu selalu tampil prima di setiap pertandingan. Bahkan banyak pengamat sepak bola yang menganggap Jongin sebagai 2nd Park Jisung karena memang Park Jisung lah pemain asal Korea yang paling sukses di Liga Inggris sebelum Jongin.

Seungsoo selalu menganggap bahwa Kyungsoo hanya sekedar kagum saja pada Jongin. Ia tahu bahwa memang banyak gadis yang mengagumi pria itu. Jongin itu tampan, seksi, menawan, dan sederetan deskripsi baik lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Tapi kadang ia merasa bahwa kekaguman adiknya pada sang pemain bintang sedikit berlebihan.

Bagaimana tidak berlebihan jika adiknya itu memiliki prinsip bahwa ia tak akan menikah jika tidak dengan Jongin? Itu sangat berlebihan. Bagaimana bisa seorang fan memiliki impian yang bagai pungguk merindukan bulan seperti itu?

Seungsoo selama ini selalu berusaha menyadarkan adiknya itu, tapi seluruh usahanya hanya sia-sia saja. Bahkan setiap harinya Kyungsoo semakin cinta pada sang pemain yang memiliki kulit kecoklatan.

"Yeay! Akhirnya half time! Aku akan ke kamar mandi dulu, oppa. Aku sudah tidak tahan!"

Dan Seungsoo hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat adiknya berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasrat buang air kecil yang sejak tadi ia tahan.


Kyungsoo melangkahkan kakinya dengan riang untuk menuju ke ruang kelas yang akan ditempatinya pagi ini.

Kyungsoo adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Korea di sebuah universitas yang berada di Seoul. Ia sendiri tak mengerti kenapa ia bisa terdampar di jurusan itu. Dulu Kyungsoo sama sekali tak memiliki jurusan impian. Jika ada jurusan Supporter Sepak Bola, mungkin ia akan memilih jurusan itu saja.

Pagi ini gadis itu dengan bangganya memakai jaket Chelsea merk Adidas yang baru ia beli satu bulan silam. Harga jaket itu cukup mahal sehingga ia perlu menabung selama beberapa bulan agar dapat membelinya. Keluarganya berasal dari kelas menengah, jadi ia tak bisa seenaknya meminta uang pada orang tuanya.

Langkah kaki Kyungsoo yang tadinya santai kini berubah menjadi cepat ketika ia mendapati Luhan sedang berdiri di depan kelas. Senyuman di wajah Kyungsoo pun terkembang semakin lebar seiring kakinya yang semakin bergerak mendekati Luhan.

"Hi, Lu!" dengan riangnya Kyungsoo menyapa Luhan, namun Luhan hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan. "Dimana jaket Manchester United yang selama ini kau banggakan? Apa sudah kau buang karena semalam tim kesayanganmu itu kalah?"

Sepertinya akan terjadi perang pagi ini. Itu terlihat jelas karena Kyungsoo mulai memancing emosi Luhan. Memang benar. Tadi malam Chelsea berhasil mengalahkan tim Setan Merah dengan skor tipis 1-0.

Luhan tampak kesal mendengar hinaan Kyungsoo sehingga ia memutuskan untuk menimpali hinaan itu, "Aku tidak mungkin membuang jaket itu karena aku adalah seorang penggemar setia!"

"Benarkah?" lagi-lagi Kyungsoo menggoda Luhan dengan senyum jahil di bibirnya. "Lalu kenapa kau hari ini tidak memakai jaket kebanggaanmu itu? Kau malu karena semalam mereka kalah?"

"Bukan begitu!"

"Kalau memang bukan begitu, lalu kenapa hari ini kau tidak memakai jaket yang setiap hari kau pakai itu?"

"A-aku...aku hanya..."

"Stop it, Lu! Kau tidak perlu mencari alasan, dan kau hanya perlu mengaku. Kau malu, 'kan? Chelsea lebih hebat dari Manchester United, 'kan?"

Luhan menggerutu sebal. Gadis asal China berambut brunette itu bahkan menghentakkan kakinya ke lantai karena terlalu kesal. Senang sekali Kyungsoo menggodanya padahal tadi malam Chelsea hanya menang dengan skor tipis.

Di sisi lain, Kyungsoo masih terus mengoceh tak jelas yang intinya adalah kalimat-kalimat hinaan untuk Luhan dan Manchester United. Bibir tebal gadis bermarga Do itu sepertinya tak lelah meskipun dari tadi bergerak-gerak tanpa henti.

"TAK BISAKAH KAU BERHENTI BICARA, DO KYUNGSOO?!" Luhan yang sudah merasa kesal pun akhirnya membentak Kyungsoo. Yang dibentak pun seketika mengatupkan bibirnya, lalu mengerjapkan matanya polos. Luhan menghela nafas sejenak, kemudian kembali bicara dengan lebih sabar, "Kalau kau terus menghinaku, aku tak akan menemanimu menonton pertandingan Chelsea vs FC Seoul minggu depan."

Ancaman Luhan itu rupanya sukses membuat mata Kyungsoo terbelalak karena kaget. "Kau tidak bisa mengancamku seperti itu, Luhanie~"

Dan inilah yang dibenci Luhan dari seorang Do Kyungsoo. Kyungsoo akan memanggilnya dengan nama 'Luhanie' setiap kali gadis itu merajuk. Sungguh menyebalkan.

Tapi kalian jangan salah. Kyungsoo dan Luhan sebenarnya tidak bermusuhan. Dua gadis cantik itu bahkan sudah bersahabat sejak mereka masih bersekolah di high school. Hanya saja, mereka memang sering adu mulut jika sudah membahas perihal sepak bola.

Luhan adalah penggemar berat Manchester United, sedangkan Kyungsoo adalah penggemar berat Chelsea. Tentu saja sepasang sahabat itu sering terlibat fanwar karena kebanyakan fans The Red Devils dan The Blues memang tidak akur.

Namun Kyungsoo dan Luhan sebenarnya akur-akur saja. Mereka tidak mungkin bersahabat dekat jika hubungan mereka tidak baik. Luhan bahkan bersedia menemani Kyungsoo untuk menonton pertandingan persahabatan antara Chelsea vs FC Seoul minggu depan—walaupun Kyungsoo yang harus membelikan tiket untuknya.

"Kau menyebalkan, Do Kyungsoo. Seharusnya kau ikut berduka karena timku kalah. Bukannya malah menghinaku seperti tadi."

Kyungsoo menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Untuk apa ia ikut berduka jika hatinya saja merasa sangat bahagia pagi ini?

Tapi Kyungsoo tak menyuarakan isi hatinya itu, dan ia segera membalas perkataan Luhan dengan sok manis, "Baiklah, Luhanie. Aku minta maaf untuk yang tadi. Tapi, kau tetap akan menemaniku minggu depan, 'kan? Aku tidak mau pergi sendirian!"

Kini Luhan menyeringai penuh kemenangan. Akhirnya ia bisa mengancam Kyungsoo dan menghentikan hinaan sahabatnya itu. "Kau disana akan bertemu dengan Jongin oppa-mu, 'kan? Jongin oppa-mu itu akan mencetak gol, melakukan selebrasi di pinggir lapangan, lalu melempar sebuah wink seksi ke arahmu. Bukankah seperti itu, Do Kyungsoo?"

Rona merah mulai menjalar di pipi putih Kyungsoo. Hal yang dikatakan oleh Luhan tadi adalah hasil imajinasinya yang kemarin ia ceritakan secara nonstop pada Luhan. Mungkin imajinasinya itu terlalu berlebihan, tapi tidak ada aturan yang melarang seorang fan berimajinasi, 'kan?

"Jangan menggodaku, Luhanie~" kembali Kyungsoo merajuk. "Apapun yang terjadi, kau harus tetap menemaniku menonton minggu depan. TITIK!"

Dan Luhan tahu bahwa ia memang tak pernah bisa menang dari Kyungsoo...


Pertandingan Chelsea vs FC Seoul diselenggarakan di Seoul Olympic Stadium. Stadion itu adalah stadion terbesar di Korea Selatan dengan kapasitas yang hampir menyentuh angka 70.000.

Meskipun hanya pertandingan persahabatan atau uji coba, namun pertandingan Chelsea vs FC Seoul banyak menyita atensi para penggemar Sepak Bola di Korea.

Hal itu tak mengherankan karena klub yang akan bertanding dengan klub lokal Korea itu bukanlah klub sembarangan. Chelsea FC tentu sudah dikenal luas sebagai salah satu klub besar di dunia dengan segudang prestasi membanggakan. Prestasi paling membanggakan bagi klub asal London Barat itu tentunya adalah keberhasilan mereka mengangkat trophy Liga Champions di tahun 2012.

Prestasi lain mereka di kancah lokal juga tak perlu diragukan lagi. Mereka sudah pernah meraih gelar Premier League, FA Cup, League Cup, Community Shield, dan juga beberapa gelar lainnya yang mereka peroleh di tanah Britania.

Prestasi-prestasi mentereng itulah yang membuat banyak pecinta bola di Korea berbondong-bondong datang ke Seoul Olympic Stadium untuk menyaksikan pertandingan yang diselenggarakan hari ini.

Secara umum, stadion besar itu kini didominasi oleh warna merah. Hal itu disebabkan oleh banyaknya fans FC Seoul yang berada disana untuk memberi dukungan untuk klub kesayangan mereka.

FC Seoul memiliki jersey kebanggaan dengan warna merah-hitam, namun jika dilihat secara sekilas, hanya warna merahnya saja yang mendominasi.

Diantara banyaknya warna merah itu rupanya masih ada warna biru tua yang terselip sebagai kaum minoritas. Chelsea tentu saja juga memiliki penggemar fanatik di Negeri Ginseng, dan para penggemar itu juga datang ke stadion meskipun jumlahnya tidak sebanyak pendukung klub tuan rumah.

Kyungsoo merupakan salah satu pendukung Chelsea yang datang ke stadion. Dengan pede-nya gadis bermata bulat itu memakai jersey Chelsea yang berwarna biru tua.

Sebenarnya tidak ada masalah jika Kyungsoo memakai kaos warna biru tua itu. Iya, tidak masalah jika Kyungsoo duduk bersama dengan para pendukung Chelsea yang lain, yang sekarang berkumpul di salah satu sisi tribun. Tapi masalahnya adalah, Kyungsoo tidak duduk bersama para pendukung Chelsea yang lain. Kyungsoo justru menempati sebuah kursi diantara para pendukung tim tuan rumah.

Salahkan saja Kyungsoo yang ngotot untuk membeli tiket VIP padahal pendukung Chelsea yang lain hanya memilih tiket tribun biasa. Gadis itu memilih untuk membeli tiket yang lebih mahal karena ia tahu bahwa nanti ia akan mendapatkan tempat duduk yang dekat dengan lapangan, dan ia pasti bisa melihat para pemain Chelsea dengan lebih jelas.

Gadis itu sama sekali tak peduli jika sekarang para pendukung FC Seoul sedang menatapnya tajam seolah siap menguliti gadis itu hidup-hidup. Apalagi tempat itu didominasi oleh kaum adam. Pecinta sepak bola memang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, bukan?

"Kau gila, Soo..." Luhan—yang duduk tepat di samping Kyungsoo—berbisik diantara suasana riuh stadion. Bisikan Luhan itu rupanya masih bisa didengar oleh Kyungsoo, dan gadis itu menoleh pada Luhan. "Kenapa kau harus memilih duduk di kandang macan seperti ini? Mereka sepertinya akan memakanmu hidup-hidup," kembali Luhan bersuara seraya matanya mengamati sekitar, dimana para pendukung tim tuan rumah masih saja menatap tajam ke arah mereka berdua.

"Kau salah, Lu," Kyungsoo menimpali ucapan Luhan dengan santai. "Mereka bukan hanya ingin memakanku hidup-hidup, tapi mereka juga ingin memakanmu. Kau sadar tidak saat ini kau sedang memakai kostum apa?"

Luhan mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo untuk mengamati kostum yang ia pakai hari ini.

Gadis cantik bermata bening itu hari ini memakai jersey Manchester United yang berwarna merah. Ia berpikir bahwa tidak masalah mengenakan kostum itu karena warnanya merah dan itu tak akan terlalu terlihat berbeda saat di stadion.

"Warna jersey-ku juga merah, hampir sama seperti warna jersey FC Seoul. Aku masih lebih waras dibandingkan dirimu."

Kyungsoo memilih untuk mengabaikan perkataan kejam Luhan karena saat ini matanya mendapati para pemain Chelsea mulai berbaris memasuki lapangan. Dengan segera Kyungsoo berteriak keras sambil berdiri dan melompat-lompat, "ASTAGA! JONGIN! FABREGAS! HAZARD! OSCAR! TERRY! CECH!..."

Dan Kyungsoo memanggil satu persatu nama pemain Chelsea seolah para pemain itu bisa mendengar suaranya. Luhan yang melihat tingkah gila sahabatnya hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan karena malu. Bagaimana ia tidak malu? Saat ini para fans FC Seoul sedang memandang Kyungsoo dengan tatapan aneh.

Apalagi Kyungsoo setelahnya meneriakkan kalimat yang lebih gila lagi... "JONGIN OPPA! MENIKAHLAH DENGANKU!"

Teriakan macam apa itu? Bukankah teriakan semacam itu biasanya dilakukan para fangirl saat menonton konser?

Kyungsoo benar-benar memalukan, dan rasanya Luhan ingin mengubur dirinya hidup-hidup.


"GOOOOOOOOOOOAL! CHELSEA HAVE NICKED IT AT THE DEATH! Lee Woong-hee sends a terrible clearance upfield, which is picked up by Chelsea, before Oscar and Hazard combine well down the left-hand side. The latter sets a great pass back to the edge of the box and Jongin is there to send a low finish into the back of the net! The FC Seoul goalkeeper is most certainly at fault."

Kyungsoo melompat-lompat kegirangan saat Jongin berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Ya, sang pemain idola baru saja berhasil membobol gawang tim lawan di menit ke 26.

Tentu saja Kyungsoo senang bukan main. Ia bahkan berteriak-teriak heboh tanpa mempedulikan tatapan mematikan yang diberikan oleh pendukung tim tuan rumah. Persetan dengan tatapan-tatapan itu!

Kyungsoo pun merasa semakin senang ketika ia menyadari bahwa saat ini Kim Jongin berlari ke arah tribun VIP untuk melakukan selebrasi. Jongin itu gila atau apa? Kenapa ia nekat melakukan selebrasi di depan tribun yang ditempati oleh mayoritas pendukung tim lawan? Itu bisa dianggap sebagai tindakan provokasi!

Tapi Kyungsoo tak mau ambil pusing. Dengan mata berbinar, ia terus menatap Jongin yang sedang melakukan selebrasi. Pemain Chelsea bernomor punggung 9 itu saat ini sedang melakukan random dance di pinggir lapangan, dan bagi Kyungsoo itu sangat mengagumkan. Kenapa Jongin tidak menjadi seorang dancer saja?

Di tengah keasyikan Kyungsoo untuk memandangi Jongin itulah ia tiba-tiba berjengit kaget seolah ia baru saja tersengat oleh aliran listrik. Bagaimana ia tidak merasa kaget jika baru saja Jongin melempar sebuah wink seksi ke arahnya? Sekali lagi. JONGIN MELEMPAR SEBUAH WINK SEKSI KE ARAHNYA!

Kyungsoo rasanya ingin pingsan sampai-sampai ia segera mendudukkan tubuhnya kembali ke kursi. Berulang kali bibir tebal gadis itu melafalkan kata 'Oh my God' seolah tiga kata itu adalah mantra.

Luhan yang melihat gelagat aneh Kyungsoo itupun akhirnya menepuk pundak Kyungsoo, dan itu membuat Kyungsoo menoleh padanya. "Kau kenapa?" tanya Luhan.

Kyungsoo segera menampilkan ekspresi wajah paling dramatis yang ia miliki sebelum menjawab pertanyaan Luhan dengan sedikit memekik, "JONGIN MENGEDIPKAN SEBELAH MATANYA PADAKU, LU!"

Luhan untuk beberapa saat mengerjapkan matanya bingung, tapi selanjutnya gadis cantik itu tertawa keras sambil memegangi perutnya.

Cukup lama Luhan tertawa, sebelum akhirnya ia berhasil mengontrol dirinya dan membalas perkataan Kyungsoo, "Khayalanmu terlalu tinggi, Soo. Tadi ia memang mengedipkan sebelah matanya ke arah sini, tapi itu pasti bukan khusus untukmu. Itu untuk semua fans yang ada disini. Kau terlalu percaya diri!"

Kini Kyungsoo mendengus dan memukul lengan Luhan keras-keras. Ia yakin bahwa ia tidak terlalu percaya diri. Saat ini ia dan Luhan duduk di kursi terdepan, di kursi yang paling dekat dengan lapangan. Ia yakin tadi Jongin benar-benar melayangkan sebuah wink padanya.

OMG! Kenapa imajinasi Kyungsoo berubah menjadi kenyataan? Jongin mencetak gol, melakukan selebrasi di pinggir lapangan, lalu memberinya sebuah wink seksi. Kyungsoo itu sakti atau bagaimana?


Tak terasa sudah dua hari berlalu semenjak peristiwa bersejarah di Seoul Olympic Stadium terjadi. Ya, peristiwa itu masuk dalam catatan sejarah seorang Do Kyungsoo karena baginya, peristiwa itu benar-benar berharga dan tak akan ia lupakan selamanya.

Kyungsoo bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi Jongin saat itu. Jongin saat itu tidak hanya sekedar mengedipkan sebelah matanya, tapi ia juga memberikan sebuah senyuman manis ke arahnya. Bagaimana Kyungsoo tidak meleleh jika sudah seperti itu?

Kyungsoo bahkan saat ini masih senyum-senyum sendiri padahal ia sedang berada di sebuah swalayan. Gadis itu sedang berbelanja snack karena ia tidak bisa hidup tanpa snack. Untungnya ia termasuk gadis yang tidak akan gemuk meskipun ia doyan makan.

Gadis berkulit putih itu sekarang sedang berjalan menyusuri rak makanan ringan yang letaknya sudah ia hafal di luar kepala. Setiap hari ia datang ke swalayan itu karena letak swalayan itu tidak jauh dari kampusnya.

Senyum Kyungsoo merekah begitu matanya menemukan snack kentang goreng kesukaannya terpajang dengan indah di salah satu sisi rak. Tanpa ragu Kyungsoo mengulurkan tangannya untuk mengambil snack itu, tapi bukannya menyentuh bungkus snack, tangan Kyungsoo malah justru menyentuh sebuah tangan berwarna kecoklatan yang sepersekian detik lalu sudah lebih dulu menyentuh snack incaran Kyungsoo.

Kyungsoo mendengus sebal. Ia sudah berkali-kali mengalami hal seperti ini, dan ujung-ujungnya ia akan selalu berebut snack dengan orang asing. Apalagi snack kentang goreng itu jumlahnya memang tinggal satu.

Apa hari ini Kyungsoo harus beraksi lagi untuk memenangkan makanan kesukaannya itu?

Si gadis Do akhirnya menghela nafas, lalu menarik kembali tangannya, dan menghadapkan badannya ke arah pemilik tangan misterius itu.

Kyungsoo tadinya sudah menyiapkan kata-kata untuk memarahi si pemilik tangan, tapi suaranya tercekat begitu saja saat ia menyadari siapa pria yang kini berdiri di depannya.

Kyungsoo tahu bahwa para pemain Chelsea memang masih berada di Korea. Tadi pagi ia membaca berita di internet yang mengatakan bahwa para pemain tim London Biru itu baru akan kembali ke Inggris esok hari.

Tapi sungguh, ia sama sekali tak menduga bahwa dirinya sang rakyat jelata bisa bertemu dengan seorang Kim Jongin yang agung di sebuah swalayan kecil. Diulangi sekali lagi. KYUNGSOO BERTEMU DENGAN KIM JONGIN!

Gadis itu bahkan kini membulatkan matanya lebar-lebar, dan mulutnya pun ikut membulat karena kaget. Ia bahkan tak mempercayai penglihatannya, dan ia sampai harus mengucek matanya untuk memastikan bahwa mata besarnya itu masih berfungsi dengan baik.

Nyata. Sosok di depannya memang nyata. Sosok di depannya tidak menghilang walaupun Kyungsoo sudah mengucek matanya berkali-kali. Ia tidak sedang bermimpi.

"Hai, kau baik-baik saja?" suara Jongin memecah keheningan. Terimakasih, Jongin. Kau tidak melupakan Bahasa Korea sehingga Kyungsoo tak perlu susah-susah membuka kamus untuk bisa bicara denganmu.

Meskipun bisa memahami pertanyaan Jongin, tapi Kyungsoo tak mampu menjawab pertanyaan itu secara verbal. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya secara kaku untuk menjawab pertanyaan sang idola.

Jongin tersenyum manis melihat tingkah lucu Kyungsoo. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah snack kentang goreng yang tadi membuat tangan mereka bersentuhan, lalu ia mengambil snack itu dan menyerahkannya pada Kyungsoo. "Kau mau membeli ini, 'kan? Ini untukmu saja," ujarnya seraya menyodorkan bungkusan snack itu pada Kyungsoo.

Kyungsoo untuk sejenak hanya bisa mengedipkan matanya dengan polos dan tangannya pun tidak bergerak untuk menerima snack yang disodorkan oleh Jongin. Namun pada akhirnya gadis manis itu menemukan suaranya kembali untuk berbicara, "I-itu untukku? K-kau memberikannya untukku?"

Mendengar suara gugup Kyungsoo membuat Jongin terkekeh kecil. Lucu sekali gadis di depannya itu. "Ya, aku memberikan ini untukmu. Tapi..." Jongin menjeda ucapannya beberapa saat untuk melihat reaksi Kyungsoo, lalu pemuda itu menyambung perkataannya tadi, "Tapi ada syaratnya. Kau mau memenuhi persyaratanku?"

Ini konyol. Kenapa Jongin justru bermain-main dengan Kyungsoo untuk urusan yang sama sekali tidak penting? Kyungsoo benar-benar tak habis pikir.

Tapi Kyungsoo sendiri masih terlalu kaget pada takdir-nya hari ini, dan ia tak sanggup melakukan apapun selain menganggukkan kepalanya.

Jongin tersenyum puas, lalu ia segera meletakkan bungkusan snack kentang goreng itu ke genggaman Kyungsoo. Setelah makanan kentang goreng itu sudah berpindah tangan, Jongin akhirnya kembali bicara, "Karena aku sudah menyerahkan makanan itu padamu, jadi kau juga harus menyerahkan sesuatu padaku," ucapan Jongin membuat Kyungsoo bingung, jadi gadis itu memilih untuk diam. Jongin pun bicara lagi untuk memperjelas ucapannya yang sebelumnya, "Kau harus menyerahkan...hatimu padaku, Do Kyungsoo."

Dan Kyungsoo sepertinya harus berterimakasih pada sang Cupid yang telah berbaik hati menembakkan panah asmara ke arahnya dan Jongin.


OMAKE

Para pemain Chelsea sedang berada di ruang ganti usai mereka bertanding melawan FC Seoul. Pertandingan itu dimenangkan oleh Chelsea dengan skor 3-0, dan para pemain tampak senang karena hal itu.

Jongin sedang duduk di bangku panjang sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Saat ini pemuda itu shirtless karena tadi ia bertukar kaos dengan salah satu pemain FC Seoul, dan kaos merah-hitam yang tadi ia dapatkan tidak ia pakai dan hanya ia sampirkan di bahunya yang lebar.

"You look so happy, Jongin," Fabregas—midfielder Chelsea asal Spanyol—mendudukkan tubuhnya di samping Jongin dan memperhatikan wajah Jongin yang tampak bahagia.

Fabregas adalah pemain Chelsea yang paling dekat dengan Jongin, jadi wajar kalau mereka berdua terlibat dalam sebuah percakapan.

"We won today. Of course I'm happy now," Jongin menimpali perkataan sang pemain bernomor punggung 4 sambil tersenyum. Jongin memang dikenal sebagai pemain yang ramah pada siapa saja, dan ia cukup disukai di kalangan pemain maupun penggemar.

Fabregas tampak mengerutkan kening mendengar penuturan Jongin. "Are you sure there's nothing else that makes you happy?"

Jongin lantas menundukkan kepalanya sambil tersenyum malu-malu. Meskipun ia dan Fabregas belum lama saling kenal, tapi pria berusia 28 tahun itu sangat memahaminya. "You know me so well, and I guess I do have to tell you about my feeling right now."

Fabregas tersenyum tulus dan meminta Jongin untuk bercerita padanya. Ia benar-benar menyayangi Jongin seperti adiknya sendiri, dan ia senang jika Jongin mau terbuka padanya.

"I actually had made a mistake while I celebrating my goal. I should not celebrate it in front of the supporters of the opposing team, right?" Fabregas hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Jongin, kemudian Jongin lanjut bicara, "But it turns out I found a good thing because of that. I found...a girl."

"A girl?" Fabregas bertanya untuk meminta konfirmasi.

Jongin mengangguk sebelum lanjut bercerita, "She sat in the front row. She has beautiful round eyes, her skin is so white like porcelain, and her lips are very unique. And the most important thing is, she wore Chelsea's jersey."

"Are you kidding me? She wore our jersey and sitting in the stands of the opposing team?"

Jongin mengangguk santai untuk menjawab pertanyaan Fabregas. Teman satu timnya itu tampaknya sangat tidak percaya pada apa yang ia dengar. "Looks like I'm falling in love at first sight. I wish I knew who she was."

Fabregas menatap Jongin dengan prihatin. Pemuda asal Korea itu kini sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam karena putus asa. "She wore our jersey, right? So, she must be our fan. I think I can help you to find out who she is," Jongin sontak mengangkat kepalanya dan menatap Fabregas dengan raut kaget. Fabregas selanjutnya kembali bicara, "We just need to open our fanclub database, especially Korean fans database. All the fans must upload their photos when registering to become a member, and I'm sure we could know who the girl who stole your heart."

Dan Jongin tersenyum lebar begitu fabregas selesai memberi penjelasan. Ia...akan menemukan gadis itu.


Chelsea's fan profile:

ID Number: 2020-1012-0193

Name: Do Kyungsoo

Sex: Female

Date of birth: 12/01/1993

Address: Gwanak, Seoul, South Korea

About me: "I love Chelsea FC since I was 13, and now I love Kim Jongin too. Will you marry me, oppa? Ah, aku akan menulis dengan hangul saja sekarang karena aku ingin bicara dengan Jongin oppa (Lagipula, Bahasa Inggris-ku memang tidak terlalu baik). Jongin oppa, kunjungi aku di kampusku (Seoul National University, Department of Korean Language and Literature), dan aku akan memberimu kentang goreng kesukaanku. Kau tahu? Kentang goreng itu sangat limited edition. Aku setiap hari pergi ke swalayan yang ada di dekat kampus, tapi selalu saja kentang goreng itu hanya tersisa satu bungkus. Tapi aku janji akan memberikan kentang goreng itu pada oppa kalau oppa mau mengunjungiku. Aku...bahkan bersedia memberikan hatiku untuk oppa. Hehe. Saranghae, oppa!"

.

.

.
END


Glad's note:

Selamat pagi! akhirnya kesampaian juga aku nulis footballAU. aku pengen banget nulis ini sejak awal Maret yang lalu pas aku masih off dari dunia FF. akhirnya aku kesampaian juga buat nulis pake tema Chelsea, klub kesayanganku :D

Ini bonus story buat para KaiSoo shipper karena beberapa waktu lalu aku sempet nulis FF oneshot yang bikin baper :p

Ok, happy holiday, guys!

With love,

Gladiolus92