Owari no Seraph/Seraph of the End © Takaya Kagami, Yamato Yamamoto. ǀ Yuichiro Hyakuya & Shinoa Hiiragi ǀ I take no material profits from writing this fanfiction.
Warning: Drabble. OOC. Title cerita ini diambil dari salah satu judul lagu Paramore; The Only Exception.
Yuichiro tak pernah percaya cinta.
Teman, keluarga, apapun itu; ia enggan berurusan dengan salah satu di antaranya. Apalagi soal pasangan, memikirkannya saja ia tak pernah.
Dianggap monster, hampir dibunuh oleh orang tuanya sendiri di kala kecil, dibuang ke panti asuhan dan dijadikan bahan percobaan: Hatinya telah lama mati.
Mengingatnya saja membuat dirinya muak.
"Yu-kun?"
Sebuah tepukan lembut pada pundaknya membuat Yuichiro terkesiap. Ia menolehkan kepalanya ke arah belakang, untuk yang dilihatnya adalah sesosok gadis bersurai ungu pudar –Shinoa Hiiragi— tengah berdiri tegap dengan pandangan bingung.
Shinoa menjejakkan langkahnya lalu berhenti di samping sang pemuda. "Sedang apa di sini?" karena tak kunjung mendapat tanggapan, perempuan mungil itu kembali bertanya.
Semilir angin malam berhembus pelan, menerbangkan helai-helai rambut panjang miliknya. Cukup dingin untuk membuat bulu kuduk berdiri dan menggesek-gesekan kedua tangan sebagai peralihan. Apalagi kini mereka berada di pinggir pantai dengan deburan ombak yang terkadang membasahi kaki.
"Hanya menatap bintang," Yuichiro akhirnya menjawab.
Lama mereka bersisian di sana, hanya terdiam tanpa obrolan; diiringi oleh suara alam yang bernyanyi di kala malam.
Setelah kebangkitan owari no seraph kala itu, untunglah mereka masih bisa selamat dan sempat melarikan diri. Meski harus bersembunyi dulu untuk sementara.
Entah apa yang terjadi di luar sana kini. Mungkin perang antara vampir dan manusia masih berlanjut? Atau malah mereka bersatu? Tak ada yang tahu.
Di ambang kepunahan manusia, di zaman yang sudah gila; memang sulit untuk mempertahankan kewarasan. Logika tak dibutuhkan lagi rupanya.
"Sudah puas melihatnya?" Shinoa kembali membuka suara. Beberapa menit berdiri di sana cukup membuat kakinya pegal. Ditambah angin laut yang makin ke sini makin kencang hembusannya.
Lelaki bersurai kelam menolehkan pandang ke arah gadis di sebelahnya yang kini tengah mengusap-usap lengan berulang kali demi menyingkirkan dingin yang mendera.
'Kalau dingin, kenapa tak bilang?' batinnya bingung.
Gadis itu memang selalu aneh. Bermenit-menit hanya mematung di sampingnya tanpa ucapan apapun.
Kalau dipikir-pikir, Shinoa memang selalu begitu. Apalagi kala Yuichiro kehilangan kendali waktu itu. Bukannya lari atau menghindar, gadis itu malah memeluknya. Bodoh sekali, huh? Meski begitu, hal itu pula lah yang membuatnya kembali tersadar dan tidak menghancurkan apapun. Rasanya, berterimakasih saja tidaklah cukup.
Merasa tak tega, Yuichiro akhirnya mengulurkan sebelah lengan untuk merangkul bahu gadis itu, berusaha menyalurkan kehangatan; menghalangi angin nakal yang kian membelai tubuhnya.
Shinoa tersentak. Walau tak ada kata-kata penolakan atau protes keluar dari bibirnya. Sebaliknya, justru saat ini ia merasa sangat nyaman.
Perempuan bermarga Hiiragi menatap tepat ke netra si pemuda yang kini juga tengah melihat ke arahnya. "Yang lain sudah menunggu untuk makan malam," gadis itu berucap memecah hening, memulai konversasi di antara keduanya.
Lelaki beriris onyx tersenyum, tangannya naik ke pucuk kepala, mengusap lembut surai ungu itu dengan penuh kasih sayang, "Baiklah, kita ke dalam."
Yuichiro tak pernah percaya cinta.
—Shinoa Hiiragi adalah satu-satunya pengecualian.
You are the only exception,
And I'm on my way to believing.
The Only Exception, Paramore.
A/N: finally kesampean juga nulis fic YuNoa. Terimakasih sudah membaca! :)
