Amagi Brilliant Park Shoji Gatoh ǀ Seiya Kanie x Isuzu Sentoǀ I take no material profits from writing this fanfiction.
Warning: Drabble.
Sento bukanlah gadis yang mampu mengutarakan perasaannya.
Sejak kecil dididik sebagai seorang tentara kerajaan, membuat dirinya nyaris tidak peka terhadap apapun. Ia tidak tahu bagaimana cara bersikap dengan tepat. Ia tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
Di kala menjabat sebagai manajer, semua orang takut padanya. Padahal Sento merasa ia sudah melakukan hal yang benar. –Baginya, bertindak dengan kekerasan dan menembakkan senapan itu normal adanya.
Tapi saat Kanie menggantikan posisi Sento dan ia melihat lelaki itu melakukan tugasnya dengan cara lain yang jauh berbeda dari metode miliknya, gadis itu akhirnya paham. Si lelaki jenius membuatnya mengerti jika masih ada jalan lain yang bisa ia lakukan.
Bahwa; tak semua orang dapat memaklumi perbuatannya; tak semua persoalan bisa selesai hanya dengan todongan senjata.
Padahal, awalnya Isuzu Sento hanya melihat Seiya Kanie sebagai pemuda aneh yang narsis dan sering menyombongkan diri sendiri. Sok perfeksionis meski tak dapat dipungkiri kecerdasan otaknya sangat mumpuni.
Mulanya; Kanie bak seorang tahanan yang selalu ia kekang. Tak lebih.
Meski begitu, lambat laun Sento mulai memahami lelaki berambut gelap itu. Di balik segala sikap konyolnya, Kanie merupakan seorang pemuda yang sulit membuka diri dan memiliki segudang ketakutan akan kekurangan yang ia miliki.
Suara ketikan di atas keyboard yang beradu dengan jemari tangan memenuhi ruangan staf pagi itu. Sento adalah seorang sekretaris, wajar baginya menempati ruangan yang sama dengan sang manajer.
Gadis bersurai coklat muda terdiam beberapa saat di depan pintu yang masih ia biarkan terbuka. Memandangi sesosok pemuda yang terlihat sangat sibuk dengan layar komputer di hadapannya.
'Tumben sekali melihatnya sudah berkutat dengan pekerjaan dan tidak bercermin sambil memuji dirinya sendiri,' batinnya kala itu.
"Kanie-kun?" si gadis akhirnya memutuskan untuk menyapa.
Yang dipanggil meninggalkan sejenak pekerjaannya. Menolehkan pandang ke asal suara dan mendapati seorang perempuan tengah berdiri di sana. Sebuah senyuman menghampiri bibir sebelum balasan terlontar, "Ah, ohayou, Sento."
Entah mengapa, akhir-akhir ini debaran jantungnya seolah berpacu lebih cepat bila berada di dekat radar lelaki itu. Dan Sento mulai bingung ketika hanya dengan melihat wajahnya saja sudah membuat dirinya berbunga-bunga.
Sayangnya—
—Sento bukanlah gadis yang mampu mengutarakan perasaannya.
A/N: terimakasih sudah membaca:)
