Katanagatari © Nisio Isin ǀ Shichika Yasuri &Togame ǀ I take no material profits from writing this fanfiction.


Warning: OOC.


"Schichika? Schichika?" sebuah tepukan pelan menghampiri pipi.

Shichika Yasuri mengerjapkan matanya perlahan. Dilihatnya siluet sesosok gadis bersurai perak sebahu kini berada di sampingnya.

Mengerang, lelaki itu berusaha memupuk kesadaran hingga terkumpul seutuhnya.

"To-togame?" di kala matanya sudah terbuka sempurna, pemuda itu bertanya bingung setengah terkejut.

"Ya, ini aku. Bangunlah," jeda sejenak, "Aku sudah menyiapkan makanan, kau mandilah setelah itu kita sarapan," Togame berkata dengan sebuah senyuman, semburat merah menghiasi pipinya.

Meski masih setengah linglung, pemuda bermarga Yasuri itu menuruti gadis yang telah menjerat hatinya tanpa membantah.

Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi hari, kini mereka berada di tengah kamar.

Si ahli strategi terduduk manis di atas pangkuannya. Tak lupa, Shichika melingkarkan lengannya melewati pinggang gadis itu.

Setidaknya, sebelum memulai pekerjaan, ia ingin berbincang-bincang terlebih dahulu sekaligus menyusun rencana.

"Togame..." Shichika yang pertama kali membuka suara.

"Ya?"

"Ini benar dirimu, kan?" entah dasar dari mana, pertanyaan itu terlontar dari bibirnya.

Togame menaikkan sebelah alis meskipun tahu jika laki-laki itu tak dapat melihatnya, "Maksudmu?"

"Ah, tidak," Shichika mengeratkan pelukannya.

Rasanya seperti ia sudah lama sekali tidak melakukan hal ini. Seperti ada sesuatu dalam dadanya yang membuatnya sesak.

Tiba-tiba saja perasaan rindunya meluap pada gadis yang sedang berada dalam dekapannya itu. Padahal tak ada jarak sedikitpun di antara mereka.

"Kau aneh sekali hari ini, Shichika," Togame menimpali.

Alih-alih menjawab, lelaki itu malah menghirup dalam-dalam esensi manis yang menguar dari pucuk kepala Togame.

"Togame, aku mencintaimu."

Meski bingung akan pernyataannya yang tiba-tiba, perempuan bernetra merah meletakkan telapaknya di atas tangan si lelaki yang masih melingkari pinggang, "Kalau itu, aku sudah tahu."

Senyum kecil terukir di bibir.

Shichika memejamkan mata dalam kenyamanan.

Tes.

Tes.

Tes.

Rintik air jatuh tepat mengenai pipinya. Pemuda itu segera membuka kelopak matanya yang tadi tertutup.

Di atas pandangannya, langit malam terbentang luas. Hanya butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana dirinya berada sekarang.

Lelaki itu menghela napas keras-keras, "Sial, hanya mimpi!" Shichika menggeram.

Benar, si pemuda pedang saat ini tengah mengistirahatkan diri di sebuah padang rumput. Setelah melewati perjalanan panjang mengelilingi Jepang demi membuat peta. Ia akhirnya mengembara tanpa tujuan yang jelas.

Namun entah kenapa rasanya mimpinya tadi benar-benar terjadi. Shichika bahkan masih bisa mengingat kehangatan tubuh gadis itu di dalam dekapannya.

Ia menggenggam bagian dadanya yang terasa sangat hampa. Kekosongan ini, ia yakin tak akan pernah bisa terisi.

Tetesan hujan makin mengganas. Meski begitu, Shichika tak bergeming sama sekali. Membiarkan air membasahi seluruh tubuhnya begitu saja; kuyup; menyamarkan liquid asin di pipi yang kini sudah bercampur dengan air tawar.

"Pada akhirnya kita berdua sama sekali tidak punya keluarga," Shichika berucap ringan di atas kapal yang akan mengangkut mereka ke destinasi selanjutnya.

Rona merah timbul di pipi, Togame membalas ucapannya dengan mengedipkan sebelah mata, "Aku punya kau, dan kau punya aku, kan?"

"Togame..." lirihnya, pilu.

Ia benar-benar merindukan gadis itu. Sangat.


A/N: masih garela Togame pergi huhuhu