Soredemo Sekai wa Utsukushii © Shiina Dai | Livius Orvinus Ifrikia & Nike Lemercier | I take no material profits from writing this fanfiction.


Warning: OOC


Dari atas balkon kamar, Nike memandangi suasana ibukota kerajaan pada malam hari dengan seksama.

The fourth and youngest princess of the Rain Duchy yang kini telah berganti status menjadi theQueen of the Sun Kingdom itu menikmati keindahan alam yang ada di sekitarnya dengan khidmat.

Sudah lima tahun berlalu sejak kedatangan pertamanya ke sini. Ah, waktu memang cepat sekali berjalan.

Pelukan tiba-tiba pada pinggangnya membuat Nike terkejut. Ia menoleh ke arah belakang dan mendapati suaminya tengah berdiri di sana dengan santai.

"Livi?" Nike berucap.

Livius Orvinus Ifrikia mengeratkan dekapannya, "Kenapa di sini?"

"Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?" wanita itu menimpali.

Membalas pertanyaan dengan pertanyaan bukanlah hal yang mengherankan bagi mereka.

Sang Raja bersurai dark blue meyandarkan kepalanya ke sela-sela bahu milik Nike dan menghirup aromanya dalam-dalam, "Ya," lelaki itu memutuskan untuk mengalah dan memberi jawaban.

Perempuan bernetra hijau balik menggenggam lengan laki-laki yang tengah melingkari tubuhnya.

Perasaan, baru kapan tangan mungil pemuda itu terasa lembut.

Namun kini, tinggi Livius bahkan sudah melebihi dirinya. Suaminya itu sudah menjadi seorang pria jantan sekarang. Bahkan Nike hanya mencapai bahunya. Apalagi, tubuh kekarnya juga semakin terasa. Lekukan tangannya yang berotot menjadi salah satu bukti.

Tanpa disadari, pipi wanita bersurai copper itu memerah.

Ia sungguh bersyukur karena kalah saat bermain rock-paper-scissor dengan kakak-kakaknya dalam mengundi siapa yang akan menikahi si penguasa dunia sekaligus Raja dari Kerajaan Matahari tersebut.

Meski pada awalnya ia hanya datang demi memenuhi kewajibannya.

Kala itu, Nike menganggap Livius sebagai seorang bocah yang tak berperasaan. Lelaki itu memang masih belia dan terkadang pula bersikap kekanak-kanakan —hal yang wajar baginya—; mudah emosi; bahkan tak pernah pandang bulu pada siapapun. Namun, Nike tahu betul bahwa sorot mata Livius juga menampilkan kedewasaan di saat yang sama.

Ia jenius, tentu saja. Dapat menaklukkan hampir seluruh kerajaan lain bukanlah hal yang mudah. Tapi the young Sun King itu mampu melakukannya.

Ditambah, walau dengan cara lain yang tak pernah ia duga, Livius telah menunjukkan padanya tentang keindahan dunia.

Apalagi mengingat perjuangan lelaki itu dalam mendapatkan dirinya di kala Nenek Nike tak setuju dan ingin memisahkan keduanya.

Ternyata, perjalanan mereka hingga sampai ke tahap ini sangatlah berliku dan terjal. Meski sekarang hal itu bukan masalah lagi.

Dan Nike sangat bahagia bisa menjadi pendamping lelaki itu; menjadi bagian dari hidupnya. Ia bahkan tak bisa membayangkan apa jadinya bila Livius tak ada.

Lama berdiam dalam posisi itu, Livius akhirnya berucap, "Aku mengantuk."

Hembusan angin menerbangkan helaian rambut Nike yang kini menggelitik wajahnya. Namun anehnya, hal itulah yang justru membuat sang Raja merasa nyaman. Meski tak dapat dipungkiri, rasa dingin sedikit mengakibatkan tubuhnya menggigil.

Tetapi asal wanita itu aman dalam kungkungannya, Livius tak keberatan.

Ah, rutinitas malam hari seperti ini memang selalu menyenangkan.

"Hmm," Nike memejamkan matanya sejenak, meresapi kehangatan yang lelaki itu salurkan. Kemudian, sebuah senyum terpatri di bibir, "Kalau begitu, ayo ke dalam."


A/N: maaf ya kalo ndak manis, ak kekurangan gula:( /y