"Tolong!"

Ia takut kepada kegelapan, hawa yang selalu membuat bulu kuduknya merinding.

"Tolong aku!"

Tapi tak ada yang mau menolong.

"Siapapun! Tolong aku!"

Sekeras apapun ia berteriak, tak ada yang berniat menolongnya.

"Tolong!"

Karena tak ada seorangpun disana—yang dapat menolongnya.

"Jangan!"

Dia hanya sendirian…

BUGH!

Hingga sesuatu yang keras mengenai kepalanya.

Lalu dirinya terpaku diatas dinginnya lantai.

Sebuah suara mengiringi seringai di bibir seorang pemuda. Ditangannya terdapat tongkat baseball.

"Maaf, sayang,"

Pemilik suara itu membalikkan tubuh yang telah ia pukul dengan tongkat baseball.

"Kau sendiri yang memaksaku untuk melakukan ini."

Percuma, pemuda itu tak merespon sang pemilik suara.

"Padahal—"

Sang pelaku pemukulan mencium kilat bibir pemuda yang tak sadarkan diri itu.

"…Ini akan menjadi malam yang terindah bagi kita,"


#

Hetalia Axis Power © Hidekaz Himaruya

Alone's Movie © Someone whom I forget his name *geplaked*

Alone © Eka Kuchiki

#


Setahun kemudian…

Di sebuah universitas ternama di Amerika, banyak mahasiswa hilir mudik disekitar taman.

Mereka bercengkrama, saling berbagi cerita.

Tapi hanya seseorang yang duduk dibawah pohon Oak itu.

Seorang pemuda bermata biru laut menatap langit berwarna senada dengan matanya.

Tapi ia tak berniat menatap langit itu.

Pikirannya hanya terfokus pada satu gambar.

Gambar dirinya dengan Matthew.

Saudara kembarnya.

Saudara kembarnya yang meninggal karena bunuh diri.

Ia menghela nafas. Bibirnya bergerak—mengucapkan sesuatu.

"Mengapa kau meninggalkanku, Mattie?"

.

Setahun tahun sudah kematian adiknya berlalu. Tapi bayangan adiknya tak bisa lepas dari dirinya.

Sebenarnya ia tak mau terikat dengan kesedihan berkepanjangan. Namun adiknya selalu membayangi mimpinya belakangan ini.

Memanggil namanya. Seolah-olah ia akan kembali.

Benarkah ia akan kembali?

Lalu—untuk apa ia kembali?

Pemuda berkacamata itu menghapus ingatan tentang mimpinya.

Dengan sedikit tergesa-gesa, Alfred memasukkan foto itu kedalam dompet miliknya dan pergi meninggalkan pohon oak itu sendirian.

Tanpa Alfred sadari, ada sepasang mata yang menatapnya.

Mata itu milik seseorang yang selalu—

Sendirian.


"Hoi! Hamburger Freak!"

Seseorang yang memanggilnya itu pasti…

"Iggy!" seru Alfred. Ia menghampiri pemuda yang dipanggil Iggy tadi.

"Bloody Hell!Jangan panggil aku Iggy, git!" bentak pemuda yang aslinya bernama Arthur.

Pemuda Amerika itu terkekeh—memamerkan gigi putihnya. Sementara pemuda Inggris itu hanya menggelengkan kepala.

Mata hijau itu berubah menjadi serius, "Jangan lupa, besok jam tiga kita akan pergi ke pameran seni."

"Tentu saja, Iggy! Memangnya aku kakek-kakek pikun apa!"

"Justru itu, kamu itu seperti kakek-kakek pikun, git!"

Alfred memandangi wajah Arthur sambil menyunggingkan senyum—mesumnya, "Bilang saja kau ingin bertemu denganku,"

Rona merah tak diundang muncul di pipi Arthur."Apaan sih! Jangan bicara yang tidak-tidak!"

Ingin rasanya Alfred tertawa melihat sifat tsundere Arthur yang ngakunya gentleman tapi bermulut bajak laut.

"Okay, my UKe. See you tomorrow!"

"HAMBURGER SHIT! DON'T CALL ME UKE!"


Sesampainya diapartemennya, Alfred membuka pintu kamar. Terlihatlah kamar khas laki-laki—berantakan.

Alfred menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya—melepas lelah sesaat.

Ia hanya sendirian di apartemen. Dulunya ia tinggal berdua dengan Matthew di apartemen ini.

Sekarang ia hanya sendirian.

Mata biru itu hanya menatap langit-langit kamarnya—pikirannya melayang ke dalam pemikiran lainnya.

.

Tiba-tiba, sekelabat hitam lewat di langit-langit kamarnya.

Mata biru itu membelalak. Tak percaya, ia mengucek matanya berkali-kali.

Tidak ada apa-apa.

'Pasti pikiranku lelah karena hari ini banyak tugas,' pikir Alfred. Ia menenangkan dirinya walaupun jantungnya serasa mau copot.

"Aku pergi mandi saja deh!"

Alfred masuk dalam kamar mandi dan mengambil handuk bermotif bendera US yang tergantung di pintu kamar mandinya.

Kemudian ia menyalakan shower.

Berharap tetesan air yang membasuh tubuhnya membuat pikirannya tenang.


#

T.B.C

#


Eka's Note :Pendek ya? Emang! Orang ini baru prolog! *shoot*

Yes! Fic rated M saya yang pertama! pingin bikin gore, tapi gorenya bukan sekarang... (lari menghindari amukan massa)

Saya merinding pas ngetik ini. Jadi inget film 'Alone' yang horror! Mana ngetiknya malem-malem lagi! Gyaa! (terancam gak bisa tidur)

Gila! Saya yang beneran gak suka sama horror nekat nulis ni fic! Bisa bayangkan gimana saya mengetiknya. Saya jadi inget tuh film Jepang yang sumpah bikin saya parno abis!

Oh iya! Ada FAQ tentang sesi pembuatan fic ini. Dibaca aja, soalnya ada hal yang (gak) penting disana.

.

FAQ

Q: Kenapa elo milih judulnya Alone? Apa terinspirasi sama film 'Alone'?

A : Iya. Tadinya saya mau bikin cerita ini jadi crime, tapi akhirnya jadi ke horror! (merinding)

Q: Disini Matthew jadi hantu ya?

A : Gak tau ya saya. *digigit Kumajirou*

Q : Pair apa aja yang akan muncul?

A : USUK, Spamano, Gerita, Prucan dll. Saya males nyebutinnya. *dilempar tomat*

Q: Jadi disetiap chapter ada yang mati? Siapa aja?

A: Lo liat aja ceritanya sendiri. *digetok*

Q: Kenapa gak update 'Bleach in UI'/ 'Tentangmu'/'Shadows ala Bleach'? Kenapa bikin multichap lagi?

A : GYAAA! SAYA LUPA CABUT SETRIKAAN! (Ngacir)

Review please?