[Warning! Boy X Boy. If you don't like, don't read.]
Happy reading!
***
Chapter 1 : Prolog & Intro
Dikit demi sedikit, cahaya itu kembali bersinar. Masuk melalui sela kecil pada tirai di sudut ruangan, dan merambat lurus menerangi ruangan. Perlahan, angin berhembus melembut, mendekati ranjang berukuran sedang. Menghampiri sosok tubuh yang tengah terlelap di atas sana.
Hembusan angin itu kian membelai setiap sisi kulit kecoklatan, dan menghempas helaian rambut hitam mengkilapnya.
"Kring~ kring~ kring~"
Suaranya mengejutkan seisi ruangan-terutama tubuh itu. Dengan sebuah selimut yang menutupi setengah dari bagian tubuhnya, perlahan ia mulai mengalami pergerakan. Kelopak matanya terbuka dan sedikit menyeringat karena cahaya yang menyorot langsung ke matanya.
Ia mengerjap untuk membiaskan cahayanya. Nampak jelas sepasang manik zamrud kebiruan di kedua bola mata yang tengah memperhatikan langit-langit di kamarnya.
Satu tangannya bergerak ke samping, mengarah ke sebuah meja kecil berbahan kayu. Tangan itu mencoba meraih benda mungil yang sejak tadi berteriak seakan membangunkan majikannya.
Tuk
Seketika suara bising itu lenyap. Seakan hilang dari muka bumi, hanya dengan sekali ketukan dari tangannya. Suasana kembali sunyi senyap. Tubuhnya sudah setengah bangun, namun masih terbungkus selimut.
Perlahan, matanya mulai terfokus pada benda Mungil itu; sebuah alarm hitam bermotif bunga-bunga sederhana.
Dua detik ia menatapnya. Seketika matanya membulat sempurna.
"Astaga, aku tidak boleh terlambat!"
Suara yang keluar begitu saja dari mulutnya, berhasil memecah keheningan dalam ruang tidur pribadinya. Tak butuh menunggu waktu lama, ia bergegas beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.
Hanya 10 menit, Ia sudah keluar, menggunakan handuk yang menutupi perut hingga lutut. ia berjalan sambil mengusap rambutnya, ke arah sebuah lemari dan meraih seragam putih berlogo 'SMA'. Tercium aroma khas dari baju yang baru dibelinya semalam.
Eren Jaeger, bocah berusia 16 tahun yang masih duduk di bangku SMA. Sudah sebulan setelah Ia pergi dari desanya, ke kota Sina. Demi untuk belajar hidup mandiri.
Eren seorang anak yang sebatangkara. Beruntung masih ada yang mau merawatnya, Hannest. Seorang lelaki tua yang sudah sakit-sakitan. Hannest adalah satu-satunya orang di desa yang mau merawatnya.
Kini Eren tinggal di sebuah apartemen sewaan. Dengan satu ruang tamu yang berhadapan dengan ruang makan dan dapur, kemudian satu kamar tidur dengan satu kamar mandi di dalamnya. Walau begitu sederhana, namun Eren tetap merasa nyaman. Karena ia masih bisa tinggal di tempat tinggal yang layak, dengan hasil keringatnya sendiri.
-FLASHBACK-
Tap tap tap 'Langkah kaki'
"Taksi!" pekik Eren, sambil melambaikan tangannya ke arah sebuah taksi yang jauh di seberang sana.
Taksi itu menyadari pekikannya, kemudian berhenti tepat di depannya. Perlahan jendelanya turun terbuka, menampilkan sang supir di dalamnya.
"Ke mana tujuanmu, anak muda?" Tanya sang supir taksi pada Eren.
"Ano, sumimasen. Kau tahu letak apartemen yang murah di kota ini?" Eren berbalik bertanya dengan sedikit ragu-ragu.
"Baiklah, itu mudah. Mari saya antar."
Brum-
'Mobil melaju'
"Sepertinya, anda baru pindah ke kota ini. Benar begitu?" Tanya sang supir di tengah perjalanan.
"Ya, begitulah." Jawab eren. "Aku dari desa Maria, kau tahu desa itu?"
"Maria? Tentu saja. Saudaraku tinggal di desa itu. Kalau boleh tau, apa alasanmu pindah ke kota sebesar ini, nak?"
"Aku..hanya ingin belajar mandiri," Eren mulai membuka dan mengutak-utik smartphone-nya.
Brum- ngitt-
'Mobil berhenti'
"Begitu rupanya. Baik, kita sudah sampai. Semoga sukses, dan jangan lupa kopermu."
"Ah, sudah sampai." Eren mematikan smartphonenya, "Baiklah, Arigatou gozaimasu."
Eren bergegas menuruni taksi sambil membawa kopernya. Deruh mesin menyala, Supir itu pergi meninggalkan Eren dengan taksinya di depan gedung apartemen yang terlihat cukup besar, namun terkesan sederhana.
Eren mengerjap matanya, menoleh ke belakang. Berkedip berkali-kali, karena tak menyangka hari barunya sudah sampai di depan mata. Eren berjalan memasuki apartemen, menuju lobi, kemudian Menyewa apartemen di lantai 10. Dengan pintu bertulis '201'.
Ceklek, krett-
'Pintu terbuka.'
Eren masuk sambil terus menarik kopernya. Ruangannya cukup luas, untuk Eren yang hanya tinggal sendirian.
Hari menjelang sore, Eren bergegas membuka kopernya di atas sebuah sofa bludru berwarna merah marun. Mengeluarkan semua isi kopernya, merapihkan semuanya; tanpa terkecuali. Hingga hari semakin gelap, dan suhu ruangan mulai mendingin.
"Yosh, beres! Huft~ melelahkan." Ucap Eren sambil menyekat keringat di dahinya.
Perlahan, ia mulai meletakan tubuhnya di sofa. Desah kelelahan tak dapat ditahannya. Sepertinya rasa lelah Eren membuat keringatnya turun disuhu 20°C.
"Sebaiknya aku mandi." Gumamnya.
Setelah selesai mandi, Eren kembali duduk di sofa tersebut. Ia keluar dengan mengenakan kaus putih dan setelan celana pendek. Sambil membawa sebungkus roti isi, Ia duduk dan melahapnya sambil menonton acara di televisi.
"Tingtong~ tingtong~"
Suara bel terdengar jelas dari balik pintu. Eren menoleh, menatap lekat pintu itu.
"Tamu? Aku kan, baru pindah." Gumamnya tak percaya, sambil menukik satu alisnya.
Eren meletakan potongan rotinya di sudut meja dan mulai berjalan menuju pintu.
"Tunggu sebentar, siapa?" Pekik Eren ke arah pintu itu, sebelum Ia membukanya.
"Tetangga baru mu~" jawab seseorang di luar sana. Suaranya nyaring dan terkesan ramah untuk orang asing; suara wanita.
Cklek-
'Pintu terbuka'
Eren nyaris terkejut. Wanita cantik berkulit putih, berkacamata dan mengikat rambut hitamnya yang terurai ke belakang. Untuk apa wanita ini datang malam-malam ke rumahnya? -fikirnya.
Wanita itu tersenyum super lebar begitu melihat Eren di depan pintu, mau membukakan pintu untuknya.
"Eum..tetangga? Benarkah?" Tanya Eren ragu-ragu.
"Ya, apartemenku di samping apartemenmu. Wah~ senang sekali bisa mempunyai tetangga yang imut sepertimu~ boleh aku masuk sebentar, dan mengobrol denganmu?" Ucap wanita itu sambil melirik-lirik ke dalam ruangan.
"Ah iya, tentu. Maaf membuatmu menunggu, silakan masuk."
Eren menutup pintu, mematikan televisi, lalu mempersilakan 'tetangga' barunya itu duduk di sofanya. Kemudian Eren bergegas ke dapur, dan kembali ke ruang tamu dengan membawa dua cangkir berisi teh hijau hangat.
"Maaf, hanya ada ini saja. Aku belum ke supermarket. Silakan diminum." Ujar Eren sambil meletakan kedua cangkir itu di atas meja, kemudian ikut duduk di samping wanita itu.
"Tidak apa. Namaku Hanji Zoe, panggil saja 'Hanji'. Siapa namamu?"
"Eren, Eren Jaeger."
"Hm~ Sejak kapan kau menyewa apartemen ini, di samping apartemenku?"
"Kurasa, sejak sore tadi."
"Begitu. Apa kau masih sekolah? Atau sudah bekerja?"
Cara bicaranya.. ramah sekali, untuk orang yang baru kukenal! -batin Eren.
"Aku..masih sekolah dan aku ingin bekerja, tapi aku belum sempat mencari pekerjaan dan.." Eren menyeruput teh hangatnya. "..sekolah SMA."
Seketika 'Hanji' memuncratkan teh yang baru diminumnya setelah mendengar kata-kata Eren.
"Kebetulan sekali! Aku adalah seorang guru di 'SMA Shinagai', dekat sini. Dan kebetulan, temanku adalah seorang pemilik sebuah 'Cafe' dekat sini juga. Dia sedang butuh kariawan baru untuk kasir cafenya itu!"
Sekarang, gantian Eren yang memuncratkan teh hangatnya. "Benarkah?!"
Hanji tertawa. "Tentu saja!"
"Oh, ya Tuhan. Sungguh keberuntungan bisa bertemu denganmu~"
"Kau sangat bersemangat. Jadi, kau benar-benar menerima tawaranku?"
"Tentu saja, kenapa tidak? Ini kesempatan emas untukku. Terima kasih, Hanji. Bagaimana aku membalasmu~"
"Kau ini.." Hanji mencubiti kedua pipi Eren dengan gemas. "..imut sekali~"
"A-aw..itai~uhh!" Desah Eren sambil mengelus-elus pipinya yang hampir merah dicubiti.
Hanji berdiri, "Baiklah, aku akan datang lagi besok untuk mengantarmu melamar pekerjaan. Sampai jumpa~" kemudian berjalan ke arah pintu.
"Arigatou gozaimasu, kau sangat membantu. Sampai jumpa besok."
"Ya, oyasumi~" Hanji meneruskan jalannya. Membuka pintu, lalu keluar menuju apartemennya.
Suasana kembali sunyi, dan seketika rasa kantukpun mulai menyerang Eren saat ini. Ia berjalan menuju kamarnya, lalu bergegas untuk hari esok yang sangat dinantikannya. Ia sangat bersemangat.
.
"Kring~kring~kring~"
'Alarm berbunyi'
"Tingtong~ tingtong~"
'Bel berbunyi'
Eren terbangun setelah mendengar suara-suara bising di dalam kamar dan di luar apartemennya. Perlahan matanya terbuka, Kemudian membulat sempurna.
Sepertinya ia baru ingat, ini hari penting untuknya. Dengan secepat kilat, Eren meninggalkan ranjangnya menuju kamar mandi. Selepas mandi, ia keluar dari kamarnya untuk sekedar berteriak, "Masuklah, tidak terkunci."
Bahkan, karena terlalu bersemangat, Ia sampai lupa untuk mengunci pintu. Sepertinya Eren sudah tahu siapa yang datang.
Hanji masuk setelah mendapat izin oleh sang pemilik apartemen. Sambil membawa sekantung sayuran segar dan bahan-bahan makanan lainnya, Ia mulai berjalan memasuki dapur.
Selepas berpakaian, Eren mencium aroma masakan dari dapurnya. Ia terdiam karna bingung. Seingatnya, ia belum sempat memasak karna sibuk membereskan barangnya.
Karena terlanjur tergoda oleh aromanya, Ia mulai berjalan menuju dapur sambil terus mengendus-endus seperti anjing kelaparan.
"Ohayou~ Eren." Ucap Hanji sambil menata masakannya di atas meja makan.
"Ohayou. Semua ini..kau, yang membuatnya?" Eren memperhatikan semua makanan di atas meja.
"Begitulah. Ayo kita sarapan bersama."
"Em!" Eren terdengar bersemangat.
"Cepat habiskan sarapanmu, kita akan ke cafe hari ini."
"Ha'i"
Brum-
'Mobil melaju'
"Wah~ ini..mobilmu, Hanji? Mewah sekali!" pekik Eren tak percaya dengan Ferarry yang dikendarai Hanji.
"Ya, ini adalah hasil keringatku selama bekerja sebagai seorang guru." jawab Hanji santai.
"Luar biasa!"
Beberapa menit kemudian, laju mobil perlahan menurun.
Ngitt-
'Mobil berhenti'
"Kita sudah sampai, ayo turun." ujar Hanji.
"Em!"
Dengan mobil mewah milik Hanji, sepertinya tak akan butuh waktu lama untuk mereka sampai di 'cafe' yang disebutkan olehnya. Tertulis di pintu masuk 'Caffenjoy' yang menjadi julukan dari cafe tersebut.
Tapi bukan itu yang dilirik Eren. Melainkan brosur kecil di sampingnya, yang tertulis "terima kariawan baru" yang membuat mulutnya menganga cukup lebar, sambil memelototi brosur itu.
"Eren, ayo masuk" Ucap Hanji, membuyarkan lamunannya.
"Ah, ha'i."
Hanji masuk ke dalam, dan Eren mengikutinya dari belakang. Melewati sederetan kursi cantik dan beberapa poster besar di sana, kemudian para pengunjung yang terlihat berkelas, di dalamnya.
Desain yang sederhana namun terlihat menarik, dan terkesan modern. Cukup membuat Eren tak berhenti menatap, dan memperhatikan seisi ruangan.
"Hanji, kukira kau bercanda. Kemarilah." Ucap seseorang -seorang pria, yang sepertinya sedang berbicara pada Hanji.
"Hai 'Erwin'. Untuk kali ini tidak, aku membawa seseorang untukmu,"
Eren menoleh ke sumber suara, sekedar ingin tahu, siapa yang sedang berbicara dengan Hanji. Terlihat seorang lelaki tampan, bertubuh tinggi, dan berkulit putih.
Pria itu sedang mengelap sebuah gelas kaca dengan selembar kain putih. Eren tak dapat melihat matanya, saat pria itu tertunduk karena rambut pirang keemasan yang menghalanginya.
"Eren, kemarilah." Pinta Hanji sambil melambaikan tangannya. Mendengan perintah Hanji, Eren pun segera menghampiri mereka.
"Biar kuperkenalkan.."
"Maaf memotong. Sebaiknya kita lanjutkan pembicaraannya di luar. Kemarilah." Ujar pria yang disebut 'Erwin' itu oleh Hanji.
"Baiklah, ayo Eren." Pinta Hanji sekali lagi.
"Ha'i." Jawab Eren.
Sesampainya di luar cafe..
"Baiklah, aku Erwin smith. Kau bebas memanggilku apa saja. Aku adalah pemilik dari cafe ini. Jadi, siapa namamu, nak?" tanya 'Erwin'
"Eren, Eren Jaeger. Aku ingin melamar pekerjaan di cafemu.." ucap Eren, kemudian membungkukan tubuhnya. "..Jadi, mohon bantuannya."
Eren begitu bersemangat, Sedangkan Hanji dan Erwin hanya tertawa terbahak melihatnya, kemudian memberi senyum hangat pada Eren.
Eren diterima. Kini ia resmi menjadi kasir di 'Caffenjoy'. Ia bekerja paruh waktu, mulai pukul lima sore hingga sembilan malam.
Tak terasa, waktu seakan berjalan begitu cepat. Seperti hanya dalam hitungan jari, ia sudah sebulan ia bekerja di 'Cafe' milik Erwin.
Hingga hari gaji pertamanya. Dan akhirnya ia dapat membeli satu set seragam dan perangkat sekolahnya.
Aku akan bekerja lebih giat!
-FLASHBACK END-
[NEXT CHAPTER 2]
