Yuuri On Ice milik Studio Mappa

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini


Angin yang berhembus memainkan rambutnya dengan lembut, membuatnya berkibar sebelum gravitasi menariknya untuk jatuh kembali. Ah.. Yuuri Kat-tidak, Yuuri Nikiforov sedang melamun sambil melihat indahnya kota Moskow dibalkon apartement milik suaminya.

Sesekali ia menengok ke atas dimana bulan purnama sangat bersinar terang, seterang dirinya *abaikan* . Pipinya bersemu ketika ia mengingat pada hari saat ia habis menikah. Di malam bulan purnama ia bermain bersama ehemsuaminyaehem.

.

.

Yuuri cemberut, ia sangat sebal pada suaminya itu, padahal mereka bermain selama berjam jam, tapi mengapa tak capek? Dirinya heran, makan apa suaminya sampai bisa begitu. Ia juga mengingat perlakuannya yang sangat gentle saat mereka bermain, 'sedap sekali. Aku jadi ingin. Eh-' Yuuri tersadar dari fantasinya dan menggelengkan kepalanya kuat kuat. 'Ya ampun, aku mesum sekali. Aku pasti ditertawakan kalau Viktor tahu'

.

.

Setelahnya, Yuuri kembali melamun, entah apa lagi yang dilamunkan tapi matanya berbinar binar dari tadi. Seperti mengingat sesuatu yang paling bahagia dalam hidupnya. Sesekali Yuuri menggosokkan kedua tangannya.

Yap, di Moskow sedang musim gugur. Tentunya sangat dingin, namun kekeras kepalaan Yuuri menyebabkan ia betah berada di balkon. Sedangkan Viktor –sang suami- sedang tidur dengan damai diranjang mengingat hari sudah larut.

"Hah..." Yuuri mengehela nafas. "Ini sudah pukul 1 malam, tapi kenapa aku belum mengantuk juga. Ini menyebalkan." Bibirnya lalu mengerucut lucu yang membuat om om mungkin akan berpikir untuk mengarungi Yuuri untuk diapaapa-kan.

.

Yuuri masuk kembali kedalam kamar untuk membuang rasa bosannya. Ia berjalan mondar mandir layaknya setrika dan akhirnya berhenti karena capek sendiri. Yuuri lalu melirik pada lelaki tampan yang menikmati tidur malamnya dengan damai. Yuuri merasa kesal, ia juga ingin bisa tidur. Namun hal itu sepertinya akan ditentukan dalam waktu yang tak tentu.

Yuuri kembali melihat wajah suaminya. Ya Tuhan, sekarang Yuuri percaya bahwa malaikat itu mungkin ada dan Tuhan mengirimkan padanya satu. Rahangnya yang kokoh, bibirnya yang seksi, bulu matanya yang cukup lentik, kelopak matanya yang menutupi warna hijau tosca kesukaannya, dan rambut yang menutupi mata kiri suaminya itu sungguh menggoda dan er-seksi.

.

.

.

Dengan takut-takut Yuuri menyingkirkan helaian silver itu tanpa menimbulkan suara dan gerakan gerakan yang ceroboh. "Fyuh, syukurlah ia tidak bangun." Batin Yuuri lega. Lalu Yuuri memutuskan untuk makan camilan dan minum susu, siapa tahu bisa membantunya untuk mengantuk. Namun sayangnya tidak. Ditengah kebosanan yang melandanya, ia kembali ke balkon dan melihat kota Moskow yang masih terang seolah olah hari ini masih sore, padahal nyatanya tidak.

.

.

.

.

.

.

Terkadang Yuuri juga bingung, seingatnya ia tak melakukan apapun yang menyebabkan insomnia. Ia hanya sering melamun akhir akhir ini. Yuuri membetulkan kacamatanya yang sedikit melorot. Ia lalu mengambil handphone nya yang berada di saku celananya. Sekali sekali membuat snapgram tak apalah, lagi pula aku merasa bosan. Apalagi phichit-kun tidak bisa dihubungi, padahal biasanya kan ia dan handphone nya itu tak bisa dipisahkan, begitu pikir Yuuri.

Yuuri ingat cerita Viktor, ia pernah bercerita tentang masa kecilnya yang tak seindah seharusnya. Ditinggalkan orang tua yang gila kerja membuat Viktor kecil kekurangan kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan di umur yang masih belia.

Ibunya juga meninggal saat ia masih Junior High School, tepat saat Viktor memberikan kertas ujian matematika dengan hasil 100. Apalagi ayahnya yang sangat terpukul membuatnya bertambah menjadi orang yang super workaholic . Berangkat pagi pagi buta dan pulang sangat larut, membuat Viktor kecil sangat sedih dan tak bisa mengekspresikan yang ia inginkan. Hanya pelayan setianya lah tempat dimana ia bisa berkeluh kesah.

Diumur yang masih muda pula Viktor harus menggantikan ayahnya menjadi CEO Nikiforov Corp. Namun dengan senyum palsu yang sering Viktor keluarkan, dia menerimanya hingga akhirnya Viktor bertemu dengannya di pemandian air panas milik keluarga Katsuki. Pertemuan pertama yang memalukan pikir Yuuri. Bagaimana tidak? Ia berlari tanpa memerdulikan lantai onsen yang basah karena air. Yang ada pada pikirannya pada saat itu adalah ia harus cepat karena ia harus membeli selimut baru untuk musim dingin, kalau tidak bisa jadi patung es.

.

.

Sayang sekali, karena kurangnya kewaspadaan ia akhirnya terpeleset dan ditolong oleh Viktor yang pada saat itu telah selesai berendam dan Viktor hanya mengenakan handuk untuk menutupi area pribadinya saja lho~~ . Beruntung sekali handuknya tidak melorot, kalau tidak maka ...

.

Back to story, kemudian mereka saling tatap menatap untuk sejenak hingga Yuuri lah yang terdasar duluan dan meminta maaf atas keteledorannya dan kembali berlari keluar rumah untuk tujuan awalnya.

Viktor Nikiforov yang masih terpikir oleh hal itu lantas membayangkan sosok Yuuri, mukanya yang bulat, pipinya yang merona manis, bibirnya yang mengundang untuk dicium, suara yang lembut dan tak lupa pula kacamata yang mangkring indah disana. Ia harus mendapatkannya! Harus! Batin Viktor pada saat itu. Takdir benang merah telah mengikat mereka dan akhirnya mereka menikah juga.

.

.

Disela-sela sesi melamunnya, Yuuri tidak sadar bahwa objek yang ia lamunkan telah bangun dan berjalan kearahnya tanpa suara. Tanpa babibu ia melingkarkan tangannya ke perut Yuuri dan menaruh dagunya di pundak Yuuri, mencari spot yang nyaman.

"Viktor?"

"Yes, Yuuri?"Jawab Viktor dengan suara yang serak

"Kenapa tidak tidur?" Tanya nya dengan lembut.

Tangan Viktor mengelus ngelus perutnya dari luar pakaian. Ia mengelusnya, terkadang membuat bulatan bulatan tak kasat mata disana.

"Um... Kenapa ya..." Jawab Viktor dengan nada sing to song. "Kalau Yuuri kenapa?" Tanya nya balik.

"..." Yuuri bingung untuk menjawab. Ia tahu sebabnya namun tak bisa menjelaskannya.

"Yuuri"

Yuuri menolehkan kepalanya sedikit kebelakang.

Brak!

Viktor mengubah posisi tubuh mereka. Punggung Yuuri bersandar pada sisi dinding, dengan tangan Viktor berada disamping kepala Yuuri dan tangan yang satunya lagi mengelus pipi gembul Yuuri. Dengan kepala yang sedikit menunduk kearah Yuuri. Viktor bertanya "Nee Yuuri, mau bermain sebentar tidak?"

.

.

Tanpa menunggu persetujuan Yuuri, Viktor mencium bibir ranum Yuuri, lalu memperdalam ciuman mereka. Yuuri pasrah saja dengan permainan Viktor yang satu ini. Entah mengapa rasanya nikmat sekali, mungkin karena Viktor itu seorang good kisser. Yuuri lalu mengalungkan tangannya ke leher Viktor.

Disela sela berciuman, Viktor menyeringai. 'Yey, gue dapet jatah malam ini' pikirnya nista. Dengan segera Viktor menggendong Yuuri dengan gaya bridal-style. Yuuri mendorong dada Viktor karena butuh bernafas. Viktor lalu melepaskan sebentar kontak mulut mereka. Terlihat benang putih tipis saat mereka melepaskannya. Entah saliva siapa yang mengalir di dagu Yuuri, membuatnya semakin menggoda. Bayangkan saja, nafas Yuuri terengah engah, pipinya yang bertambah merah, mata yang sayu dibingkai kacamata.

Viktor dengan lembut menurunkan Yuuri ke ranjang mereka. Yuuri sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Viktor. Yaampun, dia malu sekali. Walau sudah sering ditatap seperti ini, namun tetap saja ia tidak siap. "Hentikan, jangan tatap aku seperti itu." Cicitnya. Tanpa diduga Viktor lalu mencubit pipi Yuuri dengan gemas. " Yuuri lucu sekali, aku suka." Selanjutnya Viktor memeluk Yuuri dengan erat disertai kecupan ringan di leher Yuuri.

.

.

Sejenak rasanya udara dingin Moskow tak terasa, digantikan oleh kabut nafsu di masing masing insan itu. " Nee Yuuri, bolehkah?" Tanya Viktor sensual tepat di telinga Yuuri. Dengan anggukan lemah Yuuri, Viktor menjadi semakin berani untuk melanutkan aksinya.

Pertama Viktor melepaskan sweeter Yuuri, lalu melepaskan Sweeter Yuuri lagi (?) . Namun ternyata masih ada kemeja yang melapisinya. Dengan sabar Viktor melepaskan kancing kancing itu dan ingat, Viktor masih dengan posisi menggoda Yuuri dengan menciumi bibirnya. Lalu dibalik kemeja masih ada kaos. Apabila ini ada di anime, mungkin perempatan imajer akan tampak di kepala Viktor, 'cukup! Sudah selesai main mainnya' batin Viktor dongkol. Ia lalu melepaskan pugutannya dari Yuuri dan melepas kaosnya.

.

.

Dan...

.

.

Dan masih ada kaos tipis dibaliknya. Viktor semakin sebal dan Yuuri hanya cengar cengir sesekali tertawa hambar. Viktor yang kesabarannya semakin menipis melepaskannya dengan penuh khidmat, seolah itu sudah berakhir. Namun ternyata masih ada penghangat tubuh yang menggulung imut tubuh Yuuri .

Viktor lantas tepar di ranjang "Berapa lapis baju yang kamu pakai Yuuri?" tanya nya dengan nada putus asa. "Maaf Viktor, udara di Moskow sangat dingin. Ini lapisan terakhir kok" Yuuri yang cukup panik lalu berkata apapun yang terlintas dipikirannya. Sedangkan Viktor masih tepar. "Yah, gue gagal deh. Udah gak nafsu gue" batin nista Viktor (lagi).

.

.

Namun tanpa diduga Yuuri melepas sendiri pakaiannya dan mendekati Viktor yang masih tepar. Yuuri memainkan rambut Viktor dan tanpa babibu mencium Viktor dengan berani. WOW , itu adalah kata yang terlintas di pikiran Viktor.

"Yuuri, kamu tahu? Kamu sudah membangunkan 'diriku' yang lain lho~"

"Lanjutkan apa yang ingin kamu lakukan," Yuuri menggigit bibir bawahnya, "- Vitya" sambungnya.

Sontak saja Viktor menjadi sangat beringas dan menerkam Yuuri. Ia menciumi leher Yuuri dan tak lupa meninggalkan memerapa kissmark disana.

"Ngghh..." Desah Yuuri tertahan. Ia meremas rambut Viktor untuk menyalurkan rasa nikmatnya.

Menjadi semakin bersemangat, Viktor memainkan sesuatu diantara dada Yuuri.

"Vik-ahh" Desah Yuuri tertahan karena jari Viktor memasuki mulutnya , menyuruhnya untuk mengulumnya.

Viktor terus 'memakan' nipple Yuuri yang sebelah kanan, sementara yang kiri dipilin pilin dengan lembut, sesekali mencubitinya lembut.

Desahan desahan itu terus membahana di kamar mereka. Jari Viktor yang tadi dikulum Yuuri dikeluarkan. Viktor lalu pergi sejenak untuk mengambil sesuatu. Yuuri yang bingung lalu memiringkan kepalanya. Tak lama kemudian Viktor kembali dengan membawa tali, sabuk dan kawan kawannya.

"Hei Yuurii~" Panggilnya manja.

"Ayo bermain denganku" Ajaknya.

Dengan tersenyum Yuuri menjawab " Yes, Master"

Dan-SILAKAN BERFANTASI SENDIRI.

HAHAHAHA

.

.

.

.


Maafkan dakuh,, saya masih berasa belum mampu buat bikin rate M. Masih takut kalau kurang asem XD *dilempar dinamit*

Oke, Review yaaa *kabur*