Naruto © Masashi Kishimoto
Inspired from a song, Len Kagamine ft Gumi Megpoid - Thank You
Story © Chaki no Utau
.
Because of your smile
I don't afraid anything to be with you
Even I will die
I always smile like you do to me.
.
Genre: Tragedy/Romance
Pairing: Naruto U./Hinata H.
Warning: AU, lil OOC maybe, typo's, minim describe, etc
Summary: Meski hanya sebuah senyuman yang kau berikan, itu sangatlah bermakna untukku. Kau buat semuanya berubah menjadi lebih indah, meski tak lama lagi aku 'kan pergi untuk selamanya. Terima kasih untuk semuanya, aku menyayangimu, Naruto-kun.
Gak suka? Tinggal cancel/close kok repot :p
Chaki no Utau, In~
Arigatou
By: Chaki no Utau
Special for NaruHina Tragedy Day #4th Year
Chapter 1: Prolog
.
.
.
15th November...
"Seperti yang kau lihat. Meski luka-luka di luar bisa disembuhkan, tapi karena terjadi kelainan pada sistem kekebalan tubuhnya, kemampuan hatinya menangkal racun jadi menurun,"
Hiashi membalikkan badan. Ia memang tak sanggup untuk mendengarkan penjelasan sang dokter. Tapi kalau ia terus-terusan begini, ia juga makin khawatir dengan keadaan putrinya sekarang.
Tep
"Berdasarkan hasilnya, putrimu hanya bisa hidup 3 bulan dari sekarang,"
Deg
"Maaf, Hiashi. Hanya ini yang bisa kulakukan," Tsunade memegang pundak Hiashi dan menunduk.
"Apa kau tidak salah, Tsunade?" tanya Hiashi dengan pundak bergetar. Meski orang-orang mengenalnya sebagai sosok yang dingin dan angkuh, tapi mengenai masalah putrinya yang beberapa bulan lalu mengalami kecelakaan fatal, Hiashi tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.
"Maaf," hanya itu yang dikatakan oleh Tsunade, dokter yang beberapa bulan ini mengobati putrinya. "Tapi... Aku yakin kalau dia bisa sembuh. Memang, keajaiban itu tidak selalu berpihak padanya, tapi kita hanya bisa menunggu dan berdoa," lanjut sang dokter dengan senyuman untuk mengembalikkan suasana yang sempat tegang.
Hiashi diam. Seberapa kuatpun ia mendengarkan semua hasil pemeriksaan putrinya, tapi hasil ini yang paling fatal. Jika benar kalau putrinya hanya bisa hidup 3 bulan saja, berarti dialah sosok ayah yang gagal melindungi putri yang dititipkan mendiang istrinya.
Hiashi mengambil amplop coklat besar yang merupakan hasil permeriksaan, "Terima kasih atas penjelasanmu. Permisi." lalu ia pamit pada sang dokter dan pergi dari ruangan itu.
Tsunade tak bisa berkata apa-apa. Hanya tatapan miris. Ia tak bisa menepati janji pada sahabatnya itu, ia tak bisa menepati kalau putri sahabatnya itu masih bisa hidup lebih lama. Tapi pada kenyataan, Tuhan memang selalu punya rencana yang lain dan berubah-ubah.
.
.
.
Cklek
Pintu ICU itu terbuka. Menampakkan sosok Hiashi yang berjalan menuju ranjang putrinya yang sedang tertidur. Ia melihat putrinya yang masih tertidur lalu mengalihkan pandangan. Ada keponakan laki-laki beserta putri bungsunya sedang tertidur di kursi sambil memegang gadget masing-masing. Dan sosok gadis bernama Hyuuga Hinata itu masih tertidur dengan infus yang masih menempel di tangan kirinya.
Hiashi membangunkan keponakannya itu, "Neji, Hanabi, bangun," ucapnya dengan pelan dan menggoyangkan tubuh keduanya.
Neji dan Hanabi sedikit terganggu lalu mengerjapkan matanya sejenak. Mereka diam sejenak lalu melihat sosok Hyuuga Hiashi yang tengah menatap mereka dengan tatapan sendu. "Ada apa, tou-san?" tanya Hanabi heran.
"Ada yang ingin aku beritahukan pada kalian," jawab Hiashi pelan lalu berjalan keluar. Hanabi dan Neji yang masih penasaran akhirnya mengikutinya dari belakang.
Mereka bertiga keluar dari ICU. Lalu Hiashi duduk di kursi tunggu yang dekat dengan pintu. Sementara Hanabi dan Neji masih berpandangan karena tidak tahu kenapa ayah/paman mereka itu membawa mereka keluar. Tak lama, Hiashi menghela nafas pelan dan mulai berbicara.
"Tadi Tsunade memberitahukanku tentang hasil pemeriksaan Hinata," ucapnya dengan tatapan sendu. "Dari hasil pemeriksaan, luka-luka luar yang Hinata alami sudah hilang berkat operasi dan rehabilitasi yang lama. Tapi ternyata kemampuan hati Hinata untuk menangkal racun telah menurun," lanjutnya dan memegang amplop itu dengan kuat.
Hanabi masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan ayahnya. Sedangkan Neji sudah mulai bisa menebak apa kelanjutan dari perkataan pamannya. Hiashi menghela nafas panjang dan semakin mengeratkan pegangannya terhadap amplop coklat besar yang merupakan hasil pemeriksaan Hinata selama ini.
"Berdasarkan hasilnya, Hinata... Hanya bisa hidup 3 bulan dari sekarang,"
Deg
Seakan ada angin berhembus kencang, perkataan Hiashi tadi sukses membuat Neji dan Hanabi terdiam seribu bahasa. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka tak habis pikir apa yang dikatakan oleh ayah/paman mereka. Apa benar hidup Hinata hanya sesingkat itu? Apa benar?
"T-tou-san... Bercanda 'kan?" tanya Hanabi dengan kekagetan yang masih tak bisa disembunyikan.
Hiashi menggeleng, "Tou-san serius." jawab Hiashi lalu menunduk.
Neji benar-benar tak bisa berbuat apa sekarang. Ia bisa saja menyembunyikan keterkagetannya, tapi ini berita yang sangat serius. Ini mengenai adik sepupunya yang hidupnya diambang kematian. Sedangkan Hanabi? Tak perlu waktu lama, ia langsung menunduk dan menangis sekuat-kuatnya. Hiashi juga tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menenangkan putrinya dan keponakannya yang masih shock dengan berita ini.
.
.
Dan tanpa mereka tahu, Hinata yang sudah terbangun dari tadi mendengar semuanya. Ia tak kalah shock ketika mendengar kalau hidupnya hanya 3 bulan saja.
Tes
"A-aku... Ke-kenapa secepat ini?" lirihnya dengan tangisan yang tak bisa berhenti. Hinata bingung dan makin frustasi. Bagaimana bisa ia hidup tenang kalau mengetahui hidupnya hanya 3 bulan.
Hinata tak bisa melakukan apapun. Ia memilih untuk menangis dalam diam.
.
.
.
To be continued...
hai semua, chaki balik lagi dengan fic baru ^^
dan fic ini spesial banget buat merayan Hari Tragedy NaruHina :D
anyway, bagaimana prolognya? maaf kalau isinya sedikit banget, mau tau respon dari readers ^^'
yaudah deh, sekian buat ocehan chaki. silahkan bagi yang berkenan mengomentari, tinggalkan sesuatu di kotak bernama review, oke?
.
Chaki no Utau, Out~
