My Neighbor

Author : twinklelittlestar00

Cast : Kim Doyoung, Jung Jaehyun, and Other NCT or SMRookies's member.

Genre : Romance, Humor(?)

Rating : T (aman :v)

Length : Belum terdeteksi

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan Yang Maha Esa, orangtua, dan agensi. Tapi ceritanya punya saya

Warning : Tidak sesuai dengan EYD, typo, OOC, AU, dan masih banyak teman-temannya. FANFIC INI YAOI, kalo tidak suka mending close aja ya.


If you don't like

.

.

.

.

.

Then, don't read.

.

.

.

.

.

.

Happy reading Jaedo shipper ^^

.

.

Jaehyun – Doyoung


Saat tiba dirumah, Doyoung langsung menghempaskan tubuh lelahnya diatas sofa. Ia menghela nafas berat. Sungguh kegiatan disekolah benar-benar menguras tenaga, sampai-sampai Doyoung merasa sekujur tubuhnya nyeri. Kedengarannya memang berlebihan, tapi itulah adanya.

Doyoung memejamkan matanya kemudian, setelah hampir duapuluh menit terlewati, ia membuka lagi netranya. Doyoung mengerjap sebentar, sedetik kemudian menepuk dahinya sangat keras.

"Aish!" Umpatnya dengan kesal kemudian. Doyoung bergegas kekamarnya setelah menyambar ransel yang sempat ia geletakkan begitu saja diatas lantai.

Hanya butuh beberapa menit bagi Doyoung untuk mengganti pakaian. Namja itu keluar dari kamarnya dengan long sleeve berwarna coklat polos dengan bawahan celana pendek berwarna hitam selutut. Doyoung melangkah kedapur, lalu meminum segelas jus sebentar, setelahnya berjalan keluar rumah.

Tujuan Doyoung adalah kebun dibelakang rumahnya, atau mungkin lebih cocok disebut taman karena luasnya. Hari ini adalah jadwal Doyoung untuk menyiram tanaman. Semua ini sebenarnya ulah ibunya, ibunya benar-benar sayang tanaman. Semua anggota keluarga, dari ayah, sampai kakaknya juga kena jadwal menyiram. Doyoung sendiri hanya bisa menurut, satu karena ia sayang ibunya, dan dua ibunya cepat merajuk jika ditolak permintaannya.

Intinya Doyoung hanya bisa berpasrah.

"Ah…. lelahnya…." Gumam Doyoung sesaat setelah menyalakan keran air. Ia segera menegakkan badannya lalu meraih selang air. Doyoung benar-benar ingin menyelesaikan kegiatan wajib ini secepat mungkin, karena demi apapun tubuhnya sangat lelah dan matanya sudah mau terpejam.

Baru saja Doyoung berjalan beberapa meter, diujung sana, tepatnya dekat kumpulan tanaman mawar, ada sekantong besar pupuk berdiri. Doyoung mendesah kesal.

"Aish… kenapa harus aku?" Geramnya lalu berjalan lagi kearah keran air untuk mematikannya.

"Eomma kejam… Sudah tahu aku tidak suka bau pupuk" Doyoung mulai menggerutu saat memulai kegiatan menabur pupuk. Dan Doyoung berani sumpah, pupuk dihadapannya ini benar-benar bau. Doyoung tidak tahan menciumnya lama-lama.

"Persetan" Ucapnya kemudian segera menabur pupuk asal-asalan. Doyoung sungguh lelah, ia ingin semua ini cepat selesai. Kalau dimarahi itu urusan belakangan, Doyoung hanya ingin istirahat.

Beberapa menit kemudian Doyoung selesai menabur pupuk, ia cepat-cepat meraih selang air. Kegiatan wajibnya tinggal satu, yaitu menyiram. Doyoung merasa sangat excited karena pekerjaannya mau selesai, secepat mungkin Doyoung ingin merasakan ranjangnya.

Dengan asal-asalan lagi, Doyoung memulai kegiatan menyiramnya. Ia berkeliling disekitar belakang rumahnya, menyemprotkan begitu saja air tanpa peduli apakah tanamannya sudah cukup terkena air atau terlalu banyak terkena air.

"Tolong kerjasamanya tanaman, Doyoung yang tampan ini sangat-sangat lelah" Monolog Doyoung saat melewati begitu saja tanaman anggrek yang tergantung diatas. Doyoung sengaja melewatinya, karena malas.

Doyoung seolah-olah diburu oleh waktu, bahkan banyak tanaman yang dilewatkannya. Beberapa saat kemudian, Doyoung berhenti menyemprotkan air ketanaman saat selang airnya tiba-tiba tidak bisa ditarik lagi, atau singkatnya menyangkut.

"Aish! Jinja!" Doyoung menggeram kesal lagi. Ada saja halangan yang muncul.

Karena terlalu malas untuk mencari dimana selang airnya menyangkut dan memperbaikinya, Doyoung lebih memilih menarik-narik kasar selang air ditangannya.

"Kenapa…. susah… sekali" Doyoung menarik lagi dengan kuat selang ditangannya. Sampai-sampai badannya jadi miring karena selangnya tidak juga bisa ditarik. Sampai akhirnya,

"Selang sialan! Kenapa tidak bisa–"

Zrssshhh!

Bruk!

"Aduh!"

Doyoung terjatuh dengan keras karena selangnya copot dari keran. Untungnya Doyoung pakai baju lengan panjang. Tapi kakinya.

"Shhhh…." Doyoung meringis karena mata kakinya terluka. Sialnya lukanya cukup besar.

"Kau baik-baik saja?"

Doyoung mendongak segera. Dihadapannya kini seorang namja berparas tampan dengan rambut sewarna lelehan caramel berdiri dengan wajah khawatir. Ia mengerjap, berpikir darimana orang setampan namja dihadapannya bisa datang. Bahkan Doyoung mengira namja itu malaikat.

"Kau terluka. Kemari biar aku menggendongmu"

.

.

.

.

Hari ini namja bermarga Jung itu kembali ketanah kelahirannya. Ia tersenyum puas saat melihat kamarnya. Ternyata ia cukup berbakat dalam mendekorasi kamar.

"Jaehyun-ie," Namja bermarga Jung itu menyudahi acara menganggumi kamar barunya. Ia melengokkan kepalanya kepintu

"cepat kedapur"

"Ne, eomma."

Jaehyun pun berakhir didapur bersama ibunya. Ia duduk dengan sabar menanti ibunya yang sedang memasukkan cookies buatannya ketoples besar.

"Setelah ini berikan pada tetangga disebelah," Jaehyun turun dari tempat duduknya. Ia mendekati wanita tersebut lalu berdiri disampingnya.

"Eomma hanya membuat beberapa saja, kau tahu'kan tetangga kita itu sangat banyak?" Jaehyun terkekeh mendengar ucapan ibunya. Ia mengangguk setuju kemudian.

"Baiklah, tolong antarkan kepada tetangga disekitar rumah ya Jaehyun-ie"

"Arraseo, eomma" Jaehyun mengangkat keranjang kecil berisi beberapa toples kue. Ibunya melepaskan apronnya.

"Mengobrolah sebentar dengan para tetangga, siapa tahu ada yang seumuran denganmu J"

Jaehyun melengokkan kepalanya pada pintu dapur.

"Ne, arraseo eomma. Aku pergi, bye"

.

.

Jaehyun keluar dari salah satu rumah dengan senyum kecil tepatri dibibirnya. Akhirnya dari beberapa rumah yang ia kunjungi ada juga yang seumurannya dengannya. Anaknya baik dan menyenangkan, Jaehyun sampai lama sekali mengobrol, untungnya masih sore.

Ditangannya tersisa satu toples kue. Jaehyun akhirnya berjalan menuju sebuah rumah klasik dengan dominasi warna putih, serta beragam tanaman disetiap sudutnya. Jaehyun rasa pemilik rumah ini sangat suka tanaman, sampai-sampai rumahnya penuh dengan tanaman.

"Permisi…" Jaehyun berjalan masuk kedalam rumah tersebut. Omong-omong gerbangnya terbuka lebar. Ia menyusuri jalan setapak yang berjumlah tidak lebih sepuluh buah menuju pintu utama. Jaehyun berdiri didepan pintu tersebut, lalu dengan segera memencet bel.

"Halo? Permisi, apa ada orang didalam?" Jaehyun menyernyitkan alis karena tidak mendapatkan jawaban. Padahal gerbangnya terbuka lebar, tapi tidak ada satupun orang yang menjawab.

Kembali Jaehyun memencet bel dihadapannya.

"Apa pemilik rumahnya sedang mandi?" Namja berkulit putih itu bergumam. Ia menengok kekanan dan kekiri. Jaehyun akhirnya berjalan menjauh dari pintu tersebut.

Rumah ini cukup luas, jadi Jaehyun memutuskan untuk mengelilingi rumah tersebut. Beberapa detik berjalan, Jaehyun menemukan sebuah taman yang cukup cantik dibelakang rumah tersebut. Dan lagi, pemilik rumahnya ada disana

"Selang sialan! Kenapa tidak bisa–" sedang mengumpat sembari menarik selang. Mata Jaehyun bergerak cepat menuju arah keran air. Sedetik kemudian ia melotot.

Zrssshhh!

Bruk!

"Aduh!"

Namja tersebut, namja yang menarik selang air itu terjatuh dengan keras keatas tanah. Jaehyun buru-buru berlari menuju namja tersebut.

"Shhhh…."

Saat tiba, Jaehyun bisa melihat namja tersebut memegangi pergelangan kakinya.

"Kau baik-baik saja?" Jaehyun menatap namja itu khawatir. Ia bisa melihat namja itu mendongak dan menatapnya balik dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Beberapa detik terdiam, Jaehyun kembali melirik pergelangan kaki namja tersebut. Ternyata mata kakinya terluka, dan ada beberapa goresan dikaki jenjangnya. Jaehyun meletakkan keranjang kecil berisi toples kuenya diatas tanah.

"Kau terluka. Kemari biar aku menggendongmu"

Namja itu membulatkan matanya mendengar ucapan Jaehyun.

"Tidak perlu, ini hanya luka biasa. Aku bisa berdiri sendiri" Jaehyun melirik lagi luka tersebut. Ia menghela nafas lalu mengulurkan tangannya.

Namja itu menerima uluran tangan Jaehyun, lalu berusaha berdiri dengan bantuan tarikan dari Jaehyun.

Dengan jarak sedekat ini Jaehyun bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa namja tersebut. Dua gigi depannya tampak dominan, benar-benar seperti kelinci. Wajahnya sangat mulus, dan juga putih bersih.

"Terimakasih" Mulai namja tersebut dengan senyum kecilnya, "eummm…"

"Jaehyun, Jung Jaehyun" Jawab Jaehyun dengan cepat, namja itu kembali tersenyum.

"Terimakasih Jaehyun-ssi" Jaehyun mengangguk kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah namja dihadapannya.

"Sama-sama. Eum… siapa namamu?" Namja itu tersenyum lagi.

"Kim Doyoung, panggil Doyoung. Salam kenal" Jaehyun menerima uluran tangan dari namja bernama Doyoung tersebut.

"Ya, salam kenal juga" Balas Jaehyun dengan tatapan masih mengarah pada Doyoung. Doyoung menarik pelan tangannya.

"Kau pasti tetangga baru itu'kan? Kudengar dari eommaku hari ini ada keluarga yang pindah kerumah nomer 114. Benar tidak?" Jaehyun kembali mengangguk.

"Ya, kau benar" Jawabnya lagi. Doyoung terdiam sesaat. Ia cukup sadar kalau Jaehyun sedari tadi memandangi wajahnya terus. Doyoung buru-buru mengusap wajahnya, ia rasa ada noda tanah disana.

"Wajahku kotor sekali ya?" Jaehyun mengumpati dirinya dalam hati, bagaimana bisa ia terus memandangi wajah Doyoung secara terang-terangan seperti ini. Benar-benar memalukan.

"Tidak! Wajahmu tidak kotor sama sekali" Doyoung menghetikan kegiatan mengusap wajahnya.

"Oh," Doyoung segera menurukan tangannya, lalu tersenyum. "kalau begitu, ayo masuk kedalam."

.

.

Jaehyun berakhir dengan mengobati luka milik Doyoung. Namja bermarga Jung itu tampak serius membersihkan luka Doyoung. Doyoung sendiri menolak sebenarnya, tapi Jaehyun terus memaksa. Daripada berujung adu mulut, Doyoung lebih memilih menerima bantuan Jaehyun.

"Untung lukanya tidak terlalu parah" Jaehyun mendongak setelah selesai mengobati luka Doyoung.

"Mm.. terimakasih, kau sudah sangat banyak membantu" Jaehyun menegakkan tubuhnya lalu duduk disebelah Doyoung.

"Tidak banyak, aku hanya membantumu berdiri dan mengobati lukamu" Doyoung tersenyum mendengar ucapan Jaehyun.

"Baiklah, terimakasih kau sudah membantuku berdiri dan mengobati laku ku" Jaehyun tertawa setelahnya.

"You're welcome" Balasnya kemudian. Doyoung segera merapikan alat-alat P3K yang habis digunakan.

"Kau mau minum apa Jaehyun-ssi?" Tanya Doyoung ditengah kegiatannya. Jaehyun memperhatikan dengan seksama yang dilakukan Doyoung.

"Up to you. Aku menerima minuman apa saja yang kau sajikan" Doyoung terkekeh mendengar ucapan Jaehyun.

"Kau sangat lucu Jaehyun-ssi" Lalu berdiri sembari membawa kotak P3K.

"tunggu sebentar disini, aku akan ambilkan minuman untukmu" Lanjut Doyoung. Jaehyun tersenyum entah untuk keberapa kalinya.

"Tenang saja aku tidak akan kemana-mana, aku akan menunggumu disini" Balas Jaehyun dengan nada jenaka. Doyoung terkekeh kembali.

"Hentikan, kau ini senang sekali menggoda orang ya" Kemudian Doyoung pergi meninggalkan Jaehyun dengan senyum dibibirnya. Jaehyun merebahkan punggungnya pada sofa. Ia tersenyum lagi. Jaehyun senang jika melihat Doyoung tersenyum karena dirinya.

Beberapa menit kemudian Doyoung datang membawa dua mug berisi coklat panas. Namja itu meletakkannya diatas meja.

"Berhubung cuaca hari ini lumayan dingin dan kau membawa cookies, aku membuat coklat panas. Jja, minumlah, kuharap kau suka" Jaehyun meraih mug diatas meja, ia menatap Doyoung sebentar.

"Apapun yang kau sajikan, aku suka" Kemudian menyeruput coklat panasnya perlahan. Doyoung geleng-geleng mendengarnya, ia kembali duduk disamping Jaehyun.

"Kau pindah kapan Jaehyun-ssi?" Tangan Doyoung bergerak meraih toples cookies pemberian Jaehyun. Baru saja hendak membuka tutupnya, tangan Jaehyun sudah lebih dulu meraih toples tersebut. Jaehyun membuka toples tersebut lalu meraih sebuah cookies dan memberikannya pada Doyoung.

"Aku pindah tadi pagi. Cukup panggil aku Jaehyun saja, tidak masalah" Doyoung mengangguk mengerti, lalu menerima kue pemberian Jaehyun.

"Apa kau tinggal sendirian?" Doyoung mengunyah kue dimulutnya, ia segera menggeleng.

"Aku tinggal bersama appa, eomma, dan hyungku" Jawab Doyoung. Jaehyun mengangguk kecil, tanda paham.

"Kalau kau sendiri?" Tanya Doyoung balik kemudian. Jaehyun menurunkan mugnya.

"Hanya dengan appa dan eomma, aku anak tunggal."

"Wah… pasti menyenangkan jadi anak tunggal" Jaehyun buru-buru menggeleng.

"Tidak juga. Lebih enak punya hyung sepertimu" Doyoung berdecak setelahnya mendengar perkataan Jaehyun.

"Apanya yang enak? Kau tahu, hyungku itu benar-benar cerewet, dia sangat suka memerintah" Kata Doyoung dengan wajah enggannya, namja itu mengerucutkan bibirnya kesal kemudian. Jaehyun sendiri jadi ingin mencubit pipi Doyoung.

"Bersyukurlah kau tidak punya hyung, kalau kau punya, kau akan menyesal" Sambung Doyoung, lalu menggigit cookiesnya malas. Jaehyun hanya bisa terkekeh lalu kembali menyeruput coklat panas buatan Doyoung.

Doyoung sendiri kembali merogoh cookies yang ada dalam toples. Ia begitu menikmati kue-kue kering tersebut didalam mulutnya, bahkan Jaehyun dia acuhkan. Padahal sedari tadi Jaehyun terus menatapnya.

"Kau suka cookies buatan eommaku?" Tanya Jaehyun, mendapat anggukan cepat dari Doyoung.

"Sangat suka. Cookies buatan eomma mu jjang!" Puji Doyoung sembari mengacungkan jempol kanannya, lalu kembali menggigit cookies ditangannya. Jaehyun tersenyum kecil melihat tingkah Doyoung.

"Jika kau mau lagi, kau bisa datang kerumahku. Kebetulan eomma selalu membuat kue-kue kering setiap harinya" Doyoung berbinar mendengar ucapan Jaehyun.

"Bolehkah?" Tanyanya memastikan. Jaehyun mengangguk tanda iya.

"Gomawo Jaehyun-ah!" Ucap Doyoung kemudian dengan ceria. Jaehyun meraih cookies lagi, lalu ia berikan pada Doyoung.

Tangan Doyoung bergerak menerima dengan senang hati kue tersebut. "Thank you."

Jaehyun lalu meraih mug berwarna putih yang belum sama sekali disentuh oleh Doyoung. Ia memberikan mug tersebut pada Doyoung. Jaehyun tidak mau Doyoung tersedak, karena mulut namja itu terus penuh daritadi.

"Apa kau selalu perhatian seperti ini pada setiap orang?" Tanya Doyoung iseng setelah menyeruput coklat panasnya.

"Mungkin, iya?" Jawab Jaehyun agak ragu, namun Doyoung tidak ambil pusing, ia mengangguk paham.

"Oh ya, daritadi hanya aku yang memakan cookiesnya. Kau tidak mau?" Tanya Doyoung lagi sembari menyodorkan toples kue yang ada digenggamannya pada Jaehyun. Jaehyun mengambil satu cookies, namun lagi-lagi dia berikan pada Doyoung.

"Kenapa kau berikan padaku lagi?" Protes Doyoung ketika cookies ditangan Jaehyun sudah ada didekat mulutnya.

"Aku sudah terlalu sering memakannya, kau saja. Ini" Ucap Jaehyun kembali menyodorkan kue ditangannya kemulut Doyoung. Namja kelinci itu membuka mulutnya dan menerima suapan cookies dari Jaehyun. Doyoung mengunyah kembali untuk kesekian kalinya.

Mungkin jika ada yang melihat keakraban Jaehyun dan Doyoung, mereka akan mengira dua namja itu sudah saling lama mengenal dan berhubungan baik. Padahal kenyataannya, mereka belum genap satu hari mengenal, bahkan mereka baru beberapa jam mengenal.

"Kau sangat mirip kelinci Doyoung-ah, cara makanmu benar-benar persis kelinci" Doyoung yang mendengar perkataan Jaehyun buru-buru merengut sebal.

"Aku sudah terlalu sering mendengar kalimatmu tadi. Aku anggap pujian" Balas Doyoung sedikit sensi tapi tidak ambil pusing sama sekali.

Jaehyun kembali memperhatikan Doyoung. Sebenarnya daritadi tangannya sudah gatal ingin mencubit pipi Doyoung, tapi ia tahan.

"Aku rasa aku sudah kenyang" Gumam Doyoung beberapa menit kemudian setelah menghabiskan hampir setengah toples cookies. Tampaknya namja kelinci itu sudah bosan mengunyah. Cookies yang baru ia gigit sekali, ia letakkan diatas meja.

"Rasanya aku tidak bisa bergerak, perutku penuh" Gumam Doyoung lagi setelah menyeruput coklat panasnya yang sudah mulai dingin. Jaehyun tertawa kembali karena tingkah Doyoung.

"Berbaringlah kalau begitu" Saran Jaehyun. Doyoung menguap, lalu bergerak untuk merebahkan tubuhnya disofa.

"Tunggu" Tahan Jaehyun ketika Doyoung hampir sedikit lagi rebahan disofa. Namja kelinci itu kembali menegakkan badannya. Ia menyernyit bingung.

"Apa?" Tanyanya sedikit tidak sabaran. Jemari Jaehyun bergerak kemudian menyapu pelan sudut bibir Doyoung yang belepotan remahan cookies. Doyoung sendiri menatap ibu jari Jaehyun yang tepat ada disudut bibirnya.

Setelah selesai, Jaehyun menurunkan tangannya. "Sudah bersih, jja berbaringlah" Lalu tersenyum sangat tampan. Doyoung jadi speechless. Mereka baru mengenal, dan Jaehyun sudah bertidak seperti ini.

Tapi kalau boleh jujur Doyoung suka.

"Gomawo Jaehyun-ah" Ucap Doyoung kemudian dengan nada sedikit gugup. Jaehyun membalasnya dengan senyuman. "Tidak masalah. Berbaringlah."

"Ekhem!"

TBC?


a/n : Holla! New Jaedo shipper is here!*apaan*. Duh lagi suka Jaedo nih, dan akhirnya nulis beginian. Yaampun, suka banget sama mereka, aku lihatnya cocok banget. Mereka masuk dalam list couple favorit aku. DUH POKOKNYA SUKA *_*

Oh ya kasi saran dong, menurut kalian siapa yang cocok jadi pengganggu dihubungan mereka. Tapi dari pihak Doyoungnya ya, jangan Jaehyunnya. Coba kasi saran Member NCT x Doyoung couple yang lain yang cocok menurut kalian. Soalnya masih agak bingung nentuin. Kasi masukan pake pair yang mana lagi juga boleh. Tapi jangan Jaeyong, mereka itu terlalu macho kalo decouple-in, Taeten dan Yutae baru tuh saya suka wks. Kasi masukan juga boleh. Apapun boleh.

Jaedo shipper yang lain, yok temenan? Wks :v. Kalo udah baca tinggalkan review kalian ya kawan :)

Tertanda, Jaedo shipper. 29th of June.