Doumo reader san! Kembali lagi sama saya author gila shipper Aokise. thanks buat para reader dan author yang udah ngasi review di fic-fic sebelumnya. Gomenasai karena fic-fic sebelumnya Kise-kun terus terusan saya bikin menderita *bowsbows* kali ini saya bikin anomalinya hehehe. Drabble lagu Begitu salah Begitu Benar
Saa douzo~
.
.
.
.
.
.
.
.
Begitu Salah Begitu Benar
Aomine Daiki X Kise Ryouta
Warning Yaoi Male x Male, maybe OOC and bit explicit
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku bahagia dengar kata cintamu"
[KISE POV]
Aku baru saja keluar dari kubangan susu murni yang sudah sedari tiga jam tadi membantu kulit tubuhku semakin terlihat berseri. Beberapa dayang membawakan handukku dan memasangkannya untukku. Tak sedikit dari mereka yang wajahnya merekah-rekah melihat betapa cantiknya diriku. Oh ya, sedari lahir diriku memang sudah dianugerahi tuhan dengan tubuh yang awet muda bahkan di usiaku yang sudah hampir setengah abad. Kulit indah ini tak serta merta kudapat dari berendam air susu saja
Tentu kalian tahu sesuatu lain lagi yang bisa membuat kulit menjadi indah dan halus
Haha, aku tak ingin mengatakannya. Sudah tebak saja, kalian akan langsung tahu. Mengetahui suamiku , baginda Raja Aomine Daiki yang buas seperti itu, aku mungkin takkan pernah terlihat keriput dan tua. Jangan mengira kugunakan sihir ataupun menangkap perawan dan meminum darah mereka. Tidak, aku bukan Elizabeth Bathory.
Aku adalah Kise Ryota,
ah salah. Aomine Ryota.
Siapa yang tak kenal denganku? Seantero negeri memuja betapa tak ada satupun wanita yang bahkan bisa melebihi legit manis auraku. Mengundang kepulan nafsu mereka, tapi tolong segera bangun dari mimpimu.
Aku ini Permaisuri Aomine Daiki dan kau pasti tak mau berakhir di penjagalan bukan? Baiklah, kagumi saja aku dan pujalah aku. Jangan pernah sekali-kali memberanikan diri untuk menyentuhku sebelum panther hitam itu meregang nyawa.
Beberapa hari sekali aku keluar dari sangkar emas ini. sekalipun dalam balutan jubah emas dan memakai penutup wajah, mereka masih bisa melihatku bagai tiada lagi hari esok. Bisa kulihat dari wajah mereka betapa mereka mengagumiku, juga beberapanya mungkin kecewa bahwa aku ditakdirkan untuk menjadi istri raja. Senyum indah selalu kurekahkan di bibirku.
Tak peduli lagi itu tulus atau tidak, aku akan tetap tersenyum.
Supaya mereka mengira aku baik-baik saja, supaya mereka hanya terfokus pada fisikku semata. Mungkin mereka berandai-andai apakah aku menjadi orang paling bahagia juga beruntung sejagat.
"Tapi aku sedih menerima kenyataan"
Oh tapi demi tuhan yang maha tahu segalanya, kumohon sadarilah sedikit rakyatku,
Tak hanya aku yang berdiri disamping Daiki.
Lihat disampingku. Ada dua pemuda yang tak lebih tua ataupun muda dariku berjajar rapi disebelahku. Mengenakan pakaian yang warnanya menyerupai rambut mereka masing-masing.
Ada yang berjubah cokelat terang, disebelahnya lagi pemuda mungil yang memakai jubah terang berwarna langit musim panas. Ya, mereka adalah istri-istri Daiki. Kami tak berpaut jauh berbeda. Yang membedakan paling mencolok mungkin hanya warna rambut kami. Atau mungkin cerita dibalik kedatangan kami di negeri sejuta tombak seperti Touo ini.
Andai kalian tahu siapa sebenarnya Aomine Daiki
Perhatian Daiki? Giliran kamar? Semuanya sebatas pelepas dahaga saja. percayalah, aku tak sebahagia yang kalian kira. Setidaknya begitulah hatiku bersabda.
"Bahwa tak hanya diriku yang menjadi milikmu"
[RYO POV]
Sudah genap enam puluh bulan aku mengganti marga menjadi Aomine Sakurai. Semuanya berawal dari penggantungan nasib kerajaan kecilku yang diserbu olehnya lima tahun lalu. Orang tuaku tak bisa berbuat apapun lagi hingga akhirnya berujung pada penyerahan diriku menjadi selir Raja Touo itu.
Tapi satu, aku masih ingat dulu betapa aku mengaguminya karena kepiawaiannya memimpin Touo
Dan sekarang? Semua itu masih bertahan dan tersusun rapi di pustaka hatiku.
Awalnya memang ku kira aku akan bahagia. Secara aku sudah bisa menggapai orang yang kukagumi dan kucintai dari dulu. Tapi begitulah, kau tahu tuhan bisa saja merubah takdir tanpa siapapun untuk menghalanginya.
Sempat kurasa sesak yang begitu hebat hingga membuatku menangis seharian penuh karena frustasi ketika tiba di kerajaan Touo dan disambut oleh seseorang dalam balutan pakaian emas dan mengaku sebagai permaisuri dari sang raja.
Jujur saja, saat itu aku benar-benar patah hati.
Dari ujung kaki hingga rambut pirang indahnya dia terpaut bagai bumi dan surga jika dibandingkan denganku. Ia begitu cantik, tak lamanya selalu kudengar rakyat memujinya karena tak ada satupun wanita yang bisa menandingi betapa indahnya dia.
Setelahnya pikiran gilaku berkata bahwa aku hanya akan menjadi bantal empuk Aomine Daiki
Karena aku tahu, seseorang dihadapanku kala itu, Aomine Ryota adalah pujaan seluruh negeri yang tentu saja tak bisa serta merta kutandingi untuk merebut perhatian Aomine Daiki. kudapati betapa hatiku sudah tak berbentuk , atau bahkan serpihannya hilang tertiup angin.
Malam saat itu Daiki memang menyentuhku, menghabiskan dan melepas seluruh penatnya diatas kasur megah yang menopang diri kecilku. Tapi tak sampai sepertiga malam sisi ranjangku sudah hanya tinggal parfumnya saja. tak kulihat dirinya berbaring disisi sana. Kala itu aku begitu khawatir, kuturuni ranjang dan hanya berbalut selimut menggapai pintu kamar
Aku melihatnya mengetuk pintu yang lebih besar dari pintuku tak jauh dari ruanganku.
Pintu dengan pahatan bentuk matahari yang indah
Dua kali lebih besar dari pintu kamarku, dua kali lebih megah pula
Ia sempat mengetuk berkali-kali dan diriku masih bersedia mengintip dari balik pintu kamarku. Hingga akhirnya kulihat pintu berukir matahari itu terbuka sedikit dan kulihat lengan putih yang begitu kontras menggapai leher Tan sang raja. setelahnya itu kulihat sebuah kaki jenjang yang tak kalah mulus atau bahkan lebih mulus dan indah lagi sudah ditopang lengan kekar Daiki.
Kala itulah kulihat sesaat surai emas dan surai biru gelap menyatu
Oh ya, aku hampir lupa. Aku harus selalu mengingatkan diriku bahwa bukan hanya aku saja yang menjadi teman Daiki menghabiskan malam. Atau lebih sedihnya bahkan belum pagi dan ia sudah beranjak meninggalkanku.
"Bahwa tak hanya diriku yang menemani tidurmu"
Kubungkam erat mulutku,kututup perlahan pintu itu dan kutatap nanar ranjang besar yang spreinya sudah acak-acakan. Saksi bisu beberapa jam lalu Daiki menjalankan perannya sebagai suamiku. Kakiku rasanya tak kuat menopang tubuhku, kurasakan mereka berlutut perlahan dengan sendirinya. Kurasakan betapa dingin pintu itu bergesekan langsung dengan punggungku yang terekspos sempurna. Terlebihnya masih terasa nyeri dan tak sengaja kudapati air bening agak kental merembes menuruni kakiku
Kala itu aku menyerah pada kejamnya takdir
Inikah balasan Daiki untuk perasaanku?
Oh ya, aku harus selalu sadar, aku bukan satu-satunya orang yang bisa dijamah oleh Daiki
Kuhabiskan hingga pagi malam menyakitkan itu dengan membiarkan bulir air mata menindas wajahku, tak lupa pula selimut tebal yang kujadikan peredam suara isak tangis yang tak terhitung sudah berapa banyak yang lolos dari bibirku.
Aku harus selalu tahu, diriku bukanlah satu-satunya
"Bahwa tak hanya diriku yang selalu ….
[AUTHOR POV]
Sang surya mengintip perlahan dari balik bebukitan hijau negeri Touo. Ciptakan panorama terindah yang saingi langit senjanya. Kombinasi hijau dan semburat kuning silau terlihat begitu sempurna, sesempurna seorang raja yang tengah berdiri di teras istana megahnya. Dari lantai teratas ia manjakan kedua iris biru gelapnya menatap pagi yang indah. Tak lupa juga badan kekar dengan kulit eksotis yang hanya bertutup celana biru sutra panjangnya turut bermanja dengan kehangatan sang surya kala itu.
"Haaaah…"
Ia rentangkan kedua tangannya, mengekspos bebas tonjolan atletis di sepanjang lengan tan nya. Ia hirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, ia tutup kedua kelopaknya perlahan. Sang surya sudah bebas dari peraduannya, sinari sempurna seluruh tubuh sang baginda raja.
"Tetsu"
Ia menggumam dan membuka kelopak matanya perlahan seketika telinga tajamnya mendengar suara langkah tipis seseorang yang berjarak beberapa langkah di belakangnya. Pemuda dengan surai biru cerah senada dengan langit yang baru saja menyambut sang surya itu mendekat.
"ack!"
Tubuh kecil pemuda itu hampir jatuh berbentur dengan ubin. Namun sang raja dengan cekatan menangkapnya dan membopongnya menuju tempat berdirinya semula. Lengan kecilnya meraba pinggangnya dan berjalan terseok-seok
"kenapa kau kemari Tetsu? Lihat, kau hampir saja terjatuh"
Sang raja mendekap pemuda yang lebih kecil darinya. yang dipanggil Tetsu pun tersenyum hangat melihat sikap suaminya. Ia merapatkan kedua lengannya diatas dada bidang suaminya. Iris biru cerahnya menyaksikan indahnya pagi hari di negeri barunya itu.
Namun,
"Permisi yang mulia raja. Saya mendapat pesan dari baginda ratu Ryota"
Seorang dayang bersimpuh di depan sepasang sejoli yang baru saja menikmati mentari pagi. Sang raja perlahan melepaskan dekapannya terhadap pemuda yang lebih kecil darinya.
"ada apa dayang? Katakan."
Dayang tersebut beranjak dari simpuhannya. Mendekat ke telinga sang raja dan membisikkan sesuatu. Sesaat setelahnya sang raja menjawab,
"ah ya, aku hampir lupa. Tapi ini masih pagi. Katakan pada ratumu aku akan pergi nanti siang saja"
Dayang tersebut berbisik lagi dengan pelan,
"mohon maaf yang mulia, baginda ratu tidak mau permintaannya ditunda. Jika tidak, beliau berpesan bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi padanya"
"cih! Baiklah baiklah! Itu bukan pesan namanya, tapi ancaman."
"saya undur diri yang mulia, maaf telah mengganggu"
Dayang tersebut pergi meninggalkan raja dan selirnya. Menyisakan sang raja yang memijit keningnya dan pemuda bersurai biru cerah yang menatapnya tanpa ekspresi.
"aku harus pergi. Maaf tidak bisa menemanimu untuk saat ini. aku akan kembali nanti Tetsu"
Satu kali tepukan ringan di kedua bahu berkulit pucat dan pria tan itu mengambil langkah meninggalkan selirnya.
"…Ada di hatimu selamanya…"
Sepasang mata biru cerah menatap punggung kekar suaminya yang baru saja meninggalkannya. Ditemani dengan aroma khas sang raja yang masih menempel ditubuhnya semakin membuatnya ingat bahwa dirinya kini menjadi anggota istana
Atau terlebihnya, sadar bahwa dirinya hanya sebatas teras kecil yang digunakan Daiki untuk berteduh dan kemudian pergi lagi
Sesuka hatinya.
-TO BE CONTINUED-
Saya beneran gak tau ini harus di rate M atau T aja tapi gapapalah buat jaga-jaga. Reviewnya akan sangat membantu tulisan jelek saya minna-san T_T see ya di chapter 2 !
#22
