Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

Story © Hyuugadevit- Cherry

.

Pairing : Hinata Hyuuga - Naruto Uzumaki- Shion and slight SasuSaku ^^

.

Drama, Romance, Hurt/Comfort

.

Warning: OOC, Typo(s), alur kecepetan, gaje, abal, ide pasaran, etc.

.

If you don't like, don't every try to read

.

Enjoy Okey ^^

.

.

Watashi no sentaku no uchi

.

.

-Amegakure-

Gadis dengan rambut pirang itu menyesap banyak- banyak udara yang menyejukan di sekitarnya. Ia tersenyum memperhatikan bunga- bunga sakura di atas pohon. Aroma bunga sakura begitu khas itu terus menerpa indra penciumannya.

Kemudian pandangannya ia alihkan pada seorang anak laki- laki berusia 11 tahun yang tengah tertidur dalam posisi duduknya menyandar pada pohon sakura. Ia melihat rambut jabrik itu, warna rambut yang hampir sama dengannya yang lebih pekat, hidung mancung, wajah tampan dengan 6 tanda yang masing- masing terdapat 3 buah goretan pada bagian pipi kiri dan kanan nya.

Ia menyentuh pelan rambut itu, mengelusnya secara perlahan dengan penuh kasih sayang.

Ahh~ cinta monyet memang sangat lucu. Ia tersentak ketika lengannya digenggam oleh tangan laki- laki itu. Perlahan kelopak matanya terbuka dan menampakkan kedua bola mata berwarna sebiru langit, sebiru laut yang sangat indah.

"Shion, apa aku tidur terlalu lama?" Anak laki- laki itu bertanya dengan suara cemprengnya yang serak.

Shion mengusap tengkuknya "kau harus menghilangkan kebiasaan mu tidur di sini, Naruto"

Naruto terkekeh "ayolah Shion, ini yang terakhir kalinya" pintanya seperti memohon. Shion mengrenyitkan dahinya tak mengerti. Kenapa Naruto berkata seolah ia akan pergi? Apakah Naruto akan pergi? Benar- benar pergi?

"Apa maksud mu Naru?" Shion mulai gelisah.

Melihat Shion gelisah, Naruto hanya nyengir lima jari menampakan gigi- gigi putih nan rapihnya. Ia melipat tangannya di belakang untuk menumpu kepalanya.

"Aku akan pindah, kau tahu ayah ku sekarang dipindah tugaskan ke kota Konoha"

Dengan cepat Shion memeluk Naruto dan menangis tersedu- sedu. Bagaimana mungkin ia akan kehilangan orang yang ia sukai. Ia pikir, ia bisa bersama Naruto selamanya. Namun, apa yang terjadi? Semuanya terlalu mendadak.

Naruto membalas pelukannya dan menepuk- nepuk pelan kepala Shion serta sesekali mengusap punggungnya sayang. Naruto juga merasa berat jika harus meninggalkan gadis yang ia sayangi, tapi perasaan seorang anak laki- laki yang masih kecil tidak serumit perasaan para gadis. Sekalipun mereka masih kecil.

.

.

"Naru, berjanjilah kita akan selalu bertukar kabar. Kirim dan balaslah surat ku nanti" pinta Shion.

"Ha'i .. Ha'i..." Naruto mengacak surai pirang Shion dengan sayang. Shion tersenyum sendu. Kini Naruto pergi ke kota Konoha. Kota yang jauh dari Amegakure. Meski tidak memakan waktu berhari- hari, tapi tetap saja memerlukan waktu berjam- jam untuk sampai kesana.

.

.

-Konohagakure, seven years leter-

"Hinata Hyuuga, mohon kerjasamanya" ucap murid baru itu.

Gadis bernama Hinata itu bersurai panjang hitam keunguan, dengan bola mata berwarna lavender, berkulit putih. Gadis itu sangat pemalu dan memandang takut- takut pada siswa- siswi di kelasnya.

Ia melangkah kan kakinya menuju salah satu bangku. Hinata melihat teman satu bangku nya berambut merah muda yang cantik dengan bola mata hijau yang meneduhkan.

"Hay, nama ku Sakura. Sakura Haruno.. jangan sungkan- sungkan ne" Sakura tersenyum tulus dan dibalas senyum yang manis dari Hinata. Sakura bertanya pada Hinata alasannya pindah pada tahun terakhirnya dan ternyata Hinata harus pindah karena alasan bisnis ayahnya dan keluarganya tak ingin melepas Hinata sendiri. Jadi ia harus mengikuti kemanapun keluarganya pindah.

"Sebenarnya bangku ini milik Shikamaru, tapi sudahlah ... ia bisa pindah bersama Shino di ujung lain" Sakura memberitahunya.

.

.

Seminggu telah berlalu. Hinata mulai terbiasa dengan lingkungannya dan teman satu bangkunya yang terlihat anggun justru sangat slengean. Sakura menurut nya adalah orang yang menyenangkan, akan tetapi entah mengapa Sakura sepertinya diasingkan oleh anak- anak gadis di kelas ini? Mungkinkah Sakura memiliki masalah?

Selain itu, ia juga memiliki hobi baru yaitu memandang seseorang. Pandangannya tak pernah bisa lepas dari pemuda berambut jabrik di dekat pojok. Ia selalu memandangnya dengan malu- malu. Hal ini ternyata di sadari oleh Sakura. Sakura yang memang slengean langsung menggodanya tanpa ampun.

Terlebih Sakura sendiri adalah salah satu sahabat pemuda itu. Pemuda itu bernama Naruto. Naruto adalah pemuda yang ceria, berpembawaan hangat dan juga banyak teman. Tapi hanya tiga orang yang benar- benar dekat dengannya. Salah satunya adalah Sakura, kemudian seorang Shikamaru Nara yang baru saja datang dengan wajah ngantuknya, dan seorang lagi seorang pemuda dengan surai raven yang ia dengar dari gadis- gadis lain stay cool. Sasuke Uchiha. Tapi entah kenapa ia hanya tertarik pada seorang pemuda.

Dan orang itu adalah Naruto Uzumaki.

.

.

Hinata selalu bersama dengan keempat orang teman barunya. Ia senang karena ia memiliki teman baru yang sangat baik. Ya, meski hanya Sakura dan Naruto yang benar- benar baik padanya.

Dua orang lainnya- Sasuke dan Shikamaru terlihat malas akan kehadiran dirinya. Ia merasa tidak diharapkan. Tapi ia ingin bertahan bersama Sakura yang terlihat tak memiliki teman wanita dan alasan lainnya adalah perasaannya pada seorang Uzumaki.

"Lihat lah aku membawa kotak bento dua buah, untuk ku dan untuk mu" Sakura tersenyum ceria sambil mengangkat kedua kotak bentonya.

Tapi Hinata sendiri sudah membawa dua kotak bento untuk di bagikan pada Sakura. Menyadari tangan Hinata yang membawa lebih dari satu kotak bento membuat Sakura tertawa "sepertinya kita satu pemikran" seru Sakura riang.

"Bento itu untuk ku saja" Sasuke mengambil kotak bento dari salah satu tangan Sakura, tanpa izin dari Sakura .. ia langsung membuka dan melahapnya. Sakura yang melihatnya langsung menggrutu menanggapi sikap Sasuke yang sepertinya sudah terbiasa seperti itu.

Hinata tersenyum "a-ano, ba- bagaimana kalau kita bertukar saja Sa-sakura- chan" Sakura menganggukan kepalanya kuat- kuat. Kemudian mereka bertukar kotak bento.

Tak dapat ia sangka Naruto datang dengan cengirannya mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata "bagaimana jika satu kotak itu untuk ku dan Shikamaru" tawar atau lebih pada harapan Naruto yang justru akibat wajah Naruto yang terlalu dekat pada Hinata membuatnya menjadi kelabakan dan wajah nya memanas.

Sakura menarik kerah baju Naruto "Kau ini mau sampai kapan berbicara di hadapan wajah gadis hah? Baka Naru"

Ahh~ untung Sakura menyelamat kannya sebelum ia pingsan. Ia menyerahkan kotak bento itu pada Naruto dan Naruto yang mengucapkan "arigatou" tak lupa dengan senyum cerianya yang membuat hati Hinata menghangat. Terlebih mengingat ia memasak bento itu dengan tangannya sendiri dan dinikmati oleh kedua orang yang ia sukai. Terutama Naruto.

.

.

"Aku akan segera mengunjungi mu Naru, kau tahu aku sangat merindukan mu" itu adalah kata terakhir yang ia baca yang selalu Shion kirim kan sejak dulu hingga saat ini. Selalu bertukar kabar melalui surat.

Bagaimana kah rupa gadis itu sekarang? Apakah ia semakin cantik secantik dulu? Apakah gadis itu tetap anggun seanggun dulu? Ia begitu menyayangi gadis itu.

Mengingat mengenai Shion ia jadi teringat pada seorang gadis. Murid baru yang selalu bersama Sakura- sahabatnya ini sangat cantik, anggun dan yang paling ia suka adalah ukuran dadanya yang besar. Ia terkekeh mengingatnya. Aduh, sepertinya ia memang pemuda yang Sakura katakan bahwa ia hentai.

Ia menyimpan surat itu disebuah kotak yang berisi surat- surat dari gadis yang sama selama tujuh tahun ini selalu bertukar surat dengannya. Begitu banyak dan isinya terkesan perasaan yang dalam.

Ketukan pada pintu kamarnya menyadarkan Naruto dari beberapa hal yang tengah ia pikirkan. Ia membuka pintu kamarnya dan mendapati ibunya- Kushina. Wanita yang berumur sekitar 43 tahunan itu memberitahunya bahwa makan malam akan segera dimulai.

.

.

Seperti biasanya, siswi Rasenggan Senior High School selalu menjerit kegirangan saat ia sampai di sekolah. Mereka seolah- olah menganggapnya seorang pangeran. Menyadari dirinya yang selama hampir tiga tahun ini seterkenal itu membuatnya tersenyum bangga.

Banyak orang yang menyukainya, pribadinya yang ceria dan hangat semakin membuat orang- orang tidak bisa menolak untuk tidak tertarik. Ia melihat seorang gadis cantik dan pemalu bersurai hitam keunguan itu. Gadis itu selalu bersemu merah pipinya ketika ada didekatnya.

Mungkinkah gadis itu menyukainya. Ia melangkahkan kaki jenjang nya besar- besar dan menghampiri gadis itu. Seperti dugaannya gadis itu terlihat kaget dan wajahnya bersemu merah juga cara bicaranya yang terbata- bata.

"Ohayo, Hinata" Sapa Naruto dengan cengirannya.

Hinata terlihat gelisah "O- ohayo, Naruto-kun" Hinata menyapa balik Naruto dengan suaranya yang tergagap. Kenapa harus seperti ini? Ia tak bisa menutupi kegugupan luar biasanya di depan pemuda yang ia sukai ini.

Ia tahu bahwa ia adalah gadis yang tak terbiasa dengan para pemuda dan pemalu. Tapi tidak semalu dan segugup saat bersama pemuda yang memiliki manik biru indah ini.

Mereka berjalan bersamaan menuju kelas dan mendapati Sakura yang telah bersama Sasuke yang terlihat sangat menikmati pembicaraan mereka. Sesungguhnya yang Hinata dan Naruto lihat adalah Sakura yang terlihat berceloteh ria, sedang Sasuke hanya menanggapinya dengan gumaman khasnya juga pandangan pemuda itu yang sulit diartikan pada Sakura.

Sakura yang menyadari kehadiran mereka beredua langsung menyeringai dan melambaikan tangannya "Hari ini aku akan duduk dengan Sasuke, Hinata duduklah dengan Naruto" Hinata bersumpah ia melihat Sakura yang mengedipkan matanya dan gerakan bibir Sakura yang mengatakan "ganbatte".

Apakah ia harus memulainya? Ia ingin lebih dekat dan dekat dengan Naruto. Ia ingin Naruto menyadari perasaannya. Yah, Sakura mendukungnya. Maka ia akan berusaha keras dan membuktikan pada Sakura bahwa ia bisa.

Jadi ia menanggapi Sakura dengan senyum manis nya, kemudian mengangguk dengan yakin. Sakura sampai terbengong- bengong melihat senyum dan kilat yakin pada mata Hinata "kau lihat Sasuke senyum Hinata tadi? Sungguh manis dan sangat cantik..kyaa~ aku suka dia..."

Hinata yang mendengar pekikan Sakura membuat kedua pipinya memanas dan bersemu. Terlebih saat ia menoleh ia mendapati Naruto yang tersenyum pada nya sangat lembut. Oh, bolehkah ia pingsan sekarang?

.

.

Demi apapun ini lebih mendebarkan dari pada ujian matematika yang diberikan Asuma- sensei tempo hari. Duduk bersama seorang gadis yang entah sejak kapan selalu membuat nya tersenyum akan tingkah malu- malunya. Ia juga selalu tersenyum ketika gadis itu memberikan kode- kode rasa ketertarikan pada dirinya.

Ia menggulirkan matanya, melirik melalui ujung matanya untuk memperhatikan gadis di samping kanannya. Betapa ia sangat tertarik. Sepertinya tidak hanya ia yang gugup dan berdebar duduk dengan gadis ini. Sepertinya gadis ini pun sama- sama gugup sepertinya. Naruto terkekeh melihatnya.

Teguran dari Iruka- sensei membuatnya salah tingkah "Naruto jika kau akan memperhatikan Hinata di luar pelajaran, sekarang perhatikan mata pelajaran ku" perintahnya dengan nada sinis. Ia dapat melihat Hinata yang tersenyum malu- malu. Naruto jadi berpikir apakah gadis ini pernah tertawa? Kenapa ia sangat anggun? Terlalu sempurna di matanya.

Hari- hari berikutnya ternyata tetap bertahan. Ia mulai menyadari jika ini memang rencana Sakura yang ingin mendekatkannya dengan Hinata. Si Sakura itu memang benar- benar. Tak tahukah bahwa Naruto selalu sulit bernafas saat berada di dekat Hinata. Belum lagi bekal yang seprtinya gadis itu buatkan khusus untuknya.

Mereka- Naruto, Sakura, Sasuke saat ini sedang berada di atas pohon sakura dan melihat Hinata yang sepertinya mencari Sakura entah Naruto. Hinata tidak bersama mereka karena kelompok mereka pada mata pelajaran biologi berbeda.

Shikamaru sendiri memilih tidur di bawah pohon, menikmati angin yang berhembus sepoi- sepoi.

"Sepertinya ia menyukai ku ya" Naruto berkata dengan percaya dirinya.

"Baka, harsnya kau lebih peka Naruto akan perasaannya" kata Sakura sambil menjitak kepalanya. Setelah itu Sakura langsung loncat dari salah satu cabang pohon bunga sakura dan menghampiri Hinata.

Naruto dan Sasuke melihat Sakura tersenyum riang bersama Hinata.

"Sebenarnya siapa yang tidak peka itu" Sasuke mengucapkannya dengan nada sinis. Naruto yang tengah memikirkan kata- kata Sakura dan menyadari ucapan Sasuke yang mengarah pada seseorang langsung tertawa terbahak.

Kau lebih tidak peka!

.

.

Sakura hari ini tidak bersahabat. Ia tiba- tiba menjadi pendiam dan sangat pendiam. Sakura juga meminta untuk duduk kembali bersama Hinata. Hinata sendiri bingung apa yang terjadi. Memikirkannya saja membuat otaknya rasanya hampir meledak.

"Sa-sakura- chan, kau baik- baik saja?"

Apa ini? Sakura hanya menanggapinya dengan senyum yang terkesan dingin? apa yang harus ia lakukan? Apa masalah yang sedang di hadapi Sakura?

"Ayo kekantin" Sakura bangkit dan Hinata yang mengikuti. Tak butuh waktu lama mereka telah sampai dan menempati tempat duduk yang kosong.

"Sa-sakura, a-aku rasa kau bu-butuh teman untuk bercerita. A-aku bersedia men-mendengarkannya" tawar Hinata gugup.

Sakura tersenyum dan menatap Hinata, kemudian kembali meminum susu kotaknya kembali. Tiba- tiba wajah Sakura berubah menjadi lebih dingin dan bertambah dingin saat Naruto dan Sasuke memasuki kantin dan memutuskan bergabung dengan mereka. Sakura bahkan tidak memperhatikan kedua pemuda itu. Ia terus mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Srotttt... sedotan terakhir pada susu kotak itu terdengar sangat keras. Setelah itu Sakura bangkit meninggalkan kantin. Hinata dan Naruto yang menyadari aura tak mengenakan dari Sakura hanya mampu diam. Kemudian Sasuke yang langsung mengikuti langkah Sakura adalah hal yang lebih membingungkan.

Awalnya Hinata ingin mengikutinya, akan tetapi niat nya terhenti ketika Naruto justru memintanya untuk tetap menemaninya sarapan.

"Aku belum sarapan, temani lah aku" pintanya ceria.

Hinata terdiam dan sangat gugup. Ia yakin sikapnya ini disadari oleh pemuda ini.

"hmm, bisakah kau temani aku nanti malam nonton film austin power?" Tiba- tiba Naruto bertanya sambil menunjukan tiket menonton. Benarkah? Benarkah? Apakah ini benar? Naruto yang ia sukai mengajaknya pergi menonton?

"Ha- ha'i Naruto -kun, a- aku ma- mau" jawabnya terbata.

Naruto tersenyum akan jawaban Hinata, yang akhirnya mereka makan bersama.

.

.

.

Hinata akui ia senang pergi menonton bersama Naruto. Melihat pemuda itu terus tertawa di samping nya adalah pemandangan paling indah.

Setelah menonton mereka makan bersama. Sesekali membicarakan apapun yang menurut Naruto menarik dan Hinata yang menanggapinya dengan malu- malu. Pembicaraan mereka malah cenderung Naruto yang mendomnasi.

Seorang bulter menghampiri mereka dengan wajah yang sumeringah "Selamat, kalian memenangkan acara yang kami adakan sebagai pasangan kekasih yang paling menarik"

Ahh~ sepertinya mereka salah paham. Mereka sungguh bukan kekasih. Naruto dan Hinata tidak akan dekat apabila Hinata tidak berteman dengan Sakura.

"Kami telah menyediakan hadiah nya di lantai 3" jelas salah satu bulter.

Akhirnya setelah makan bersama, mau tidak mau Hinata dan Naruto mengikuti bulter itu. Naruto yang memang senang mendapat hadiah tentu saja bersemangat. Ia menggenggam tangan Hinata menuju lantai 3.

Tentu saja perlakuan Naruto ini membuat Hinata merona dan hampir pingsan. Tentu nya Hinata harus menahan perasaannya yang membuncah.

Setelah sampai mereka di saran kan untuk mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang telah disediakan oleh pihak cafe.

Naruto tak menyangka bahwa pantulan di cermin itu adalah dirinya. Ia berpakaian layaknya Raja pada zaman edo. Ia terlihat gagah dan berwibawa.

Kemudian ia melihat Hinata di sebrang sana yang baru saja keluar dari kamar ganti. Ia mengenakan Yukata ala Ratu zaman edo. Sungguh cantik nan anggun.

Seperkian detik Naruto hanya memandang Hinata. Sungguh ia sangat terpana dengan penampilan Hinata yang sangat memukau.

Kemudian mereka foto bersama ala- ala kerajaan zaman edo yang membuat mereka benar- benar persis layaknya raja dan ratu. Sangat serasi. Bahkan panitia yang menyelenggarakannya pun terus memuji mereka berdua.

Naruto terus menggenggam tangan Hinata. ia benar- benar telah terjerat oleh gadis pemilik mata lavender itu. Dan Hinata yang terus bersemu merah akan perlakuan dan tatapan Naruto yang selalu mengarah padanya.

.

.

.

Mereka telah menghabiskan beberapa jam ini bersama. Setelah acara menonton, makan, dan mendapat hadiah menjadi raja dan ratu sesaat mereka- Hinata dan Naruto pulang bersama dengan berjalan kaki.

Naruto memang tidak membawa kendaraan. Pemuda itu berkata bahwa suasana malam sangat indah dan lebih baik dinikmati dengan berjalan kaki.

Hinata merasakan suasana canggung saat ini. Biasanya Naruto atau Sakura akan terus berceloteh. Tapi berdua saja dengan Naruto dan Naruto yang diam seperti ini membuatnya ingin memulai pembicaraan, namun ia terlalu malu dan takut.

"Hinata" Mendengar suara Naruto, Hinata hampir saja memekik kaget. Karena ia baru saja berpikir Naruto tidak akan berbicara lagi padanya dan membiarkan suasana ini bertambah kaku.

"Terimakasih untuk malam ini" Hinata terus menatap punggung Naruto dan tidak langsung menanggapi perkataannya, karena kalimat selanjutnya yang Naruto katakan membuatnya berpikiran lain.

"Tiket itu sesungguhnya untuk Sakura" jelasnya. Hinata kini hanya bisa terdiam dan menghentikan langkahnya.

Pemuda itu ikut menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Hinata.

Naruto tersenyum memandang Hinata yang tengah menunduk "Aku sungguh berterimakasih karena sudah datang dan menjadi teman Sakura"

Pemuda itu tetap tersenyum, Hinata tahu itu. Ada rasa pada mata Naruto, perasaan sayang entah apa itu. ia sendiri tak mengerti pemikiran dan perasaan Naruto. Laki- laki memang sangat sulit ditebak.

"Ia kurang diterima baik oleh para gadis karena pesona dan daya tarik yang ia miliki" Naruto merengut "ditambah kedekatannya dengan ku juga Sasuke, membuat nya semakin di jauhi" tambahnya.

Mendengar hal itu Hinata mendongakan kepalanya menatap Naruto dalam- dalam "A- apakah Na- Naruto -kun menyukai Sakura -chan?" Hinata bertanya dengan suara seraknya.

Hinata bersumpah ia melihat Naruto yang terkesiap saat mendengar pertanyaannya.

Jadi apakah benar yang selama ini membuat Naruto tak peka terhadap perasaannya adalah Sakura? Sebesar apakah perasaan nya pada Sakura? Rasanya ia ingin berteriak dan memuntahkan berbagai perasaan yang ia miliki untuk pemuda di hadapannya ini.

.

.

.

-TBC-

A/N:

Hai, ini fic pertama dhe-chan dengan pair NaruHina ^^ dhe-chan kurang paham sih sebenernya mengenai couple yang satu ini, tapi dhe-chan pengen cari suasana baru dan dhe-chan bakal berusaha memberi yang terbaik. Jadi mohon kritik dan saran yang membangun neMinna-san

Buat yang nunggu Heartache dan Yami Kara Anata Wo Mamoru harap sabar yaa, masih in progres HAHAHA XD #Ditabok

So, R&R ne Minaa- San